Rabu, 23 November 2011

TEMPAT LAYANAN HIV AIDS DI SUMATERA BARAT

LAPAS KLAS II.A BUKIT TINGGI, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

LAPAS KLAS II.A PADANG, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

LAPAS KLAS II.B ANAK TANJUNG PATI, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

LAPAS KLAS II.B MUARA SIJUNJUNG, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

LAPAS KLAS II.B PARIAMAN, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

LAPAS KLAS II.B PAYAKUMBUH, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

LAPAS KLAS II.B SOLOK, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

LAPAS KLAS II.B TERBUKA PASAMAN, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Lembaga Analisis Sosial dan Pembangunan, (LSAP)
Jenis LSM-Institusi Lembaga Lokal/Nasional (Local/National Institution)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Lembaga Perlindungan Anak Sumatera Barat, (-)
Jenis LSM-Institusi Lembaga Lokal/Nasional (Local/National Institution)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Propinsi Sumatera Barat, (PKBI Sumbar)
Jenis LSM-Institusi Lembaga Lokal/Nasional (Local/National Institution)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina, (RSI Ibnu Sina)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Dr. M Jamil, (RSU Dr. M Jamil)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Lubuk Basung, (RSU Lubuk Basung)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Lubuk Sikaping, (RSU Lubuk Sikaping)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Muara Labuh, (RSU Muara Labuh)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Painan, (RSU Painan)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Pariaman, (RSU Pariaman)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Prof Dr M A Hanafiah, (RSU Prof Dr M A Hanafiah)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Rumah Sakit Umum Saliki, (RSU Saliki)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )
Rumah Sakit Umum Sungai Dareh, (RSU Sungai Dareh)
Jenis LSM-Institusi Rumah Sakit (Hospital)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

RUTAN KLAS II.B BATU SANGKAR, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

RUTAN KLAS II.B LUBUK SIKAPING, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

RUTAN KLAS II.B PADANG PANJANG, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

RUTAN KLAS II.B PAINAN, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

RUTAN KLAS II.B SAWAH LUNTO, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Yayasan INSI (Center for Local Community Strengthening and Development), (INSI)
Jenis LSM-Institusi Lembaga Lokal/Nasional (Local/National Institution)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Yayasan Pencinta Ilmu, (-)
Jenis LSM-Institusi Lembaga Lokal/Nasional (Local/National Institution)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

BAPAS KLAS I PADANG, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

BAPAS KLAS II BUKIT TINGGI, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

CABANG RUTAN BUKIT TINGGI DI MANINJAU, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

CABANG RUTAN LUBUK SIKAPING DI TALU, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

CABANG RUTAN PAYAKUMBUH DI SULIKI, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

CABANG RUTAN SOLOK DI ALAHAN PANJANG, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

CABANG RUTAN SOLOK DI MUARA LABOH, (-)
Jenis LSM-Institusi Lapas-Rutan-Bapas (Prison)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Cemara, PKBI Sumbar, (-)
Jenis LSM-Institusi Lembaga Lokal/Nasional (Local/National Institution)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Kanwil Diknas Sumbar, (-)
Jenis LSM-Institusi Lembaga Pemerintahan (Government)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Lantera Minangkabau, (LMK)
Jenis LSM-Institusi Kelompok Dukungan Sebaya (Support Groups)
detail ( Alamat, Profil, Layanan AIDS )

Playing bridge boosts immune system

Forget exercise. Forget chicken soup. Forget sleep, vitamins and heredity.

Want to stay healthy? Play bridge. A new study by a University of California-Berkeley researcher indicates that playing contract bridge leaves people with higher numbers of immune cells.

"People are aware that voluntary activities like positive thinking and prayer work to keep us healthy, but no one has had a mechanism," said Marian Cleeves Diamond, a professor of integrative biology at Berkeley.

Diamond's study, presented in New Orleans this week at a meeting of the Society for Neuroscience, could be the first evidence that the human cortex -- which is subject to voluntary control -- can play a role in stimulating the immune system.

"These data, though preliminary, show that brain activity affects the immune system, and support the possibility of us learning to voluntarily control the level of white blood cells to help combat disease and other illnesses," she said.

Diamond's study is founded on some 15 years of research into rat and mouse brains in which researchers have sought to identify a specific area of the cortex which might play a role in the body's immune response.

For the human element of the research, she selected players in women's bridge club in Orinda, California. Bridge was selected as the game because it was seen as likely to stimulate an area of the brain -- the dorsolateral cortex - which might influence the immune system.

"Contract bridge was ideal for what we were after," she said. "Bridge players plan ahead, they use working memory, they deal with sequencing, initiation and numerous other higher order functions with which the dorsolateral cortex is involved."

Diamond and her team divided the 12 women, all in their 70s and 80s, into three groups, and had each group play a one-and-a-half hour bridge set.

In blood samples taken both before and after the games, the subjects all revealed changes in the levels of CD-4 positive T cells, the white blood cells which patrol the body in search of viruses and other invaders.

Diamond said that in two of the groups, the levels of these T cells increased significantly. The third group showed only a slight increase, not enough to be statistically significant. The rise in the number of CD-4 cells was the only change visible in all of the blood tests.

Diamond cautioned that her findings were preliminary, and said that more research needed to be done to nail down the relationship between the cerebral cortex and the human immune system. But she added that, as preliminary findings go, these were both encouraging and exciting.

"Since we know the function of this particular area of the brain, through voluntary control we may perhaps learn to change our immune system positively," she said in an interview. "That's what is causing the excitement."

PROFILE


MYSELF
Nama : Joni Iswanto Valiandra,
Tempat / Tgl Lahir : Batusangkar 09-05-1972,
Agama : Islam
Alamat Rumah Padang : Jln Pinus I No.7 Belanti Lolong - Padang,
Jakarta : Margonda Residence Blok J 1830  Depok,
Mobile : 081374722202,
Email : dr_joni_iswanto@yahoo.com,           

MY FAMILY
Ns.Vionalisa,Skep.Mkep ( ISTRI )
Ranggi Reksa Pradana,
.Kirana Anungdira Maharani, .
Raka Gantari Maheswara ( ANAK )




MY SCHOOL
SD Negeri No.3 Batusangkar,
SMP No.1 Batusangkar,
SMA N0.1 Batusangkar
Fak.Kedokteran Universitas Andalas,
Pascasarjana FKM Universitas Indonesia


GOVERNMENT ACTIVITY
Puskesmas Kayu Jao Kabupaten Solok 1999-2002
Puskesmas Sasak Kabupaten Pasaman Barat 2003-2005
Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Sumbar 2006-2008
Pelayanan Kesehatan Dasar Dan Rujukan Dinkes Sumbar 2009-2011





AKADEMIK ACTIVITY
Kadang2 Jadi Dosen PTS 


MEDICAL ACTIVITY
Owner Klinik Umum Dan Bersalin Rawang 
Alamat  : Jln Sutan Syahrir 350.A Padang





ENTREPRENEUR ACTIVITY
Owner PT Reksa Maharani
Truck Ekspedition Suplier Pupuk Iskandar Muda & Padang Portland Cement
Alamat Kantor : Jln . Sutan Syahrir 350,A Padang



MY HOBBY
BridgeBase Online , Liga Inggris , Liga Spanyol


MY FAVORIT
Cash Flow Quadran, Secret Of Love, La Tahzan


TRAINER CERTIFICATE
Program TB Paru 2007, Program Kusta 2008, Survailans Epidemiologi Flu Burung  2007, Tim Asistensi HIV / AIDS 2008, Pengobatan Massal Filariasis 2006,  Survailans Zooniosis 2006,  HDL 2009, Program  ISPA 2008, Ponek 2010, Manajemen Puskesmas 2009, Penanggulangan Bencana  2008,  DVI dan Team Reaksi Cepat Bencana  2009,  Intelegensia Kesehatan  2010, Keshatan Kerja  2009, Kesehatan Jiwa  2010, Kesehatan Olahraga  2010, Kesehatan Lansia  2009, Kesehatan Indera 2010,  Gawat Darurat Bencana  2009, Penyusunan SPM Rumah Sakit  2010, Hospital Disaster Plan 2010, Instruktur TKHI 2009, Survailans Haji 2009




26th SEA Games 2011 List Of Winner’s Bridge Competition



26th Sea Games 2011

List Of Winner’s Bridge Competition


1. Men’s Team’s :


Gold Medal Thailand

1. Kirawat Limsinsopon – Pornthep Leelasa-Nguan
2. Kridsadayut Plengsap – Terasak Jitngamkusol
3. Asdang Riamsree – Vhitaya Viriyamontchai

Silver Medal Singapore

1. Kelvin Ng – Fong Kien Hong
2. Chua Gang – Toh Chee Kian
3. Poon Hua - Loo Choon Chou

Bronze Medal Indonesia

1. Taufik Gautama Asbi – Robert Parasian Tobing
2. Julius Anthonius George – Franky Steven Karwur
3. Tommy Rogi - Octavianus Wohon


2. Women’s Team’s :


Gold Medal Indonesia

1. Lusje Olha Bojoh – Julita Grace Joice Tueje
2. Suci Amita Dewi - Kristina Wahyu Murniati
3. Conny E Sumampouw – Irne Korengkeng

Silver Medal Singapore

1. Tan Sock Ngin – Jane Choo
2. Lam Ze Ying – Selena Tan
3. Seet Choon Cheng – Tan Yoke Lan

Bronze Medal Philippines

1. Gemma Mariano Tan – Mylene Encontro
2. Mary Cristy Ann De Guzman – Victoria Egan
3. Rosemarie Unson – Sylvia Alejandro


3. Men’ s Butler Pairs :


Gold Medal Philippines

Players : Francisco Alquiros – George Soo

Silver Medal Indonesia

Players : Taufik Gautama Asbi – Robert Parasian Tobing

Bronze Medal Thailand

Players : Kirawat Limsinsopon – Pornthep Leelasa-Nguan


4. Women’ s Butler Pairs :


Gold Medals Indonesia

Players : Suci Amita Dewi – Kristina Wahyu Murniati

Silver Medal Singapura

Players : Tan Sock Ngin – Jane Choo

Bronze Medal Indonesia

Players : Lusje Olha Bojoh – Julita Grace Joice Tueje


5. Mixed Team’s :


Gold Medal Thailand

1. Khunying Chodchoy S – Somchai Baisamut
2. Pavinee Sitthi Charoensawat – Kirawat Limsinsopon
3. Asdang Riamsree – Vallapa Svangsopakul

Silver Medal Philippines

* Francisco Alquiros – Gemma Mariano Tan
* George Soo – Mylene Encontro
* Victoria Egan – Allen Tan

Bronze Medal Singapore

* Loo Choon Chou – Tan Yoke Lan
* Kelvin Ng – Lam Ze Ying
* Poon Hua - Lian Sui Sim


6. Mixed Butler Pairs :


Gold Medal Philippinnes

Players : Francisco Alquiros – Gemma Mariano Tan

Silver Medal Philippinnes

Players : George Soo – Mylene Encontro

Bronze Medal Singapore

Players : Loo Choon Chou – Tan Yoke Lan


7. MP Men Pairs :


Gold Medal Indonesia

Robert Parasian Tobing – Taufik Gautama AsbiSilver Medal Singapore

Poon Hua - Loo Choon Chou

Bronze Medal Thailand

Kridsadayut Plengsap – Terasak Jitngamkusol


8. MP Women Pairs :


Gold Medal Singapore

Seet Choon Cheeng – Tan Yoke Lan

Silver Medal Thailand

Vallapa Svangsopakul – Sunisa Chodchoy

Bronze Medal Indonesia

Irne Korengkeng – Connie Eufke Sumampouw


9. MP Mixed Pairs :


Gold Medal Indonesia

Lusje Olha Bojoh – Taufik Gautama Asbi

Silver Medal Singapore

Tan Yoke Lan - Loo Choon Chou

Bronze Medal Singapore

Lam Ze Ying – Kelvin



Sabtu, 19 November 2011

AUTISME

Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.
Penyebab autisme adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.
Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.



Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar-putar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya.
Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang mereka menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas.
Selain berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga berbeda-beda, dari sangat ringan sampai sangat berat.
Oleh karena banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut di antara masing-masing individu, maka saat ini gangguan perkembangan ini lebih sering dikenal sebagai Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).
Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Tidak semua individu ASD/GSA memiliki IQ yang rendah. Sebagian dari mereka dapat mencapai pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika, menggambar).
Prevalensi autisme menigkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak. Di Indonesia belum ada data yang akurat oleh karena belum ada pusat registrasi untuk autisme. Namun diperkirakan angka di Indonesia pun mendekati angka di atas. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan perbandingan 4:1

Deteksi Dini Autisme

Bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk berkembang secara optimal.
Untuk dapat mengetahui gejala autisme sejak dini, telah dikembangkan suatu checklist yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers). Berikut adalah pertanyaan penting bagi orangtua:
1. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada sesuatu?
3. Apakah anak anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orangtua?
4. Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?
5. Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?
6. Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah mainan tersebut?

Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka anda sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme.

Kenali Autisme

Anak-anak penyandang spektrum autisme biasanya memperlihatkan setidaknya setengah dari daftar tanda-tanda yang disebutkan di bawah ini. Gejala-gejala autisme dapat berkisar dari ringan hingga berat dan intensitasnya berbeda antara masing-masing individu.
Hubungi profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme, jika anda mencurigai anak anda memperlihatkan setidaknya separuh dari gejala-gejala ini :

  • Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya
  • Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya
  • Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata
  • Tidak peka terhadap rasa sakit
  • Lebih suka menyendiri; sifatnya agak menjauhkan diri.
  • Suka benda-benda yang berputar / memutarkan benda
  • Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan
  • Hiperaktif/melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau
  • malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam)
  • Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka
  • menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan
  • daripada kata-kata
  • Menuntut hal yang sama; menentang perubahan atas hal-hal yang
  • bersifat rutin
  • Tidak peduli bahaya
  • Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama
  • Echolalia (mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa)
  • Tidak suka dipeluk (disayang) atau menyayangi
  • Tidak tanggap terhadap isyarat kata-kata; bersikap seperti orang tuli
  • Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa
  • Tentrums – suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas
  • Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang TIDAK seimbang (seperti tidak mau menendang bola namun dapat menumpuk balok-balok)


HEPATITIS A

Apa itu hepatitis A?

Hepatitis’ berarti radang atau bengkak hati, dan dapat disebabkan oleh bahan
kimia atau obat, atau berbagai jenis infeksi virus. Salah satu penyebab umum
hepatitis berjangkit adalah virus hepatitis A. Infeksi dengan satu jenis virus
hepatitis TIDAK memberikan perlindungan terhadap infeksi dengan virus
hepatitis lain.

Apa gejalanya?

Gejala-gejala termasuk terasa kurang sehat, rasa sakit, demam, mual, kurang
nafsu makan, perut terasa kurang enak, diikuti dengan air seni berwarna
pekat, tinja pucat dan penyakit kuning (mata dan kulit menjadi kuning).
Penyakit biasanya berlanjut selama satu sampai tiga minggu (walaupun gejala
tertentu dapat berlanjut lebih lama) dan hampir selalu diikuti dengan
penyembuhan sepenuhnya. Anak-anak kecil yang terinfeksi biasanya tidak
menderita gejala. Hepatitis A TIDAK mengakibatkan penyakit hati jangka
panjang dan kematian akibat hepatitis A jarang terjadi. Jangka waktu antara
kontak dengan virus dan timbulnya gejala biasanya empat minggu, tetapi
dapat berkisar antara dua sampai tujuh minggu.

Bagaimana penyakit ini ditularkan?

Orang yang terinfeksi dapat menularkan virus ini kepada orang lain dari dua
minggu sebelum timbulnya gejala sampai seminggu setelah timbulnya
penyakit kuning (kira-kira tiga minggu secara keseluruhan). Jumlah virus yang
besar ditemui dalam tinja (tahi) orang yang terinfeksi selama waktu
penularan. Virus ini dapat hidup di lingkungan selama beberapa minggu
dengan keadaan yang benar (misalnya, dalam saliran).
Hepatitis A biasanya ditularkan sewaktu virus dari orang yang terinfeksi
tertelan oleh orang lain melalui:
• makan makanan tercemar
Hepatitis A - Indonesian Page 2
• minum air tercemar
• menyentuh lampin, seprai dan handuk yang dikotori tinja dari orang
yang dapat menularkan penyakit
• hubungan langsung (termasuk seksual) dengan orang yang terinfeksi.
Wabah hepatitis A yang dilaporkan telah dilacak ke:
• penularan dari seorang ke orang lain, termasuk di kalangan pria yang
berhubungan kelamin dengan pria
• air minum yang tercemar dengan saliran
• makan makanan yang telah dicemari saliran seperti kerang-kerangan
• makan makanan yang tercemar oleh pekerja makanan yang dapat
menularkan penyakit.
Infeksi hepatitis A tetap menjadi masalah bagi orang yang sedang melakukan
perjalanan ke luar negeri terutama orang yang sedang berkunjung ke negaranegara
di mana hepatitis A umum terjadi.

Siapa saja yang menghadapi risiko?

Orang yang belum menderita hepatitis A dan belum divaksinasi terhadap
penyakit ini menghadapi risiko terjangkit penyakit ini.

Bagaimana penyakit ini dicegah?

Vaksinasi
Tersedia vaksin yang aman dan efektif terhadap hepatitis A. Vaksin ini
mungkin memakan waktu sampai dua minggu untuk memberikan
perlindungan.
Vaksinasi direkomendasikan untuk kelompok-kelompok berikut yang
menghadapi risiko lebih tinggi:
• orang yang berkunjung ke negara di mana hepatitis A umum terjadi
(kebanyakan negara sedang membangun)
• orang yang sering berkunjung ke masyarakat pribumi di luar kota dan
daerah terpencil
• pria yang berhubungan kelamin dengan pria
• petugas penitipan anak siang hari dan prasekolah
• penyandang cacat intelektual dan penjaganya
• beberapa petugas kesehatan yang bekerja dalam atau dengan
masyarakat pribumi
• petugas saliran
• tukang leding
• pengguna narkoba suntik
• pasien yang menderita penyakit hati kronis
• penderita hemofilia yang mungkin menerima konsentrat plasma
terkumpul.
Apa lagi yang dapat dilakukan untuk mencegah hepatitis A?
Semua orang harus selalu mencuci tangan dengan baik dengan sabun dan air
Hepatitis A - Indonesian Page 3
mengalir selama sekurang-kurangnya 10 detik dan dikeringkan dengan handuk
bersih:
• setelah menggunakan kakus
• sebelum makan
• sebelum menykan makanan atau minuman
• setelah menyentuh benda seperti lampin dan kondom.
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah dari menginfeksi
orang lain?
Jika Anda menderita hepatitis A, di samping mencuci tangan Anda dengan
bersih, Anda harus menjauhi dari kegiatan berikut ketika dapat menularkan
penyakit (yaitu, sampai sekurang-kurangnya seminggu setelah timbulnya
penyakit kuning):
• JANGAN mempkan makanan atau minuman untuk orang lain
• JANGAN menggunakan alat makan atau alat minum yang sama dengan
orang lain
• JANGAN menggunakan seprai dan handuk yang sama dengan orang lain
• jangan berhubungan kelamin
• cuci alat makan dalam air bersabun, dan cuci seprai dan handuk dengan
mesin cuci.
Orang berikut yang menderita hepatitis A harus tidak menghadiri
tempat kerja atau sekolah ketika dapat menularkan penyakit:
• orang yang mengendalikan makanan atau minuman
• orang yang pekerjaannya melibatkan hubungan pribadi secara dekat,
misalnya petugas penitipan anak dan petugas kesehatan
• staf, anak-anak dan kaum remaja harus tidak menghadiri fasilitas
penitipan anak atau sekolah ketika dapat menularkan penyakit
• semua pasien harus bertanya kepada dokternya sebelum kembali bekerja
atau bersekolah.

Bagaimana penyakit ini didiagnosis?

Diagnosis berdasarkan gejala pasien dan dikonfirmasikan dengan tes darah
yang menunjukkan antibodi IgM terhadap hepatitis A.

Bagaimana penyakit ini dirawat?

Tidak ada perawatan spesifik untuk hepatitis A. Kontak di rumah dan pasangan
seksual orang yang dapat menularkan penyakit biasanya memerlukan suntikan
imunoglobulin. Infeksi tersebut dapat mencegah atau mengurangi penyakit
jika diberikan dalam waktu dua minggu setelah kontak dengan orang yang
dapat menularkan penyakit.

Sabtu, 05 November 2011

INDIKATOR






  1. ANGKA KELAHIRAN KASAR ( CBR)
X      x      K  
Y

X  =  JUmlah nkelahiran selama 1 tahun
Y   =  jumlah penduudk pada pertengahan tahun
K  =   Konstata  (1000)
           
  1. UMUR HARAPAN HIDUP (LIFE EXPETANCY)

X      x      K  
Y

X  =  JUmlah kelahiran sampai pada kelompok umur tertentu dalam tahun tertentu
Y   =  jumlah kelahiran sampai pada kelompok umur tersebut pada pertengahan tahun
K  =   Konstata  (1000)


  1. ANGAKA KEMATIAN BAYI (IMR)

X      x      K  
Y

X  =  Jumlah kematian bayi dibawah usia 1 tahun diwilayah tertentu selama 1 tahun
Y   =  jumlah lahir hidup diwilayah dan pada periode waktu yang sama
K  =   Konstata  (1000)

  1. ANGKA KEMATIAN KASAR (CDR)

X      x      K  
Y

X  =  Jumlah kematian penduduk pada suatu wilayah dalam  1 tahun
Y   =  jumlah seluruh penduduk pada pertengaan tahun dalam tahun dan wilayah yang sama
K  =   Konstata  (1000)



  1. ANGKA KEMATIAN ANAK (CMR)

X      x      K  
Y

X  =  Jumlah kematian balita (1-4 th) pada suatau wilayah pada periode waktu tertentu
Y   =  jumlah penduduk usia 1-4 th pada pertengahan tahun dalam wilayah     yang sama
K  =   Konstata  (1000)

  1. ANGKA KEMATIAN IBU (MMR)

X      x      K  
Y

X  =  Jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan, masa nifas dalam suatu wilayah dan waktu tertentu.
Y   =  jumlah lahir hidup diwilayah dan pada periode waktu yang sama
K  =   Konstata  (1000)

  1. VISIT RATE PUSKESMAS  :
Kunjungan rata-rata penduduk ke Puskesmas / dan wilayahnya selama 1 tahun

X      
Y

X  =  Jumlah kunjungan sehat dan sakit, dalam dan luar gedung selama 1 tahun
Y   =  jumlah penduduk dlam tahun tersebut


  1. CAKUPAN PUSKESMAS
Jangkaua pelayanan kesehatan kepada masyarakat

X      x      100 %
Y

X  =  Jumlah kun jungan baru sampai dengan saat tertentu (kumulatif) di suatu wilayah Puskesmas  dengan catatan bahwa kunjungan baru adalah kunjunan pertama masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah di suatu Puskesmas dan hanya sekali selama menjadi penduduk wilayah tersebut.
Y   =  jumlah penduduk pada waktu tersebut.





  1. BOR (Angka penggunaan Tempat Tidur)

X      x      K  
Y

X  =  Jumlah hari perawatan di RS pada suatu periode waktu teretntu.
Y   =  jumlah tempatbtidur  x   jumlah hari dalam periode tertentu.
K  =   Konstata  (100)

  1. BTO  ( Frekwensi penggunaan TT)

X        
Y

X  =  Jumlah penderita rawat inap yang keluar (hidup dan mati) di RS dalam satu tahaun..
Y   =  jumlah tempat tidur  di RS pada tahun yang sama..

  1. LOS ( rata-rata lamanya dirawat)

X      
Y

X  =  Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan mati) di RS .
Y  =  Jumlah pasien  rawat inap yang keluar (hidup dan mati) di RS .

  1. TOI ( Interval penggunaan tempat tidur)

X      x      K  
Y

X  =  Jumlah TT x jumlah hari dalam 1 tahun dikurangi jumlah hari perawatan dalam 1 tahun.
Y   =  jumlah pasien keluar (hidup atau mati)..
K  =   Konstata  (100)








Kamis, 03 November 2011

Disaster




Masyarakat Indonesia sangat sering dihadapkan pada situasi kedaruratan seperti diantaranya bencana, pengungsian, kejadian KLB penyakit menular (emerging dan re-emerging disease), seperti KLB Demam berdarah, malaria, diare, Polio, Flu burung, kejadian keracunan makanan, pencemaran lingkungan dan sebagainya.

Salah satu situasi kedaruratan yang menonol dan sering menimbulkan banyak korban, adalah kejadian bencana, merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak disertai dengan jatuhnya banyak korban. Keadaan ini bila tidak ditangani dengan semestinya akan dapat menghambat, menanggu dan merugikan kehidupan masyarakat serta pelaksanaan  pembangunan.

Wilayah Indonesia memang merupakan salah satu negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana, baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia. Karena  Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak pada titik pertemuan antara tiga lempengan besar, yaitu lempengan Eurasia di utara, lempengan pacific di timur dan lempengan Indo-Australian di selatan, menyebabkan Indonesia menjadi  daerah yang rawan terhadap bencana alam, seperti gempa, letusan vulkanik, gelombang tsunami dan sebagainya.

Disamping bencana alam, Indonesia memiliki potensi munculnya bencana akibat ulah manusia sebagai resiko dari beberapa kegiatan yang dapat merusak lingkungan, antara lain penggundulan hutan,  pembakaran hutan, peoses industri, dan sebagainya. Bencana tersebut antara lain banjir dan pencemaran lingkungan, tanah longsor.

Disisi lain, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, yaitu lebih dari 200 juta jiiwa dengan persebaran yang tidak merata, terdiri berbagai macam suku / etnis, agama / kepercayaan, budaya, politik yang dapat menjadi pemicu munculnya  konflik horizontal maupun vertical yang pada akhirnya akan menimbulkan pengungsian.

Dari berbagai pengalaman selama ini, bahwa kejadian kedaruratan kesehatan, baik berupa bencana alam, bencana akibat ulah manusia, pengungsian, kasus gizi buruk, KLB penyakit menular, keracunan makanan, kejadian pencemaran lingkungan, serta masalah lain yang potensial seperti  menghadapi masa-masa pemilihan umum nasional / daerah dengan diselenggarakannya kampanye pemilu atau pilkada , dan sebagainya, menuntut kesiapan semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah sendiri, termasuk diantaranya jajaran kesehatan. Namun diketahui bahwa pihak pemerintah selama ini terlihat lebih menonjol perannya dalam kesiapsiagaan dan belum banyak peran pihak masyarakat.

Hal ini antara lain terlihat antara lain :
o   Titik berat kesiapsiagaan adalah pada kesiapsiagaan provider, belum banyak menyentuh upaya untuk menyiapkan / memberdayakan masyarakat.
o   Masyarakat korban/penderita berserta keluarganya cenderung hanya menerima apa yang disediakan oleh pemerintah, bahkan makin bergantung pada adanya bantuan.
o   Pandangan umum bahwa bantuan kesehatan adalah bantuan dalam bentuk tenaga medis dan obat-obatan, sehingga di lapangan upaya kesehatan pada periode paska bencana  maupun KLB, pencemaran lingkungan, dsb kurang mendapat perhatian terutama oleh jajaran kesehatan sendiri maupun pemda.

Kondisi masyarakat tetap sehat – aman dan sejahtera dalam kondisi apapun merupakan idaman setiap orang saat ini maupun  masa yang akan datang, mengingat  dari pengalaman masa lalu, sering terjadi kondisi yang menyebabkan keresahan masyarakat bahkan memunculkan pengungsian  dari satu tempat ke tempat yang lain.
Pada kondisi demikian menuntut masyarakat harus bisa secara mandiri untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya, setidak-tidaknya dalam bidang kesehatan. Untuk ini diperlukan adanya arahan, bimbingan dan pembinaan dari pemerintah khususnya unit-unit kesehatan mulai dari tingkat bawah sampai di tingkat pemerintah pusat.

Dengan demikian harus ada upaya terobosan terutama untuk memberdayakan dalam bentuk kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi masalah kesehatan yang berbasis masyarakat. Hal ini dikarenakan  masyarakat sebagai pihak yang langsung terkena dampak bila terjadi situasi kedaruratan seperti kejadian bencana, pengungsian, KLB penyakit, kejadian  pencemaran dan masalah kesehatan lebih banyak sebagai obyek, belum sebagai pelaku penanggulangan. Dengan demikian diharapkan dapat dilakukan upaya menyiagakan diri melalui kelembagaan yang ada di masyarakat baik di pedesaan / kelurahan di setiap kabupaten/kota yag rawan situasi kedaruratan, untuk mencegah dan mengurangi risiko kejadian terhadap kesehatannya, terutama untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Untuk dapat mewujudkan kondisi tersebut diperlukan suatu pendekatan kesehatan secara terpadu di lapangan, yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam menghadapi permasalahan kesehatan yang terjadi sehingga masyarakat dapat menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya yang didukung dengan  kesiapan unit-unit pelayanan kesehatan, terutama Puskesmas untuk dapat memberikan suatu konsultasi, menyediakan informasi serta sebagai rujukan bagi masyarakat. Hal inilah  yang bisa disebut  sebagai “KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT atau COMMUNITY PREPAREDNESS” di tingkat desa / kelurahan yang merupakan bagian dari pembentukan “Desa Siaga”

II. KONSEP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT

Di pedesaan / kelurahan yang memiliki kesiapsiagaan masyarakat  yang dimaksudkan dalam penulisan  ini adalah suatu kondisi di desa /kelurahan yang diharapkan dapat menjamin rasa aman dan sehat yang melibatkan peran aktif seluruh  masyarakat malalui kelembagaan di tingkat desa / kelurahan khususnya dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan kesehatan pada daerah rawan bencana, penungsian, KLB, gizi buruk, keracunan makanan, pencemaran lingkungan serta masalah lainnya.  

Secara konseptual, kesiapsiagaan masyarakat di desa / kelurahan dapat

diwujudkan melalui 2 aspek, yaitu :

1.   Aspek peningkatan kesehatan   
Yaitu upaya kesehatan yang dalam pelaksanaannya perlu melibatkan  berbagai pihak, termasuk masyarakat, yaitu:
·         Promosi kesehatan, perlindungan kesehatan dan upaya pencegahan, untuk mengenali, mengurangi dan mencegah faktor-faktor risiko yang menjadi pencetus masalah kesehatan masyarakat.
·         Upaya – upaya  untuk mengurangi tingkat pemaparan masyarakat terhadap faktor-faktor risiko.
·         Pemberdayaan masyarakat, yang merupakan upaya untuk menyiapkan masyarakat dalam mengurangi risiko yang akan berdampak pada kesehatannya.

2.   Aspek Pelayanan kesehatan
Yaitu upaya-upaya yang pelaku utamanya adalah jajaran kesehatan :
·         Penyediaan informasi dan konsultasi kesehatan
·         Respon cepat, untuk membantu menanggulangi korban atau penderita akibat kejadian yang sedang terjadi .
·         Pemulihan , untuk memulihkan penderita melalui pertolongan definitive.


Aspek ‘peningkatan kesehatan lebih menonjolkan upaya pemberdayaan kesiapsiagaan masyarakat terutama masyarakat yang berada di daerah atau desa rawan bencana, pengungsian, KLB, keracunan, pencemaran, agar untuk tetap dapat hidup sehat pada berbagai kondisi tersebut, sedangkan dan aspek “pelayanan kesehatan” merupakan  upaya untuk mempersiapkan jajaran kesehatan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan  Kabupaten serta Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan informasi/konsultasi, penanggulangan pada penderita / korban dan rujukan yang terjadi pada situasi rawan.


Untuk terwujudnya kondisi ‘kesiapsiagaan masyarakat’ di tingkat desa / kelurahan, aspek “Peningkatan kesehatan” yang terdiri dari upaya kesiapsiagaan dan pencegahan oleh masyarakat dan aspek “Pelayanan Kesehatan” yang merupakan upaya pelayanan kesehatan terhadap korban / penderita harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan saling mendukung antara keduanya.

Kondisi kesiapsiagaan masyarakat merupakan nilai hakiki kemanusiaan yang dapat dicapai melalui peran masayarakat (dari, oleh dan untuk  masyarakat) sebagai unsur utama yang didukung oleh pemerintah dan pihak-pihak lain yang terkait lainnya. Pemerintah sebagai fasilitator yang bertugas untuk memberdayakan masyarakat untuk mencapai kondisi seperti yang diharapkan sebagai wilayah desa / kelurahan yang masyarakatnya memiliki kesiapsiagaan untukmenolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Kondisi kesiapsiagaan  di masyarakat harus segera diwujudkan karena adanya kecenderungan peningkatan permasalahan yang terkait dengan kejadian bencana, pengungsian, konflik sosial, KLB penyakit, keracunan makanan, pencemaan lingkungan, dsb.

Melalui  pendekatan ‘desa siaga’ ini diharapkan ada:
o   Peran masyarakat untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya bilmana menghadapi masalah kedaruraan kesehatan melalui kelembagaan desa / kelurahan.
o    Kemudahan masyarakat untuk memperoleh informasi tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk menolong diri sendiri dan keluarga..


III. DESA / KELURAHAN SIAGA

Yang dimaksudkan dengan Desa /Kelurahan Siaga adalah kondisi di
desa/ kelurahan yang masyarakatnya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka memujudkan Desa Sehat. (Pedoman Pengembangan Desa Siaga, Depkes, 2006)

Kriteria Desa / Keurahan Siaga adalah:
1.    Memiliki pemimpin dan atau tokoh masyarakat yang peduli terhadap kesehatan.
2.    memiliki organisasi kemasyarakatan yang peduli kepada kesehatan masyarakat desa.
3.    memiliki berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
4.    memiliki Polkesdes yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar.
5.    memiliki sistem survailans (penyakit, gizi, kesling dan PHBS) berbasis masyarakat
6.    memiliki sistem pelayanan kegawat daruratan (safe comunity) yang berfungsi dengan baik.
7.    memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat (mandiri dalam pembiayaan kesehatan seperti adanya Tabulin, Dasolin, Dana sehat, Dana sosial keagamaan, dan lain-lain)
8.    masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

(Kriteria tambahan) :
9.    Tersedianya SDM di desa / kelurahan yang dijadikan sebagai ”focal point” / terlatih
10. Tersedianya informasi masalah yang terkait dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan (local spesifik) di unit pelayanan kesehatan setempat.
11. Adanya kemauan masyarakat setempat untuk mengatasi masalah.

Yang didukung dengan kesiapan unit kesehatan di lapangan untuk :
1.    Menyediakan berbagai informasi kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat.
2.    Memberikan alternatif pemecahan kedaruratan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, termasuk tersedianya Tim Gerak Cepat di tingkat Puskesmas untuk mengatasi masalah yang tak dapat dikerjakan oleh masyarakat.
3.    Tersedia jejaring kerja antara masyarakat – Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten / Rumah Sakit.

Luaran yang diharapkan :
1.    Masyarakat memahami hazard dan dampak berbagai kejadian terhadap kesehatan dan kehidupannya. (bencana, pengungsian, KLB, keracunan makanan, pencemaran, masalah Gizi, dll)
2.    Masyarakat mengetahui apa yang seharusnya dapat dikerjakan sendiri oleh mereka dalam upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan penanggulangan serta pemulihan kembali yang terkait dengan kedaruratan
3.    Masyarakat bersedia dan mengetahui kemana seharusnya memberikan dan meminta informasi dan bantuan penanggulangan.
4.    Kesiapan unit kesehatan untuk melayani masyarakat yang membutuhkan, sehingga dapat terbangun kepercayaan masyarakat terhadap unit pelayanan kesehatan.



Tujuan  Desa  / Kelurahan Siaga

Tujuan Umum :
Terwujudnya masyarakat Desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wialyah desanya.

Tujuan Khusus :
1.    Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
2.    Meningkatnya kemampuan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
3.   Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, kegawat daruratan, dsb).
4.    Meningkatnya dukunagn dan peran stake holder dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa.
5.    Meningkatnya masyarakat desa yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sasaran :

Pendekatan ‘Desa Siaga’ melalui ‘Community Preparedness’, merupakan pendekatan pemberdayakan masyarakat di desa / kelurahan untuk dapat menolong diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya di bidang kesehatan.
·         Upaya pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan pada yang wilayah merupakan daerah rawan situasi krisis kesehatan yang masyarakatnya secara langsung terancam kondisi kesehatannya,  dimana  upaya untuk mengurangi tingkat pemaparan masyarakat terhadap faktor-faktor risiko (upaya mitigasi)  diperkirakan dapat dilaksanakan  untuk mengurangi kondisi kerentanan yang diakibatkan oleh situasi krisis  kesehatan.

IV. LANGKAH-LANGKAH
Upaya kesehatan adalah mengurangi factor risiko gangguan kesehatan masyarakat akibat situasi kedaruratan yang dalam penanggulangannya sangat perlu melibatkan sektor lain dan masyarakat itu sendiri, dan hal ini menjadi penting mengingat:
·         Kemampuan Depkes, untuk menyediakan bantuan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya, baik SDM, logistik maupun dana operasional.
·         Pandangan umum bahwa bantuan kesehatan adalah bantuan tenaga medis dan obat-obatan, sehingga di lapangan upaya kesiapsiagaan dan pencegahan kurang mendapat perhatian, baik oleh jajaran kesehatan yang ada di daerah maupun Pemda.
·         Kenyataan di lapangan, masyarakat yang berada pada situasi kedaruratan sangat rentan terhadap kemungkinan terjadinya masalah kesehatan.
·         Upaya kesehatan adalah mengurangi factor risiko gangguan kesehatan masyarakat akibat situasi kedaruratan yang dalam penanggulangannya sangat perlu melibatkan sector lain dan masyarakat itu sendiri.

Lagkah pembentukan Desa / Kelurahan Siaga :
Langkah awal yang perlu ditempuh untuk pemberdayaan masyarakat di desa, Dinas Kesehatan Propinsi bersama Dinas Kesehatan kabupaten/ Kota membuat prioritas untuk menetapkan desa / kelurahan sebagai uji coba atau percontohan.
Bila telah ditetapkan, langkah pembentukannya adalah sebagai berikut:

1.   Penyiapan unit pelayanan kesehatan:
Untuk penyiapan unit kesehatan di lapangan, khususnya Puskesmas, yang perlu dilakuan adalah mempersiapkan petugas yang akan memfasilitasi Desa / Kelurahan Siaga, yaitu melalui pelatihan pemberdayaan dengan berbagai metode pendekatan (MPA, DRA, PHAST, CLTS, dll).
Petugas yang dilatih meliputi Sanitarian atau petugas Survailans Puskesmas serta petuas PMD Kecamatan.

2.    Pendekatan ke Desa / Kelurahan (advokasi) oleh Puskesmas dan Dinkes        Kab/kota’
Tujuannya adalah untuk memperoleh persetujuan serta penetapan Tim Desa/ Kelurahan yang diharapkan menjadi motor penggerak Desa /Kelurahan Siaga.
Langkah ini perlu ditempuh  untuk mempersiapkan desa antara lain dalam bentuk Musyawarah desa, yang bertujuan untuk menentukan langkah berikutnya dalam pembentukan desa siaga, seperti  pemilihan kader desa yang nantinya akan dilatih oleh petugas kesehatan puskesmas, penentuan pengurus desa siaga serta menentukan bentuk pelatihan yang diperlukan.

3.    Pemberdayaan Masyarakat, yang kegiatanya meliputi :
§  Peningkatan  pemahaman akan pentingnya peran masyarakat dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan kesehatan (community preparedness).
§  Peningkatan peran dan tanggung jawab masyarakat untuk dapat menolong dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya pada situasi kedaruratan kesehatan.

Upaya pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui :
o   Pelatihan partisipatory bagi Tim Desa/ Kelurahan, dengan memanfaatkan metode MPA, DRA, PHAST, CLTS yang difasilitasi oleh Puskesmas, yang hasilnya masyarakat dilatih untuk menemukan masalah sendiri melalui survai mawas diri, mencari potensi pemecahan masalah dan tersusunnya rencana kerja desa.
o   Pelatihan teknis sederhana sesuai masalah lokal yang mecakup materi:
Ø  Kewaspadaan dini
Ø  Pengenalan factor risiko dan upaya pengendaliannya.
Ø  Tatalaksana kasus sederhana.
Ø  ‘contingency plan’ desa.
Ø  Jejaring kerja.

Bila langkah-langkah tersebut menunjukan hasil yang baik, dapat dilakukan ‘replikasi’ ke desa /kelurahan lainnya, dan bilamana belum berhasil perla dikaji kekurangan-kekurangannya.

V. PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN
a.    Pengorganisasian :
·         Pengelola pendekatan Desa / Kelurahan Siaga di tingkat pusat adalah Pusat Promosi Kesehatan-Depkes..
·         Di tingkat Propinsi adalah melalui Dinas Kesehatan Propinsi.
·         Di tingkat kabupaten / kota adalah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten / kota.
b.   Pelaksanaannya dilakukan atas kerjasama antara  unsur / unit penyuluhan kesehatan, survailans, pencegahan penyakit dan kesehatan lingkungan, dan pelayanan kesehatan.


VI. PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

Pembinaan pelaksanaan  pemberdayaan masyarakat yang diwadahi dalam Desa / Kelurahan Siaga dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dan petugas kesehatan.
Pemantauan kegiatan dilaksanakan sejak dimulainya kegiatan berlangsung, yaitu pada periode pra kedaruratan dan saat sampai dengan periode paska kedaruratan, dimana komponen  yang dipantau meliputi tingkat ‘awareness’ masyarakat terhadap situasi yang mungkin dihadapi, kondisi kesehatan masyarakat seperti sarana sanitasi dasar, kejadian penyakit menular serta masalah kesehatan lainnya. Hasil pemantauan dapat diumpan balikan kepada pihak-pihak lain yang terkait di daerah dan bilamana perlu dapat dibahas bersama  untuk langkah-langkah pemecahan masalah dan tindak lanjutnya.
Sedangkan kegiatan penilaian, dapat dilakukan dengan menggunakan indicator keberhasilan yang dilihat dari indicator input, proses dan output serta outcome-nya.

VII. PENUTUP

Dengan pendekatan pemeberdayaan masyarakat ini diharapkan agar masyarakat terutama pada daerah yang sering mengalami situasi kedaruratan dapat memahami, mengetahui dan bersedia mengerjakan upaya untuk mencegah dan menurunkan risiko kesehatan dan gangguan kesehatan lain yang seharusnya dapat dilaksanakan sendiri untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya, atau dengan kata lain ‘community preparedness’,  melalui penyiapan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada tahap kesiapsiagaan