Pernah
mendengar atau merasakan langsung nyeri pada pinggang secara tiba-tiba
ketika berusaha mengangkat beban berat? Atau mungkin nyeri pinggang yang
tidak diketahui dengan jelas penyebabnya? Banyak hal bisa mengakibatkan
nyeri pada bagian belakang bawah tubuh kita. Di kalangan medis, secara
umum keluhan ini disebut LBP (Low Back Pain). Nyeri ini bisa dikarenakan
kekakuan atau cedera terbatas pada otot dan struktur sendi lainnya,
karena proses peradangan di dalam rongga tulang panggul, proses sumbatan
pada saluran kemih atau pun cidera yang langsung mengenai saraf yang
ada di sekitar lokasi tersebut.
Apa itu HNP ?
HNP kependekan dari
Hernia Nucleus Pulposus, suatu gangguan akibat merembes atau melelehnya
(hernia) lapisan atau bantalan permukaan ruas tulang belakang (nucleus
pulposus) dari ruang antar ruas tulang (discus intervertebralis).
Bagaiman membedakan dengan nyeri pinggang oleh penyebab lainnya?
Nyeri oleh karena HNP
yang menjepit saraf rasanya lebih menggigit, terasa seperti terbakar
atau seperti terkena sengatan listrik. Dirasakan menjalar ke bagian
bawah dan jika lebih parah lagi akan terasa nyerinya dari belakang paha
menyebar ke bagian bawah hingga betis pada satu sisi. Nyeri dapat timbul
setiap saat tidak terbatas apakah sedang beraktifitas atau lagi
istirahat. Berbeda dengan nyeri akibat gangguan di saluran kemih. Jika
hambatan ada di ginjal, nyeri terasa lebih di atas pinggang, kemeng dan
penderita merasa sebatas tidak nyaman saja. Kalau hambatan berada di
dalam saluran bagian bawahnya bisa menimbulkan nyeri kolik,
kumat-kumatan, saat parah hingga menimbulkan muntah dan susah
melokalisir asal nyeri. Nyeri karena peradangan organ bagian dalam, akan
tersebar ke bagian perut bawah dan bertambah jika disentuh atau
ditekan. Waktu munculnya nyeri relatif lebih konstan. Pada tahap yang
lebih ringan, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau
hanya pegal pegal pada otot pinggang.
Apa saja gejala yang lain?
Disamping nyeri,
penderita dapat juga merasakan kesemutan (parestesia) hebat dan jelas
terasa bertambah nyeri jika disentuh pada bagian tulang belakang yang
mengalami proses herniasi tersebut. Kelanjutan dari nyeri akan berdampak
pada kekakuan (spasme) otot yang mengakibatkan penampakan struktur
pinggul dan tungkai yang terkena menjadi tidak sama dengan yang sehat di
sebelahnya. Hal ini disebut deformitas. Sebagai gejala ikutannya juga,
disadari atau pun tidak gerakan pada arah tertentu menjadi sangat
terbatas dan tidak mampu melakukan mobilisasi tubuh secara normal. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan kelemahan otot, perubahan reflek dan
terganggunya kerja saraf sensoris.
Bagaimana untuk memastikannya?.
Dengan pemeriksaan
penunjang. Sebagai langkah awal dibutuhkan rontgen atau foto x-ray untuk
screening mencari kemungkinan adanya pergeseran atau struktur ruas
tulang belakang yang tidak normal. Berikutnya, pada lokasi yang
dicurigai akan disuntikkan cairan kontras untuk memperjelas pada bagian
mana terjadi proses jepitan saraf. Pemeriksaan mielo-radikulografi ini
tidak senyaman pemeriksaan sebelumnya karena ada prosedur memasukkan
cairan tadi. Yang lebih non invasif dan jika fasilitasnya ada, para
dokter saat ini lebih memilih untuk dilakukan pemeriksaan CT scan dan pemeriksaan yang menjanjikan hasil lebih informatif lagi yakni dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Apa dan bagaimana itu terjadi?
Oleh karena suatu
trauma (jatuh, terbentur, gerakan yang tiba-tiba cepat dan lainnya) atau
oleh karena proses ketuaan membuat lapisan permukaan ruas tulang
belakang menjadi tergesek, mengakibatkan struktur mengandung sel
gellatin yang lentur dan kenyal itu (nucleus pulposus) mengalami cedera.
Lapisan kolagen ini bisa dibayangkan menyerupai bagian yang kenyal yang
melapisi tulang belakang sapi kalau kita lagi menyantap sop buntut
-bagi yang doyan makanan ini-. Lama kelamaan bagian ini kemudian
merembes membentuk tonjolan (protrusio) ke luar dari ruang antar ruas
tulang yang akhirnya menekan struktur yang berada di dekat tonjolan
tadi. Lebih sering kejadian rembesan atau tonjolan ini ke arah samping
belakang, dimana di bagian itu sebagai tempat keluarnya akar saraf yang
berasal dari batang saraf yang lebih besar (medulla spinalis) di dalam
sumsum tulang belakang. Terjadi pula pada kasus yang lebih jarang proses
ini di susunan ruas tulang leher (cervical). Bisa dibayangkan, semakin
banyak lapisan kolagen yang merembes ke luar, semakin tertekan saraf
yang berjalan di sekitarnya dan semakin nyeri anggota gerak di bagian
bawah lokasi hernia yang dirasakan penderita.
Apakah bisa disembuhkan tanpa operasi?
Masih bisa! Pada fase
akut, penderita disarankan istirahat dalam 1-2 minggu, tidur dengan alas
keras, dapat menggunakan jaket khusus dan selain obat-obat yang diminum
bisa juga disuntikkan obat pereda nyeri kuat yang disuntikkan langsung
pada rongga tempat berjalannya saraf di dekat lokasi nyeri atau epidural
injeksi. Pada fase subakut dan kronis perlu fisiotherapi untuk gerakan
meregang dan menekuk beserta pemanas / diatermi, akan lebih baik lagi
menggunakan korset penyangga pinggang dan latihan gerak dengan bertahap
dan hati-hati. Pada penanganan fisiotherapi lebih ditekankan pada gerak
regangan yang harus dikerjakan secara teratur dan berkesinambungan.
Bilamana kelainan ini membutuhkan operasi?
Bila terjadi gangguan
pada kerja saraf bagian bawah tulang belakang, seperti gangguan terhadap
proses buang air besar maupun kencing. Bila terjadi kelemahan otot,
otot yang mengecil tidak sesuai dengan yang sehat di sisi lainnya atau
bahkan terjadi pembengkokan tulang belakang sebagai kompensasi tubuh
terhadap nyeri. Operasi harus pula dipertimbangkan pada keadaan baal,
tidak merasakan sensasi di sekitar lobang anus dan bokong dan pada
kondisi nyeri yang menjalar di belakang paha (skiatika) yang dirasakan
sudah lebih dari 6 bulan.
Apa yang dikerjakan dan bagaimana teknik operasi itu?
Tujuan operasi adalah
untuk membebaskan desakan atau jepitan jaringan kollagen terhadap saraf
yang melintas di sekitarnya, biasanya di satu sisi, kiri atau kanan.
Sejauh ini ada 2 teknik untuk mengerjakan prosedur ini, selain secara
konvensional dengan pembedahan terbuka ada juga dengan yang lebih
canggih menggunakan cara minimal invasive. Minimal invasive surgery
lebih unggul karena tidak memerlukan torehan panjang di bagian tengah
punggung pasien disamping juga dapat meminimalisir kerusakan jaringan
tubuh di sekitar areal operasi.