Selasa, 07 Agustus 2012

LAPAROSKOPI

 Appendisitis akut adalah penyakit radang pada appendiks vermiformis yang terjadi secara akut. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya apendisitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada apendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan end-artery.

Add caption


GAMBARAN KLINIS
Ada beberapa gejala awal yang khas yakni nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan disentuh daerah yang sakit. Nyeri yang bertambah saat terjadi pergerakan disebabkan karena adanya gesekan antara visera yang meradang sehingga menimbulkan rangsangan peritonium. Selain nyeri, gejala apendisitis akut lainnya adalah demam derajat rendah, mules, konstipasi atau diare, perut membengkak dan ketidakmampuan mengeluarkan gas. Gejala-gejala ini biasanya memang menyertai apendisitis akut namun kehadiran gejala-gejala ini tidak terlalu penting dalam menambah kemungkinan apendisitis dan begitu juga ketidakhadiran gejala-gejala ini tidak akan mengurangi kemungkinan apendisitis.
Pada kasus apendisitis akut yang klasik, gejala-gejala permulaan antara lain :
Rasa nyeri atau perasaan tidak enak disekitar umbilikus ( nyeri tumpul ). Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan disekitar titik Mc Burney. Rasa sakit semakin meningkat, sehingga pada saat berjalan pun penderita akan merasakan sakit yang mengakibatkan badan akan mengambil sikap membungkuk pada saat berjalan. Nyeri yang dirasakan tergantung juga pada letak apendiks, apakah di rongga panggul atau menempel di kandung kemih sehingga frekuensi kencing menjadi meningkat. Nyeri perut juga akan dirasakan bertambah oleh penderita bila bergerak, bernapas dalam, berjalan, batuk, dan mengejan. Nyeri saat batuk dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra-abdomen.
Muntah, mual, dan tidak ada nafsu makan.
Secara umum setiap radang yang terjadi pada sistem saluran cerna akan menyebabkan perasaan mual sampai muntah. Meskipun pada kasus apendisitis ini, tidak ditemukan mekanisme pasti mengapa dapat merangsang timbulnya muntah.
Demam ringan ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah
Proses peradangan yang terjadi akan menyebabkan timbulnya demam, terutama jika kausanya adalah bakteri. Inflamasi yang terjadi mengenai seluruh lapisan dinding apendiks. Demam ini muncul jika radang tidak segera mendapat pengobatan yang tepat.
Diare atau konstipasi
Peradangan pada apendiks dapat merangsang peningkatan peristaltik dari usus sehingga dapat menyebabkan diare. Infeksi dari bakteri akan dianggap sebagai benda asing oleh mukosa usus sehingga secara otomatis usus akan berusaha mengeluarkan bakteri tersebut melalui peningkatan peristaltik. Selain itu, apendisitis dapat juga terjadi karena adanya feses yang keras ( fekolit ). Pada keadaan ini justru dapat terjadi konstipasi.
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih parah.
 

PENGOBATAN
Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif. Ada dua teknik operasi yang biasa digunakan :
Operasi terbuka : satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan lebih besar jika apendisitis sudah mengalami perforasi.
Laparoskopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya diseputar perut. Laparoskopi berbentuk seperti benang halus denagn kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan apendiks, pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.


Ketakutan terbesar pasien saat masuk ke ruang operasi salah satunya adalah kekhawatiran mengalami kecacatan karena luka sayatan bekas operasi. Namun saat ini, pasien tidak perlu lagi terlalu merasa khawatir.
Pasalnya, berkat teknologi bedah invasif minimal, luka bekas sayatan operasi tidak lagi besar. Selain itu, waktu penyembuhan pascaoperasi pun relatif jauh lebih cepat.
"Dulu jika seseorang menjalani operasi usus buntu, luka bekas operasinya sangat besar seperti lambang mobil (segitiga), tapi sekarang sangat kecil," papar spesialis bedah dari Rumah Sakit Premier Bintaro Errawan Wiradisuria dalam bincang kesehatan Penanganan Terkini Problem Saluran Cerna, di Jakarta, Kamis (24/3/2011)..
Bedah invasif minimal adalah alternatif dari bedah konvensional atau operasi terbuka yang menggunakan sayatan besar untuk menjangkau bagian tubuh yang perlu dioperasi. Tindakan bedah invasif minimal disebut juga dengan bedah laparoskopi, di mana pada prosedur ini tidak membutuhkan sayatan besar seperti pada bedah konvensional.
"Luka operasi berkisar antara 1cm, 0,5cm, 0,2cm)," imbuh Errawan.
Dalam tindakan bedah invasif minimal, sayatan kecil dibuat untuk memasukan alat-alat bedah khusus. Sebuah kamera video dan sumber cahaya yang disebut laparoskop digunakan untuk melihat bagian yang perlu dioperasikan melalui layar monitor.
"Seluruh prosedur operasi dilakukan dengan alat-alat kecil yang dilewatkan melalui tabung kecil (trokar) yang dipasang pada sayatan tersebut sebagai akses masuknya alat-alat," tambahnya.
Keuntungan lain dari prosedur bedah invasif minimal kata Errawan adalah pemulihan peristaltik usus (pergerakan usus) yang lebih cepat. Dengan demikian, pasien dapat lebih cepat mengonsumsi makanan dan minuman pascaoperasi. Selain itu, dengan luka yang kecil membuat pasien tidak mengalami kerugian dari segi estetik. Sejauh ini, lanjut Errawan, ada beberapa jenis tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah invasif minimal. Operasi yang dapat dilakukan melalui teknik bedah ini adalah pengangkatan kandung empedu, pengangkatan usus buntu yang meradang, melepas perlekatan usus, menyambung saluran cerna dan pengangkatan tumor di usus.