Kamis, 19 Juli 2012

Manajemen Rujukan Bayi Baru Lahir Resiko Tinggi


 
1. Prinsip Dasar
Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat/bidan/dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas pelayanan kesehatan harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab tugas masing-masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.

Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Rujukan
a.       Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga rumah sakit tempat rujukan
b.      Adanya komunikasi dua arah antara yang merujuk dan tempat rujukan
c.       Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama 24 jam
d.      Tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan di tempat yang merujuk dan tempat rujukan
e.       Tersedianya sarana angkutan/transportasi selama 24 jam
f.       Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk transport, perawatan dan pengobatan di rumah sakit
g.      Tersediannya dana intensif bagi petugas kesehatan yang siaga 24 jam.

Tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan
a.       Persiapan rujukan yang memadai
b.      Penerangan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang ditemukan atau diduga
c.       Izin rujukan atau tindakan lain yang akan dilakukan
d.      Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit) yang ada, yang sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan (hasil laboratorium, foto rontgen, contoh darah ibu)
e.       Stabilisasi keadaan vital janin/bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat rujukan
f.       Pembinaan kemampuan dan keterampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter spesialis kebidanan dan anak dalam penanganan kasus rujukan neonatus sakit, minimal sekali setiap 3 bulan.
Bentuk kegiatannya berupa :
-          Telaah (review) kasus rujukan
-          Audit maternal-perinatal/neonatal
-          Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan dokter spesialis
g.      Penerapan prosedur tetap(protokol) pelayanan esensial dan tata laksana penyakit pada neonatus di setiap jenjang pelayanan kesehatan

2. Indikasi Rujukan Bayi Baru Lahir
      Indikasi rujukan harus sudah mulai dipikirkan sejak bayi masih dalam kandungan, oleh karena tindakan dan penanganan kehamilan resiko tinggi maupun tundakan dan penanganan penyulit/komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup dan kualitas tumbuh kembang anak di masa yang akan datang apabila anak tersebut  dari kematian pada masa neonatal.
Kondisi/tanda-tanda berikut ini merupakan indikasi rujukan (disesuaikan dengan fasilitas setempat), yaitu :
o   Bayi berat lahir rendah < 2.000 gram
o   Bayi tidak mau minum ASI
o   Tangan dan kaki bayi teraba dingin
o   Bayi mengalami gangguan/kesulitan bernafas
o   Bayi mengalami perdarahan atau tersangka perdarahan
o   Bayi mengalami kejang-kejang
o   Bayi mengalami gejala ikterik yang meningkat
o   Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit
o   Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis
o   Bayi menyandang kelainan bawaan

3. Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi
  1. Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi
Rujukan berhasil apabila kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi baru lahir dapat ditekan serendah-rendahnya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Sebelum bayi dirujuk, diperlukan stabilisasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar kondisi bayi tidak bertambah berat dan meninggal di jalan. Adakalanya stabilisasi lengkap tidak dimungkinkan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa merujuk bayi dalam keadaan tidak stabil membahayakan dan tidak dianjurkan. Karena itu seharusnya dilakukan usaha stabilisasi semaksimal mungkin sesuai dengan kewenangan dan kemampuan fasilitas.
Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabila suhu tubuh, tekanan darah, cairan tubuh dan oksigenisasi cukup.
Beberapa penanganan stabilisasi sebelum pengiriman sebagai berikut :
-          Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus untuk memberikan cairan
-          Bayi dengan kejang-kejang perlu diberi pengobatan antikonvulsi terlebih dahulu agar kondisi bayi tidak bertambah berat
-          Bayi sesak nafas dengan sianosis harus diberi oksigen
-          Suhu tubuh bayi dipertahankan agar tetap hangat dalam batasan normal (36,5-37,5 C) dengan menggunakan termometer yang dapat membaca suhu rendah. Jika suhu bayi kurang panas , sedangkan fasilitas inkubator tidak ada, bayi dapat digendong dengan cara kangguru oleh ibu, ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan selimut plastik, atau diantara selimut pembungkus bayi diletakkan aluminium foil. Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan Metode kangguru.
-          Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan dekstrostiks dan apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian infus disesuaikan.
-          Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi sebaiknya dipasang selang masuk ke dalam lambung (selang nasogastrik) untuk dekompresi.
-          Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan kasa yang dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 % hangat.
Keadaan usaha menstabilkan ini harus dipertahankan selama dalam perjalanan. Bila keadaan bayi tidak stabil, tidak dianjurkan membawa bayi ke fasilitas rujukan karena akan membahayakan jiwanya.

  1. Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan
Selama bayi dalam perjalanan, petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di tempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi bayi. Hubungan tersebut dapat melalui fasilitas komunikasi cepat yang tersedia di puskesmas atau kecamatan, misalnya : radio komunikasi, telepon, kurir, dan sebagainya. Dengan adanya informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu untuk menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan langsung dapat ditangani. Setiap tempat rujukan  harus selalu siap siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan.
Keluarga atau petugas kesehatan yang mendampingi bayi harus menyerahkan surat/kartu rujukan, melengkapi identitas dan keterangan mengenai penyakit serta melaporkan kadaan penderita selama dalam perjalanan.

  1. Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan
Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan bayi beserta anjuran tindak lanjut paska rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk (puskesmas/polindes). Tindak lanjut paska rujukan bayi sakit dilaksanakan oleh bidan di desa atau petugas daerah binaan pendekatan perawatan kesehatan masyarakat.

4. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Rujukan

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanakan oleh pengelola dari jenjang administrasi yang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner. Instrumen ini digunakan untuk menilai pelaksanaan rujukan di suatu wilayah Dati II. Sasarannya adalah Tim Audit Maternal Perinatal di Dati II dari Dinas Kesehatan dan Dokter Spesialis Kebidanan dan Spesialis Anak dari rumah sakit rujukan yang melakukan pembahasan rujukan kasus bayi baru lahir dengan petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang merujuk kasus tersebut.





Bagan indikasi rujukan, tempat merujuk dan stabilisasi bayi baru lahir.
Indikasi Rujukan
Tempat Merujuk
Stabilisasi
1. Ibu hamil, usia kehamilan < 34 minggu dengan tanda persalinan
§ Puskesmas dengan perawatan
§ Rumah sakit
§  Pertahankan suhu normal
§  Lingkungan transportasi bersih
2. Partus lama
§ Puskesmas dengan perawatan

§  Pertahankan suhu normal
§  Infus
§  Oksigen
3. BBLR <2.000 gram
§ Puskesmas dengan perawatan

§  Bungkus hangat dengan kepala bayi diberi topi
§  Tetap beri ASI/air gula
§  Lingkungan transportasi bersih
4. Bayi tidak mau minum ASI
§ Puskesmas dengan perawatan

§  Bungkus hangat dengan kepala bayi diberi topi
§  Lingkungan transportasi bersih
§  Coba air gula dengan sendok
§  Tanda-tanda dehidrasi
§  Tanda-tanda tetanus
5. Kaki dan tangan bayi teraba dingin (hipotermi)
§ Puskesmas dengan perawatan

§  Bungkus hangat dengan kepala bayi diberi topi
§  Lingkungan transportasi bersih
§  Coba air gula dengan sendok
§  Oksigen
6.Gangguan/kesulitan bernafas
§ Puskesmas dengan perawatan

§  Bersihkan jalan nafas
§  Lihat Bab Asfixia dan infeksi pernafasan
7.Perdarahan/tersangka perdarahan
§ Puskesmas dengan perawatan

§  Bungkus hangat dengan kepala bayi diberi topi
§  Infus
§   Oksigen
§  Minum ASI


Mekanisme rujukan
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.Setiap kasus dengan kegawatdaruratan neonatal yang datang ke puskesmas PONED harus langsung dikelola.setelah dilakukan stabilisasi kondisipasien, kemudian ditentukan apakahpasien akan dikelola di tingkat Puskesmas pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratanya.