A.
Pengertian
Marah adalah :
Perasaan jengkel yang simbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart Sundeen,1995)
B.
Etiologi
1.
Kebutuhan tidak terpenuhi.
2. Menyinggung harga diri.
3.
Harapan yang tidak sesuai kenyataan.
4.
Diancam/disakiti.
5.
Kegagalan,keadaan yang tidak mengenakkan.
1.
Assertif.
Marah yang
terus terang dan dapat mengemukan alasan tanpa menyinggung perasaan lawan
bicara.
2.
Frustasi.
Individu
memiliki kemampuan untuk marah tetapi tidak dapat mengungkapkannya karena
adanya pertimbangan tertentu.
3.
Pasif.
Individu
tidak mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan perasaannya sehingga hanya
dipendam.
4.
Agresif.
Munculnya
perilaku sebagai ekspresi marah tetapi masih ada pertimbangan sehingga
kemarahan masih bisa dikontrol.
5.
Amuk.
Rasa marah yang diekspresikan dengan
kehilangan kontrol. Marah ini bersifat desktruksi dan tidak dapat menyelesaikan
masalah
D.
Cara-Cara Mengendalikan Marah
Beberapa
langkah yang bisa dilakukan untuk
mengendalikan marah antara lain :
1.
Kenali kemarahan.
2.
Ketahui penyebab.
3.
Memikirkan akibat.
4.
Mengedalikan marah.
Beberapa tips untuk mengendalikan
marah antara lain :
a.
Relaksasi.
b.
Humor.
c.
Mengubah cara pandang.
d.
Selesaikan masalah secara tuntas.
e.
Berkomunikasi.
f.
Modifikasi lingkungan.
g.
Konsultasi.
E.
Diagnosa Keperawatan.
1.
Ineffective Coping (Koping tidak efektif)
Definisi :
Ketidakmampuan untuk melakukan penaksiran yang valid terhadap stressor, tidak
adekuatnya pilihan respon, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber
yang tersedia.
Batasan
karateristik :
Ø
Gangguan tidur.
Ø
Penurunan penggunaan dukungan sosial.
Ø
Konsentrasi yang buruk.
Ø
Kelelahan.
Ø
Problem solving tidak adekuat.
Ø
Mengeluhkan ketidakmampuan koping atau
ketidakmampuan untuk meminta bantuan.
Ø
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Ø
Perilaku merusak terhadap diri atau orang lain.
Ø
Ketidakmampuan memenuhi harapan pesan.
Ø
Tingkat kesakitan/penyakit yang tinggi.
Ø
Perubahan dalam pola komunikasi.
Faktor-faktor
yang berhubungan :
-
Perbedaan
gender dalam strategi koping.
-
Tingkat
percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping.
-
Ketidakpastian.
-
Support
sosial tidak adekuat yang dibentuk dari karakterisik atau hubungan.
-
Tingkat
kontrol persepsi tidak adekuat.
-
Derajat pengobatan tingkat tinggi.
-
Krisis situasional atau maturaional.
-
Gangguan dalam pola penurunan ketegangan.
-
Kesempatan untuk mengantisipasi stressor tidak adekuat.
NOC :
-
Decision Making.
-
Impulse Kontrol.
-
Information Processing.
Kriteria
hasil :
Pasien akan :
-
Menyatakan secara verbal tentang perasaan, berhubungan dengan
kondisi emosional.
-
Mengidentifkasi pola koping dan tingkah laku yang
dihasilkan.
-
Mengidentifikasi
kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan perawat.
-
Membuat
keputusan dan mengikuti tindakan dengan tepat untuk mengubah situasi provokatif
dalam lingkungan personal.
NIC
:
-
Coping Enhacement.
-
Decision Making Support.
2. Resiko
untuk kekerasan terhadap orang lain.
Definisi :
Kondisi dimana tingkah laku individu dapat menyakiti orang lain baik secara
fisik, emosional atau seksual. (NANDA 2005)
Faktor resiko (NANDA 2005)
-
Bahasa tubuh : postur kaku mengepalkan tangan,
hiperaktif, kondisi mengancam.
-
Riwayat kekerasan.
-
Riwayat mengancam.
-
Riwayat perilaku anti sosial.
-
Riwayat kekerasan secara tidak langsung.
-
Kerusakan neurologi.
-
Kerusakan kognitif.
-
Riwayat penganiyaaan masa kanak-kanak
-
Riwayat saksi kekerasan dirumah.
-
Kejam pada binatang.
-
Membakar.
-
Riwayat penyalahgunaan obat/zat.
-
Intosikasi patologi.
-
Gejala
psikotik (misalnya halusinasi, paranoid, dekesi)
NOC :
a.
Agression Control.
-
Menahan diri dari ledakan emosi secara verbal.
-
Menahan diri dari kekerasan pada pribadi orang lain.
-
Menahan
diri dari menekan orang lain.
-
Menahan
diri dari membahayakan orang lain.
-
Menahan
diri dari menghancurkan benda.
-
Mengkomunikasikan
kebutuhan dengan tepat.
-
Secara
verbal mampu mengontrol impuls.
-
Mengidentifikasi
kapan saat marah.
-
Mengidentifikasi
situasi yang memicu permusuhan.
-
Mengidentifikasi
kapan perasaan agresif.
-
Menyalurkan perasaan negatif dengan cara yang tepat.
-
Mentaati
kontrak untuk menahan diri dari perilaku agresif.
-
Memelihara
kontrol diri tanpa pengawasan.
b.
Risk Detection.
Indikator :
- Mengenal
tanda dan gejala yang mengidentifikasi risiko.
- Mengidentifikasi
potensial risiko kesehatan.
- Mencari validasi dari risiko yang
ada.
- Menunjukan pemeriksaan diri sesuai
interval yang direkomendasikan.
- Berpartisipasi dalam skrening pada
interval yang direkomendasikan
- Mengetahui riwayat keluarga.
- Memelihara pengetahuan yang terbaru dari
riwayat keluarga.
- Memelihara pengetahuan terbaru mengenai riwayat pribadi.
NIC :
Anger Control
Assistance.
Aktivitas :
-
Bina hubungan saling percaya.]
-
Gunakan
pendekatan kalem dan meyakinkan.
-
Tentukan
harapan tingkah laku yang tepat untuk ekspresi marah.
- Batasi akses untuk situasi yang membuat
frustasi sampai pasien dapat mengekspresikan dengan cara yang adaptif.
- Dukung pasien untuk mencari bantuan dari
staff perawat atau yang bertanggung jawab selama periode peningkatan
ketegangan.
- Monitor untuk agresi yang tidak tepat
dengan intervensi sebelum diekspresikan.
- Cegah menyakiti secara fisik jika marah
yang diarahkan pada diri/ orang lain.
- Sediakan fasilitas untuk mengekspresikan
marah.
- Sediakan jaminan untuk pasien bahwa staff
perawat akan melakukan intervensi untuk
mencegah pasien dari kehilangan kontrol.
- Gunakan kontrol eksternal sesuai dengan
kebutuhan untuk menenangkan pasien yang mengekspresikan marah dengan perilaku
yang maladaptif.
- Sediakan umpan balik pada perilaku yang
membantu pasien mengidentifikasi marah.
- Bantu pasien mengidentifikasi sumber
marah.
- Identifikasi konsekuensi dari ekspresi
marah yang tidak tepat.
- Bantu pasien untuk membuat rencana
strategi untuk mencegah ekspresi marah yang tidak tepat.
- Identifikasi bersama dengan pasien
keuntungan dari perilaku marah dengan perilaku yang adaptif dan tanpa
kekerasan.
- Bangun harapan dimana pasien dapat
mengontrol perilakunya.
- Instruksikan
penggunaan time out dan nafas dalam.
- Berikan reinforcement untuk ekspresi marah
yang tepat.
Enviromental
Management. : Violence prevention ( Manajemen lingkungan : pencegahan kekerasan )
-
Jauhkan barang yang bisa digunakan sebagai senjata dari
lingkungan.
-
Cari lingkungan rutin yang bebas dari bahaya.
-
Cek pasien bahwa tidak memiliki senjata atau barang
yang potensial sebagai senjata pada saat pasien masuk.
-
Monitor keamanan semua barang yang dibawa oleh
pengunjung.
-
Instruksikan
pada pengunjung dan pemberi perawatan lain tentang isu keamanan pasien.
-
Batasi
pasienuntuk menggunakan barang yang berisiko menjadi senjata.
-
Monitor
pasien selama penggunaan barang yang berisiko untuk senjata.
-
Tempatkan
pasien dengan masalah potensial menyakiti diri dengan teman sekamar lain untuk
memungkinkan isolasi dan kesempatan bertindak menyakiti diri sendiri sesuai
dengan pikirannya dan cara yang tepat.
-
Atur
ruangan tunggal untuk pasien dengan potensial menyakiti orang lain.
-
Tempatkan
pasien diruang tidur yang dekat dengan ruangan perawat.
-
Batasi
aksis ke jendela jika tidak dikunci.
-
Penggunaan kunci dengan alat penyimpan.
-
Sediakan
alat makan dari plastic atau kertas.
-
Tempatkan
pasien pada lingkungan yang restriktik untuk tingkat kebutuhan observasi.
-
Pindahkan
individu lain dari pasien yang potensial melakukan kekerasan.
-
Memelihara
rasa aman yang telah direncanakan.
3. Koping tidak efektif
NOC : Decision
Making.
Indikator :
-
Identifikasi informasi yang sesuai.
-
Identifikasi alternative.
-
Identifikasi
konsekuensi dari setiap alternatif.
-
Mengenali
pewrbedaan pendapat dengan orang lain.
-
Memahami
konteks sosial dari situasi.
-
Memahami
implikasi legal yang mungkin.
-
Mempertimbangkan
altyernatif.
-
Memilih
diantara alternatif.
NIC : Dcision
making ( Bantuan Pengambilan Keputusan ).
Aktivitas :
-
Menentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan
pasien terhadap kondisinya dan pandangan
dari pemberi perawatan.
-
Informasikan
pasien mengenai alternative pandangan atau solusi.
-
Bantu
pasien untuk mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif.
-
Bangun
komunikasi dengan pasien pada awal pasien masuk.
-
Fasilitasi
pengucapan pasien mengenai tujuan perawatan.
-
Dapatkan informed consent dengan cara yang tepat.
-
Fasilitasi pembuatan keputusan kolaboratif.
-
Hormati hak pasien untuk menerima atau tidak menerima
informasi.
-
Sediakan informasi yang diminta oleh pasien.
-
Bantu pasien menjelaskan keputusan pada orang lain
sesuai kebutuhan.
-
Jalankan fungsi sebagai penghubung antara pasien dan
pemberi perawatan lain.
-
Rujuk pada bantuan legal dengan cara yang tepat.
-
Rujuk pada dukungan group dengan cara yang tepat.
NIC : Coping
Enhancement ( Peningkatan Koping ).
Aktivitas :
-
Hargai penilaian pasien terhadap perubahan dalam
gambaran diri sesuai indikasi.
-
Hargai
dampak dari situiasi hidup pasien terhadap peran dan hubungan.
-
Dukungan
pasien untuk mengidentifikasi deskripsi realistik dalam perubahan.
-
Hargai pemahaman pasien tentangh proses penyakit.
-
Hargai
diri dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi.
-
Gunakan
pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.
NIC :
Aktivitas :
- Hargai penilaian pasien
terhadap perubahan .
- Dukungan pasien dari
situasi hidup pasien terhadap.
- Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit.
- Dukung pasien tentang
proses penyakit.
- Hargai dan diskusikan
alternatif respon terhadap situasi.
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan memberikan jaminan.
- Sediakan atmosfir
penerimaan.
- Bantu pasien dalam
mengembangkan penghargaan yang obyektif terhadap kejadian.
- Sediakan informasi faktual
tentang diagnosis, penanganan dan prognosis.
- Sediakan pilihan yang
realistik tentang aspek perawatan saat ini.
- Sediakan pilihan yang
realistik tentang aspek perawatan saat ini.
- Evaluasi kemampuan pasien
membuat keputusan.
- Cari pemahaman perspektif
pasien terhadap situasi stress full.
- Turunkan kegiatan
pengambilan keptusan saat pasien berada pada stress berat.
- Konfrontasikan ambivalen
pasien ( Perasaan marah atau depresi ).
- Dukung penggunaan
mekanisme defensif yang tepat.
- Anjurkan mengeluarkan
marah dan bermusuhan dengan konstruktif.
- Dukung verbalisasi dari
perasaan, persepsi dan takut.
- Menurunkan stimulasi
lingkungan yang dapat disalahartikan sebagai ancaman.
- Tentukan risiko aktivitas
menyakiti diri pasien.
- Bantu pasien untuk
menyelesaikan maslah dengan menggunakan tingkah laku yang konstruktif.
- Bantu pasien untuk
mengatasi berduka dan kehilangan karena penyakit kronik atau ketidak mampuan.
- Dukung pasien untuk
mengevaluasi tingkah laku sendiri.