Kamis, 26 Juli 2012

ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A.    Pengertian
Mual dan muntah yang hebat pada kehamilan, biasanya timbul pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat, perasaan mual ini disebabkan oleh peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum, hal ini dapat berlangsung sampai kehamilan berusia 4 bulan.
B.     Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang mungkin berperan adalah :
1.      Mola hidatidosa dan kehamilan ganda, frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hprmon HCG dibentuk secara berlebihan.
2.      Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3.      Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai faktor organik.
4.      Faktor psikologis memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai ibu, hal tersebut dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebgai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadai hamil atau sebagai pelarian dari kesukaran hidup.
C.    Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar hormon estrogen, oleh karena ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemisis gravidarum yang merupakan komoplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila hal ini terjadai terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik, belum jelas mengapa hal ini terjadio pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama disamping pengaruh hormonal, tetapi pada wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual akan mengalami emesis gravidarum yamg lebih berat.
Hiperemesis gravidarum juga dapat megakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan eregi tubuh, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asan aseton-asetik, aam hidroksi butirik  dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan yang dimuntahkan akan mengakibatkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian juga klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang juga dan tertimbunnya zat sisa metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebgai akibat dari muntah dan bertambahnya  eksresi lewat ginjal, menambanh frekuensi mual muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dam terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi sobekan selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umumnya perdarahan ini ringan dan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.
D.    Tanda dan gejala
Batasan tegas antara hiperemesis gravidarum dengan yang masih fifiologis tidak ada, tetapi apabila sudah mempengaruhi keadaan umum penderita maka sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
Tingkatan I. Muntah yang terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium, nasi meningkat sekitas 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
Tingkatan II. Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata terlihat sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligurua dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urine.
Tingkatan II. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepfalopati werniecke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menandakan terjadinya payah hati.
E.     Pengobatan
1.      Obat-obatan
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat-obatan adalah sifat obat yang tidak teratogen, sedativa juga sering diberikan misalnya phenobarbital, vitamin yang diberikan biasanya B1 dan  B6, anti histamin juga dianjurkan misalnya dramamin, avomin dsb, pada keadaan yang lebih berat diberikan anti emetik seperti disiklomin hirokloride atau khlorpromasin, penanganan yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2.      Isolasi
Penderita disendirikan dikamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat  yang boleh masuk kamar penderita dampai muntah berhenti dan penderita mau makan, tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3.      Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang menjadi latar belakang terjadinya penyakit.
4.      Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5 % dalam cairan fisiologis sebanyak 2 – 3 liter perhari, bila perlu ditambah kalium dan vitamin khususnya B kompleks dan C, bila terjadi kekurangan protein maka diberikan asam amino secara intra vena. Perlu montrol keseimbangan cairan antara asupan dan keluaran, urine perlu diperiksa  sehari-hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin, suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari, perlu juga diperiksa hematokrit dari permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum dapat membaik maka dapat dicoba pemberinan cairan peroral secara bertahap dan dapat ditambahkan makanan  yang tidak cair jika kondisi membaik.
5.      Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak membaik, bahkan mundur, usahakan untuk melakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk, delirium, kebutaan, takhikardia, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dengan pertimbangan yang matang dan obyektif ( tidak boleh terlalu cepat tetapi tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala kerusakan yang ireversibel ).
F.     Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus hiperemesis gravidarum adalah :
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
2.      Risiko kekurangan volume cairan
3.      Cemas berhubungan dengan krisis maturasional,perubahan dalam status peran
4.      Kelelahan berhubungan dengan kehamilan,cemas, peningkatan penggunaan fisik
5.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6.      Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan rangsangan muntah, iritasi mukosa lambung
7.      Risiko ketidak seimbangan suhu tubuh
8.      Kurang tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan fisik dan psikologis sekunder terhadap kehamilan