Senin, 17 September 2012

Manajemen Unit Rawat Inap Rumah Sakit


Rumah sakit sebagai suatu badan usaha, tentu mempunyai misi tersendiri sama seperti badan usaha lainnya. Produk utama rumah sakit adalah (a) Pelayanan Medis, (b) Pembedahan, dan (c) Pelayanan perawatan orang sakit,sedangkan sasaran utamanya adalah perawatan dan pengobatan nyawa dan kesehatan para penderita sakit. Namun perkembangan berikutnya bahwa rumah sakit harus mampu mendapatkan penghasilan ( bukan keuntungan ), untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan perkembangannya. Hal tersebutlah yang akhirnya memperluas kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien. Sebagai salah satu bagian dari rumah sakit, maka Unit Rawat inap dirumah sakit juga perlu
memperhatikan penghasilan sebagai sasaran yang harus dicapai, disamping tetap menjalankan perawatan orang sakit sebagai fungsi utama. Hal ini mengakibatkan diperlukan manajemen yang baik sehingga setiap
jasa maupun barang yang diberikan kepada pasien harus dapat memberikan penghasilan bagi Rumah Sakit pada umumnya. Jumlah pasien yang dilayani di rawat inap, tergantung dari jumlah tempat tidur yang disediakan. Hal ini karena pasien rawat inap membutuhkan tempat tidur sebagai tempat perawatannya. Oleh karena pelayanan yang diberikan harus berdasarkan pada optimalisasi sarana yang ada, maka penempatan tempat tidur disetiap bangsal harus diperhatikan sungguh sungguh agar jangan terlalu overloaded ataupun tidak pernah dipakai. Untuk alasan yang pertama hal tersebut akan mengakibatkan mutu pelayanan medis menjadi berkurang, dimana dalam kondisi yang padat pasien dapat menurunkan mutu sanitasi ruangan. Sedangkan alasan kedua, terjadi pemborosan biaya bila tingkat utilitas tempat tidur yang disediakan sangat rendah, apalagi tidak pernah digunakan. Kedua hal tersebut dapat menjadi ancaman efisiensi pelayanan medis karena ada biaya yang hilang tanpa menghasilkan sesuatu. Oleh karenanya untuk memantau hal tersebut sering dilakukan dengan memonitor tingkat penggunaan tempat tidur di bangsal rawat inap, dengan
indikator BOR ( Bed Occupancy Rate ), yang menggambarkan rata rata pemakaian tempat tidur oleh pasien pada suatu bangsal URI, pada suatu periode tertentu . Sehingga BOR yang tinggi, menggambarkan penggunaan tempat tidur yang tinggi pula, sehingga dapat mengambarkan tingginya pemasukan bagi URI
maupun rumah sakit. Indikator BOR sering digunakan sebagai dasar penilaian apakah suatu RS itu baik dalam penghasilan/ pendapatannya. Termasuk juga digunakan untuk mengevaluasi efesiensi penggunaan tempat tidur di bangsal URI, sehingga dapat dilakukan untuk perencanaan penempatan tempat tidur,sehingga tidak kosong ataupun terlalu penuh untuk tiap bangsal URI.