Rabu, 18 Juli 2012

ASUHAN NEONATUS, BAYI BARU LAHIR, DAN BALITA


Pendahuluan
            Para bidan mempunyai tanggung jawab terhadap para ibu untuk membantu bayi baru lahir, tidak hanya melewati fase kehidupan dalam rahim menuju kehidupan luar rahim seaman mungkin, namun juga melakukan adaptasi fisik terhadap kehidupan luar rahim.
            Bidan dapat membantu dalam kehidupan bayi dengan mempelajari dan mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan pada saat merawat seorang bayi baru lahir serta alasannya untuk itu. Para bidan tidak hanya membantu agar lebih banyak bayi yang hidup, juga menolong lebih banyak bayi untuk memulai kehidupan yang sehat.
            Pemahaman dasar mengenai adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai landasan rencana perawatan yang tepat. Hal ini dicapai melalui pemahaman menyeluruh mengenai fungsi normal tubuh bayi baru lahir sehingga bidan dapat membantu bayi sehat untuk tetap sehat dan memulihkan kondisi bayi baru lahir yang sakit.

Lingkup Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita Adalah :

A.    Lingkup Asuhan  Bayi Baru Lahir Normal
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (http://www.foxitsoftware.com.BBLnormal)
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Perubahan dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauteri memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologi. Hilangnya ketergantungan dari peredaran darah ibu melalui plasenta, memerlukan pengaktifan fungsi paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida, fungsi saluran cerna untuk penyerapan makanan, fungsi ginjal untuk mengeluarkan bahan-bahan sampah dan mempertahankan homeostasiskimia, fungsi hati untuk menetralkan dan mengeluarkan bahan-bahan toksik dan fungsi sistem imunologik untuk perlindungan terhadap infeksi. Sistem kardiovaskuler dan endokrin juga mengalami penyesuaian akibat hilangnya dukungan ibu dan plasenta (Nelson, 1992 :569).
Pada saat lahir, bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis, proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode transisi yakni periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu dan berlanjut selama beberapa minggu untuk sistem organ tertentu. Artinya bayi baru lahir menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya(Varney, 2007).
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan.
Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan keterlambatan tumbuh – kembang.
Contoh lain misalnya, kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat menyebabkan masuknya cairan lambung ke dalam paru-paru yang mengakibatkan kesulitan bernafas apabila hal ini berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Tak kurang penting adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat pada waktu pemotongan tali pusat, melalui mata, melalui telingapada waktu persalinan/waktu membersihkan bayi dengan bahan, atau cairan/alat yang kurang bersih.
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama bayi berat lahir rendah, pemberian ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak. Manajemen yang baik pada waktu hamil dan selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat (saifuddin, 2006 : 132)
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah lahir. Salah satu bentuk penyesuaian hidup pada baru lahir adalah suhu lingkungan. Pada menit-menit/jam-jam pertama kehidupannya harus disesuaikan dengan suhu ibu.
Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir adalah :
·         Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
·         Usahakan adanya kontak kulit bayi dan ibunya sesegera mungkin

Perawatan Pada Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar dapat tumbuh secara normal dan sehat. Dengan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir, pendekatan rasional terhadap perawatan dapat dimungkinkan. Tujuan perawatan adalah mendukung transisi, mencegah komplikasi potensial, mengidentifikasi abnormalitas dan melakukan intervensi bila perlu (Walsh, 2007 : 361)
Anamnesa neonatus harus (1) mempunyai tujuan agar secara dini dapat mengenali berbagai penyakit sehingga kelemahan atau kematian dapat dicegah dengan pengobatan yang cepat, (2) mengantisipasi berbagai keadaan yang kelak mungkin mempunyai arti penting dan (3) mengungkapkan faktor-faktor penyebab, yang dapat menjelaskan setiap keadaan patologik., tanpa memandang makna yang yang diberikannya saat ini atau dikemudian hari. Suatu riwayat keluarga yang terinci harus digali dan dicatat dengan baik untuk setiap bayi neonatus, peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses persalinan, saat kelahiran, anastesi dan saat-saat setelah persalinan selesai terutama mempunyai arti yang penting (Berhman, 1992).
Kondisi bayi dikaji dengan segera melalui observasi warna, tonus dan upaya  pernafasan.
Intervensi perawatan bayi segera setelah lahir ialah :
·         Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir normal sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi.
·         Pertahankan kebersihan jalan nafas
Segera setelah bayi lahir secara cepat nilai pernafasannya dan lakukan pembersihan jalan nafas. Meskipun pengisapan segera setelah lahir adalah praktik umum, pembersihan sekresi sederhana dari wajah bayi sama efektifnya.
Keuntungan potensial dari pengisapan adalah mengurangi aspirasi sekresi dan mengurangi kesempatan infeksi pada saluran pernapasan. Namun kerugiannya meliputi aritmia jantung, spasme laring, dan vasospasme arteri pulmonal. Pernafasan normalnya mulai secara spontan. Bila tidak penggosokan perlahan punggung bayi terutama efektif dalam merangsang pernapasan bayi dengan warna dan tonus baik.
·         Jaga bayi tetap hangat dan tempatkan bayi pada perut ibu
Menurut Gardner (1979), Pengeringan bayi yang segera dan mempertahankan kontak kulit dengan kulit ibunya membantu termoregulasi (kemampuan bayi dalam berespons pada stress dingin dengan terjadinya mekanisme kehilangan panas). Riset menunjukkan bahwa kontak kulit dengan kulit dipilih untuk menggunakan kehangatan untuk mempertahankan lingkungan termal netral bagi bayi baru lahir. Selimut basah harus diganti segera dengan selimut yang kering, aliran udara harus dihilangkan dan kepala bayi harus tetap tertutup. Permukaan apapun yang kontak dengan kulit bayi harus dalam keadaan hangat.
            Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dengan 4 cara :
1.      Evaporasi : kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2.      Konduksi : kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3.      Konveksi : kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
4.      Radiasi : kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.


·         Klem dan potong tali pusat bayi
Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari pangkal pusat bayi, tinggalkan 1 cm diantara kedua klem, potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting dengan kedua tangan  kiri. Pertahankan kebersihan saat memotong tali pusat, ganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor, periksa tiap 15 menit apabila masih terjadi perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat.
Jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ketampuk tali pusat. Hindari pembungkusan tali pusat. Bagian tali pusat yang menempel pada pusat bayi mudah terinfeksi dan harus dijaga bersih dengan alcohol atau antiseptik sampai bagian tersebut lepas. Ini biasanya terjadi setelah satu minggu. (David Hull, 1991 :22)
                  Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
-          Lipatkan popok dibawah puntung tali pusat
-          Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan keringkan segera secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
-          Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika tali pusat terlihat merah,   bernanah, berbau dan berdarah
-          Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
·         Catat nilai Apgar pada 1 dan 5 menit pertama
Kondisi bayi waktu lahir dinilai oleh bidan dan dokter dengan sistem penilaian (scoring sistem) yang dirancang oleh seorang ahli anastesia Amerika yang bernama Virginia Apgar. Skor APGAR adalah pemberian nilai 0, 1 atau 2 untuk masing-masing dari lima pokok pengamatan : denyut jantung, pernapasan warna, tonus otot, dan gerakan, serta respons terhadap perangsangan(David Hull, 1991 :22).
Nilai APGAR menit ke-1 digunakan untuk menentukan kebutuhan resusitasi. Bayi dengan nilai kurang dari 7 mungkin memerlukan intervensi khusus. Nilai APGAR menit ke-5 mengevaluasi respons bayi terhadap resusitasi. Bayi dengan nilai lebih dari 7 hanya memerlukan observasi, kehangatan dan waktu untuk bersama orang tuanya.

Tanda (sign)
Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
A=Appereance / warna kulit
Seluruh tubuh putih / pucat
Badan merah, kaki tangan biru
Seluruh tubuh kemerah-merahan
P=Pulse / detak jantung
Tidak ada
< 100/menit
> 100/menit
G= grimace / reflek dari rangsangan
Tidak ada
Sedikit gerakan menyeringai
Bersin/menangis
A= activity / tonus otot
Lemah lunglai
Ektrimitas sedikit
Gerakan aktif ekstremitas, flexi
R= respiratory / usaha nafas
Tidak ada
Lemah / lambat tidak teratur
Baik, menangis kuat













Dari 5 tanda diatas detak jantung yang paling penting sebab peningkatan frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka, keadaan memburuk jika frekuensi jantung melemah, meskipun paru telah berkembang.
Derajat nilai / score : maksimum 10 / 10
Score : 7-10 = bayi normal
4-6       = bayi aspixia
4-7       = bayi aspixia berat
·         Lakukan dengan segera pemeriksaan menyeluruh terhadap bayi
Saat bayi lahir, bidan/dokter menilai kondisi bayi. Setelah kelahiran bayi, petugas memeriksa bayi lebih seksama. Mereka menilai apakah gambaran wajah dan proporsi tubuh normal. Bayi ditelungkupkan untuk mencek spina bifida dan memastikan bahwa punggung normal. Anus dan tungkai diperiksa dan jari tangan dan jari kaki dicek. Jumlah pembuluh darah dalam tali pusat dicatat. Normalnya terdapat dua pembuluh nadi (arteri) dan satu pembuluh balik (vena) jika hanya ada satu pembuluh nadi mungkin terdapat  ketidaknormalan di tempat lain.
            Bayi ditimbang dan panjang bayi serta lingkar kepala di ukur. Normalnya bayi yang dilahirkan sekitar waktu yang diharapkan memiliki berat antara 2,5 dan 4,4 kg dengan panjang rata-rata 50 cm dan lingkar kepala 35 cm
            Suhu bayi diperiksa dengan thermometer rectum dan bayi dihangatkan jika perlu. Selang penyedot mungkin dimasukkan ke lambung. Tindakan ini untuk mencek apakah batang tenggorokan (esofagus) lengkap dan normal dan memungkinkan setiap lendir atau kotoran yang tertelan disedot keluar.
·         Beri vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir maka semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir.
·         Beri obat tetes/salep mata
Untuk mencegah terjadinya ofthalmia neonatorum semua bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromicin 0,5%/tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena penyakit menular seksual.
·         Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalina, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap berada ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan
Ukur berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
Bayi normal memiliki refleks mencucur dan refleks menghisap yang aktif, dan dapat segera mulai makan setelah lahir.Jika bayi tidak disusui oleh ibunya di ruang persalinan, pemberian makanan biasanya dimulai dalam 4 jam setelah kelahiran. Bayi baru lahir akan berkemih sebanyak 6-8 kali sehari. Mereka juga buang air besar setiap hari, menangis keras, keadaan kulitnya bagus dan mempunyai refleks menghisap yang kuat.


Tanda bayi normal adalah :
  1. Nilai APGAR
Setelah bayi baru lahir kita tentukan apgar score pada menit pertama dan menit kelima.
  1. Berat badan 2500- 4000 gr
  2. Panjang badan lahir 48-52 cm
  3. Lingkar dada 30-38 cm
  4. Lingkar kepala 33-35 cm
  5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180x/ menit, kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit.
  6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/ menit
  7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa
  8. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
  9. Kuku telah agak panjang dan lemas.
  10. Genitalia: Labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada perempuan ), testis sudah turun (pada anak laki-laki)
  11. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
  12. Reflek moro sudah baik, bila bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk

B.     Lingkup Asuhan Bayi Baru lahir Bermasalah
Prinsip asuhan bayi baru lahir adalah jika bayi dilahirkan dari ibu yang mengalami komplikasi dalam persalinan, penanganan bayi tersebut bergantung pada dua hal :
·         Apakah bayi mempunyai kondisi atau masalah yang perlu tindakan segera
·         Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian, atau tidak sama sekali
Masalah/kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga kesehatan di kamar bersalin) :
-          Tidak bernapas
-          Sesak napas
-          Sianosis sentral
-          Bayi berat lahir rendah < 2500 gram
-          Letargis
-          Hipotermi/stress dingin (suhu axial < 36,50C)
-          Kejang
Kondisi perlu tindakan awal :
-          Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
-          Potensial sifilis  (ibu dengan gejala atau serologis positif)
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh tenaga kesehatan di kamar bersalin) :
-          Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi
-          Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai.
Penanganan segera
Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah : tidak bernapas atau megap-megap, sianosis dan sukar bernapas

a.      Asfiksia
Asfiksia merupakan penyebab utama dari kelahiran bayi baru lahir dan kematian neonatus. Selain itu asfiksia menyebabkan mortalitas yang tinggi dan sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurologi. Insiden asfiksia perinatal dinegara maju berkisar antara 1,0-1,5% tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5%, sedangkan bayi prematur adalah 0,6%.
Di Indonesia, prevalensi asfiksia sekitar 3% kelahiran (1998) atau setiap tahunnya sekitar 144.900 bayi dilahirkan dengan keadaan asfiksia sedang dan berat. Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelansungan pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan.
      Batasan
Asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia yang progresif, akumulasi CO2 dan asidosis
Klasifikasi
1.      Tanpa asfiksia (nilai APGAR 8-10)
2.      Asfiksia ringan-sedang ( nilai APGAR 4-7)
3.      Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Fisiologi pernapasan bayi baru lahir
      Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan. Selama di dalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu melalui mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada janin. Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan CO2 (karbondioksida) sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah  dalam jumlah besar. Setelah lahir, bayi tidak berhubungan dengan plasenta lagisehingga dan akan segera bergantung kepada paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, maka beberapa saat sesudah lahir paru harus segera terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Patofisiologi
Tahap awal asfiksia ditandai dengan periode pernafasan cepat, bunyi jantung dan tekanan darah yang meningkat, kemudian diikuti oleh apnea primer. Asfiksia akan menyebabkan redistribusi aliran darah ke jantung, otak dan adrenal agar kebutuhan oksigen dan substrat terhadap organ-organ vital tersebut terpenuhi. Mekanisme terjadinya redistribusi tersebut melalui hipoksia dan meningkatnya CO2, bertambahnya aktifitas simpatis dan kemoreseptor, bersama-sama dengan pelepasan vasopressin arginin.
Hipoksia juga meransang kemoreseptor, melalui regulasi nervus vagus, akan menyebabkan bradikardia. Jika hipoksia berlanjut akan terjadi penurunan pH dan asidosis metabolik.
Jika asfiksia sangat berat akan terjadi gangguan autoregulasi aliran darah ke otak dan jantung sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan curah jantung. Selama asfiksia berat aliran darah yang ke otak lebih banyak ke batang otak daripada ke serebrum. Akibat pengiriman oksigen yang berkurang ke otak, maka akan terjadi focus injury didaerah aliran kolateral cortex (parasagital watershed area).
Akibat redistribusi darah ke otak dan jantung, ginjal akan mengalami ischemic injury pada tubulus ginjal yang proksimal. Jika proses berlanjut akan terjadi nekrosis epitel tubulus.
Etiologi
Asfiksia antepartum dan asfiksia intrapartum disebabkan insufisiensi plasenta, sedangkan asfiksia post partum biasanya merupakan akibat sekunder dari insufisiensi paru, jantung dan pembuluh darah, serta neurologis.
Faktor Predisposisi
Faktor Antepartum
a.       Umur > 35 tahun
b.      Ibu dengan diabetes
c.       Hipertensi dengan kehamilan
d.      Anemia dan isoimunisasi
e.       Infeksi pada ibu
f.       Ketuban pecah sebelum waktunya (KPD)
g.      Kehamilan ganda
h.      Tidak ada PNC
i.        DLL
Faktor Intrapartum
  1. Seksio secarea
  2. Sungsang atau kelainan letak
  3. Persalinan kurang bulan
  4. Persalinan lama
  5. Cairan amnion bercampur mekonium
  6. Prolaps tali pusat, Lilitan tali pusat, Simpul tali pusat, Tekanan pada tali pusat, Ketuban telah pecah, Kehamilan lewat waktu
  7. Abrutio plasenta
  8. Plasenta previa
  9. Gangguan His pada ibu
  10. DLL
Diagnosis asfiksia janin dalam rahim
            Untuk dapat menegakkan diagnosis gawat janin dapat ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1.      Denyut jantung janin
Denyut jantung janin normal antara 120 sampai 160 kali per menit. Terjadinya        gawat janin menimbulkan perubahan denyut jantung janin.
2.      Mekonium dalam air ketuban. Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin.
Kriteria Diagnosa
Sesuai dengan klasifikasi atau sesuai dengan batasan dan klasifikasi.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Analisis gas darah : asidosis metabolik/ respiratorik, PO2  menurun elektrolit : hipokalsemia (< 7 mg/dl), glukosa (dekstrostiks) : hipoglikemia (kurang bulan < 20 mg/dl, cukup bulan < 30 mg/dl).
Radiologi : foto toraks, USG kepala, dan CT scan kepala
Komplikasi
  1. Hipoksia, edema dan nekrosis serebral
Asfiksia akan menyebabkan kurangnya oksigen (hipoksia) dan atau kurangnya perfusi (iskemia) terhadap beberapa organ tubuh. Hipoksia dan iskemia akan menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke otak, sehingga akan terjadi gangguan metabolisme oksidatif otak dan metabolisme anaerob (glikolisis). Gangguan metabolisme tersebut akan meningkatkan asam laktat dan penurunan pH serta tidak efisiennya produksi ATP. Berkurangnya produksi ATP tersebut akan menjadi pencetus rangkaian mekanisme lain yang akan menyebabkan kematian sel.
  1. Perdarahan peri-ventrikuler
Asfiksia akan menyebabkan gangguan intraventrikuler, vaskuler dan ekstravaskuler.
  1. Gagal ginjal
Hipoksemia yang terjadi pada keadaan asfiksia akan menurunkan suplai oksigen ke jaringan diantaranya ke ginjal.
  1. Gagal jantung
Jantung merupakan organ aerob, yang berarti seluruh metabolismenya tergantung pada oksigen. Penyediaan oksigen pada miokardium tergantung kepada kapasitas angkut oksigen darah dan kecepatan aliran darah koroner. Kapasitas angkut darah ditentukan oleh kadar hemoglobin dan kadar oksigen sistemik. Menurut pasokan oksigen ke jaringan akan menyebabkan gangguan metabolisme sel dan bahkan kematian sel miokardium terutama didaerah subendokardial dan otot papilaris kedua milik jantung Yang mengakibatkan pengaruh terhadap fungsi miokardium. Gangguan fungsi miokardium tersebut akan meyebabkan gagal jantung pada periode post natal yang ditandai dengan adanya takikardia, takipnea, bunyi galop, kardiomegali.

b. Hipotermia dan Hipetermia
Prinsip dasar mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dan mencegah hipotermi.
1.      Mengeringkan bayi baru lahir sesudah lahir
2.      Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi normal
Suhu normal bayi baru lahir 36,5 C-37,5 C (suhu aksila). Gejala hipotermia apabila suhu < 36 C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Disebut hipotermia 32 C-36 C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yan berakhir dengan kematian.
Klasifikasi Hipotermi
Anamnesis
Pemeriksaan
Klasifikasi
·         Bayi terpapar suhu lingkunga yang rendah
·         Waktu timbul kurang dari 2 hari
·     Suhu tubuh 32 C-36,4C
·     Gangguan napas
·     Denyut jantung < 100 x/m
·     Malas minum
·     Letargi
Hipotermi sedang
·         Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
·         Waktu timbul kurang dari 2 hari
·     Suhu tubuh , 32C
·      Tanda lain hipotermia sedang
·      Kulit teraba keras
·     Napas pelan dan dalam
Hipotermi berat
·         Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan
·          Suhu tubuh berfluktuasi antara 36C-39C meskipun berada di suhu lingkungan yang stabil
·          Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil
Suhu tubuh tidak stabil (lihat dugaan sepsis)

Hipertermia adalah lingkungan yang telalu panas yang dihadapi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.
Penilaian Hipertermia bayi baru lahir :
- Suhu tubuh bayi > 37,5 C
- Frekuensi pernafasan bayi > 60/m
- Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air      kemih yang berkurang.

c. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bayi berat lahir rendah adalah :
1. faktor ibu
a.       Gizi saat hamil kurang
b.      Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
c.       Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d.      Penyakit menahun ibu : hopertensi, jantung, gangguan pembuluh darah
e.       Faktor pekerja yang terlalu berat
2. Faktor kehamilan
a.       Hamil dengan hidramnion
b.      Hamil ganda
c.       Perdarahan antepartum
d.      Komplikasi hamil : Preeklamsia, eklamsi, Ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
a.       Cacat bawaan
b.      Infeksi pada rahim
Gambaran Bayi Preterm
Gambaran bayi berat lahir rendah mempunyai karakteristik :
a.       Berat kurang dari 2500 gram
b.      Panjang kurang dari 45 cm
c.       Lingkaran dada kurang dari 30 cm
d.      Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
e.       Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f.       Kepala relatif lebih besar
g.      Kulit : tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
h.      Otot Hipotonik lemah
i.        Pernapasan tak teratur dan dapat terjadi apnue (gagal nafas)
j.        Ekstremitas : paha abduksi, sendi/lutut fleksi-lurus
k.      Kepala todak mampu tegak
l.        Pernafasan sekitar 45 sampai 50 kali permenit
m.    Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali permenit

d. Dehidrasi
Kadar air dalam lean body mass bayi ( tubuh tanoa jaringan lemak) lebih kurang 82 %. Apabila bayi kekurangan cairan 5 % atau lebih, akan terjadi dehidrasi.
Gejala/tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi : bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun menjadi cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin, banyak air kemih berkurang, apatik, gelisah, kadang-kadang kejang sampai syok.

e. Ikterus Neonatorum
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum mencapai ≥ 5 mg/dl. Disebut hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dl.
Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh.
Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah janin (fetal blood) dan darah dewasa (adult blood) yang mampu menarik O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 melalui paru-paru. Penghancuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadinya ikterus yang bersifat fisiologis. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa kadar billirubin indirek bayi cukup bulan sekitar 15 mg% sedangkan bayi belum cukup bulan 10 mg%. Diatas angka tersebut disebut sebagai hiperbilirubinemia, yang dapat menimbulkan kern ikterus.



PEMBAGIAN IKTERUS MENURUT METODE KREMER
Derajat ikterus
Daerah ikterus
Perkiraan kadar bilirubin
I
Daerah kepala dan leher
5.0 mg%
II
Sampai badan atas
9.0 mg%
III
Sampai badan bawah hingga tungkai
11.4 mg%
IV
Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut
12.4 mg%
V
Sampai daerah telapak tangan dan kaki
16.0 mg%
Kern ikterus adalah tertimbunnya dalam jaringan otak sehingga dapat menggangu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai tempat timbunan itu.

f. Kejang
            Kejang dapat disebabkan oleh meningitis, ensefalopati atau hipoglikemia berat. Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti dan pakaikan topi untuk menghindari kehilangan panas. Rujuk segera ketempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU

C.    Kelainan – kelainan Pada Bayi Baru Lahir
Setelah bayi menangis dan dirawat maka diperiksa apakah kelainan-kelainan pada tubuh bayi. Pemeriksaan dilakukan seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki.
Sifat-sifat bayi normal adalah :
a.       Panjang badan kurang lebih 50 cm
b.      Berat badan kurang lebih 3000 gram
c.       Dada lebih kecil dari kepala
d.      Warna kulit merah jambu
e.       Kulit diliputi oleh lemak, verniks caseosa
f.       Pada bayi laki-laki biasanya zakar sudah turun
g.      Tak terdapat cacat pada tubuh
                  Kelainan bawaan  (kongenital) adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,merupakan penyimpangan dari bentuk umum karena gangguan perkembangan dikemudian. Sebab langsung sukar diketahui, beberapa faktor yang mempengaruhi adalah :
*            Faktor genital, adanya kelainan kromosom pada suami atau isteri.
*            Faktor lingkungan dari ibu : infeksi oleh virus (rubella, polio, herpes) terutama bila menyerng pada trimester I kehamilan
*            Umur ibu : down syndrome didapat pada ibu berumur dibawah 35 tahun makin tua umur ibu makin besar kemungkinan mendapat bayi cacat.
*            Paritas : secara tidak langsung berhubungan dengan umur ibu
*            radiasi
*             obat-obatan

Beberapa cacat bawaan :
a.             Kepala busung (hidrosefalus)
         Rongga otak bayi mengandung terlalu banyak cairan. Dapat mengganggu kelancaran persalinan
b.             Bibir sumbing (labio palato schizis)
         Adalah kelainan bawaan berupa bibir belah / palatum belah akibat dari kegagalan proses penutupan maxilla selama masa embrio.
c.             Spina Bifida
         Spina bifida adalah suatu keadaan tidak terbentuknya tulang belakang bayi secara lengkap, sehingga sum-sum tulang belakang dan pembungkusnya terpapar.
d.            Anensefalus
         Tengkorak bagian atas kepala bayi tidak ada sama sekali
e.             Atresia ani
                              Adalah merupakan suatu kelainan bawaan dimana tidak ada lubang tetap pada anus
f.              Hirschprung
         Adalah suatu kelainan bawaan yaitu tidak terbentuknya sel ganglion parasimpatis dari pleksus mesentrukus/aurbarch pada kolon bagian distal
g.             Hernia diafragmatika
         Adalah merupakan kelainan bawaan dimana tidak terbentuknya sebagian diafragma sehingga sebagian isi perut masuk ke dalam rongga thoraks
             
            Untuk mengetahui cacat bawaan perlu diperiksa:
-          Bentuk muka bayi : adakah tanda-tanda mongoloid ?
-          Besar dan bentuk kepala : hidrosefal dan anensefal
-          Bentuk daun telinga : normal ?
-          Mulut bayi : adakah sumbing bibir atau sumbing langit-langit ?
-          Jari-jari : adakah talipes, sindaktili atau polidaktili
-          Kelamin : adakah hipospadia atau hidrokel atau hernia
-          Punggung : adakah meningokel ?
-          Dubur bayi : jari kelingking dimasukkan ke dalam dubur bayi untuk menentukan atresia ani