Menurut WHO terdapat 4 (empat) prong yang perlu diupayakan
untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi, meliputi:
- Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
- Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
- Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya
- Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya.
1. Mencegah
terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
Untuk menghindari penularan HIV
digunakan konsep ABCD yang terdiri dari:
- A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah.
- B (Be faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti)
- C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV
- D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum bekas secara bergantian.
Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dalam upaya pencegahan primer antara lain:
- Menyebar luaskan informasi mengenai HIV/AIDS
-. Meningkatkan kesadaran perempuan tentang
bagaimana cara menghindari penularan HIV
dan IMS
-. Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes
HIV secara sukarela
- Mengadakan penyuluhan HIV/AIDS secara berkelompok
-. Mempelajari tentang pengurangan risiko
penularan HIV dan IMS (termasuk penggunaan kondom)
-. Bagaimana bernegosiasi seks aman
(penggunaan kondom) dengan pasangan
- Mobilisasi masyarakat untuk membantu masyarakat mendapatkan akses terhadap informasi tentang HIV/AIDS
Melibatkan
petugas lapangan (kader PKK, bidan, dan lainnya ) untuk memberikan informasi
pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan
untuk membantu klien mendapatkan akses layanan kesehatan.
- Konseling untuk perempuan HIV negatif
-. Ibu hamil yang hasilnya tesnya HIV negatif
perlu didukung agar status dirinya tetap HIV negatif
-. Menganjurkan agar
pasangannya menjalani tes HIV
- Layanan yang bersahabat untuk pria.
-. Membuat layanan kesehatan ibu dan anak yang bersahabat untuk pria sehingga
mudah diakses oleh suami / pasangan ibu hamil
-. Mengadakan kegiatan “kunjungan pasangan” pada
kunjungan ke layanan kesehatan ibu dan anak
2. Mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
Pemberian alat kontrasepsi yang aman
dan efektif serta konseling yang berkualitas akan membantu Odha dalam melakukan
seks yang aman, mempertimbangkan jumlah anak yang dilahirkannya, serta
menghindari lahirnya anak yang terinfeksi HIV.
Untuk mencegah kehamilan alat
kontrasepsi yang dianjurkan adalah kondom, karena bersifat proteksi ganda.
Kontrasepsi oral dan kontrasepsi hormon jangka panjang (suntik dan implan)
bukan kontraindikasi pada Odha.
Pemakaian AKDR tidak dianjurkan
karena bisa menyebabkan infeksi asenderen. Spons dan diafragma kurang efektif
untuk mencegah terjadinya kehamilan maupun penularan HIV.
Jika ibu HIV positif tetap ingin
memiliki anak, WHO menganjurkan jarak antar kelahiran minimal 2 tahun.
3. Mencegah
terjadinya penularan HIV dari ibu HIV positif kepada bayi yang dikandungnya
Merupakan inti dari intervensi
PMTCT. Bentuk intervensi berupa:
- Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif
- Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela (VCT)
- Pemberian obat antiretrovirus (ARV)
- Konseling tentang HIV dan makanan bayi, serta pemberian makanan bayi
- Persalinan yang aman.
4. Memberikan
dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif, beserta bayi
dan keluarganya.
Upaya PMTCT tidak terhenti setelah
ibu melahirkan. Karena ibu tersebut terus menjalani hidup dengan HIV di
tubuhnya, maka membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang
waktu. Jika bayi dari ibu tersebut tidak terinfeksi HIV, tetap perlu dipikirkan
tentang masa depannya, karena kemungkinan tidak lama lagi akan menjadi yatim
dan piatu. Sedangkan bila bayi terinfeksi HIV, perlu mendapatkan pengobatan ARV
seperti Odha lainnya.
Dengan dukungan psikososial yang
baik, ibu HIV positif akan bersikap optimis dan bersemangat mengisi
kehidupannya. Diharapkan ia akan bertindak bijak dan positif untuk senantiasa
menjaga kesehatan diri dan anaknya, dan berperilaku sehat agar tidak terjadi
penularan HIV dari dirinya ke orang lain.
Informasi tentang adanya layanan
dukungan psikososial untuk Odha ini perlu diketahui masyarakat luas. Diharapkan
informasi ini bisa meningkatkan minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV
untuk mengikuti konseling dan tes HIV agar mengetahui status HIV mereka sedini
mungkin.