Minggu, 21 Oktober 2012

Strategi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi



Menurut WHO terdapat 4 (empat) prong yang perlu diupayakan untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi, meliputi:
  1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
  2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
  3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya
  4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya.
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
Untuk menghindari penularan HIV digunakan konsep ABCD yang terdiri dari:
  • A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah.
  • B (Be faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti)
  • C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV
  • D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum bekas secara bergantian.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan primer antara lain:
  • Menyebar luaskan informasi mengenai HIV/AIDS
-.  Meningkatkan kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari  penularan HIV dan IMS
-.  Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes HIV secara sukarela
  • Mengadakan penyuluhan HIV/AIDS secara berkelompok
-.  Mempelajari tentang pengurangan risiko penularan HIV dan IMS (termasuk penggunaan kondom)
-.  Bagaimana bernegosiasi seks aman (penggunaan kondom) dengan pasangan
  • Mobilisasi masyarakat untuk membantu masyarakat mendapatkan akses terhadap informasi tentang HIV/AIDS
Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, bidan, dan lainnya ) untuk memberikan informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan  untuk membantu klien mendapatkan akses layanan kesehatan.
  • Konseling untuk perempuan HIV negatif
-.  Ibu hamil yang hasilnya tesnya HIV negatif perlu didukung agar status dirinya tetap HIV negatif
-.  Menganjurkan agar pasangannya menjalani tes HIV
  • Layanan yang bersahabat untuk pria.
-.  Membuat layanan kesehatan ibu  dan anak yang bersahabat untuk pria sehingga mudah diakses oleh suami / pasangan ibu hamil
-.  Mengadakan kegiatan “kunjungan pasangan” pada kunjungan ke layanan kesehatan ibu dan anak

2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
Pemberian alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta konseling yang berkualitas akan membantu Odha dalam melakukan seks yang aman, mempertimbangkan jumlah anak yang dilahirkannya, serta menghindari lahirnya anak yang terinfeksi HIV.
Untuk mencegah kehamilan alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah kondom, karena bersifat proteksi ganda. Kontrasepsi oral dan kontrasepsi hormon jangka panjang (suntik dan implan) bukan kontraindikasi pada Odha.
Pemakaian AKDR tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan infeksi asenderen. Spons dan diafragma kurang efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan maupun penularan HIV.
Jika ibu HIV positif tetap ingin memiliki anak, WHO menganjurkan jarak antar kelahiran minimal 2 tahun.

3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu HIV positif kepada bayi yang dikandungnya
Merupakan inti dari intervensi PMTCT. Bentuk intervensi berupa:
  • Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif
  • Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela (VCT)
  • Pemberian obat antiretrovirus (ARV)
  • Konseling tentang HIV dan makanan bayi, serta pemberian makanan bayi
  • Persalinan yang aman.

4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif, beserta bayi dan keluarganya.
Upaya PMTCT tidak terhenti setelah ibu melahirkan. Karena ibu tersebut terus menjalani hidup dengan HIV di tubuhnya, maka membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Jika bayi dari ibu tersebut tidak terinfeksi HIV, tetap perlu dipikirkan tentang masa depannya, karena kemungkinan tidak lama lagi akan menjadi yatim dan piatu. Sedangkan bila bayi terinfeksi HIV, perlu mendapatkan pengobatan ARV seperti Odha lainnya.

Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu HIV positif akan bersikap optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan ia akan bertindak bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan anaknya, dan berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang lain.

Informasi tentang adanya layanan dukungan psikososial untuk Odha ini perlu diketahui masyarakat luas. Diharapkan informasi ini bisa meningkatkan minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV untuk mengikuti konseling dan tes HIV agar mengetahui status HIV mereka sedini mungkin.