1.
Pengertian
Istilah
hypoglikemi digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah
rata-rata bayi seusia dan berat badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi
aterm (cukup bulan) dengan berat badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa
plasma darah lebih rendah dari 30 mg/dl dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada
hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa
merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun asam amino dan
laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa yang diambil
janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin sekitar dua
pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan plasenta dan
janin, maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan
kadar gula darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan
juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada semua
neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi
mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang
dipantau glukosa darahnya dengan baik.
Terdapat
4 kelompok besar bayi neonatal yang secara patofisiologik mempunyai resiko
tinggi mengalami hipoglikemi, yaitu :
a. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes
melitus atau menderita diabetes selama kehamilan dan bayi yang menderita
penyakit eritroblastosis fetalis berat, bayi demikian cenderung menderita
hiperinsulinisme.
b. Bayi dengan berat badan lahir rendah yang mungkin
mengalami malnutrisi intrauterin, yang mengakibatkan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh total menurun. BBLR yang termasuk rawan adalah bayi kecil menurut
usia kehamilan, salah satu bayi kembar yang lebih kecil (berat badan berbeda
25% atau lebih, berat badan lahir kurang 2000 kg, bayi yang menderita
polisitemia, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita toksemia dan bayi
dengan plasenta yang abnormal, terutama sangat peka dan mudah terkena gangguan
ini. Faktor-faktor lain yang juga berperan akan timbulnya hipoglikemia pada
kelompok ini mencakup respon insulin yang tidak normal, gangguan
glikoneogenesis, asam lemak bebas yang rendah, rasio berat otak/hati yang
meningkat, kecepatan produksi kortisol yang rendah dan mungkin kadar insulin
yang meningkat serta respon keluaran epinefrin yang menurun.
c. Bayi yang sangat imatur (kecil) atau yang sedang sakit
berat dapat menderita hipoglikemia karena meningkatnya kebutuhan metabolisme
yang melebihi cadangan kalori, dan bayi dengan berat badan lahir rendah yang
menderita sindrom gawat nafas, asfiksia perinatal, polisitemia, hipotermia dan
infeksi sistemik dan bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan sianotik yang
menderita gagal jantung.
d. Pada bayi yang menderita kelainan genetik atau gangguan
metabolisme primer (jarang terjadi) seperti galaktosemia, penyakit penyimpanan
glikogen, intoleransi fruktosa, propionat asidemia, metilmalonat asidemia,
tirosinemia, penyakit sirop mapel, sensitivitas leusin, insulinoma,
nesidioblastosis sel beta, hiperplasia fungsional sel beta fungsional,
panhipopituitarisme dan sindrom beckwith serta bayi raksasa.
2.
Insiden
Frekuensi
keseluruhan hipoglikemia adalah 2-3/1000 kelahiran hidup, tetap secara cukup
berarti lebih tinggi dikalangan bayi dengan berat badan lahir rendah, jika
dihubungkan dengan usia kehamilan mereka terutama bayi yang memperlihatkan kesulitan
prenatal atau yang mengalami sakit berat. Insiden di kalangan bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes dapat sampai sebesar 75%. Insiden
lebih rendah pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes
kehamilan dan lebih rendah, tetapi masih meningkat dikalangan bayi dengan berat
badan lahir rendah.
3.
Klasifikasi
hipoglikemi
Empat kelompok patofisiologi bayi neonatus resiko tinggi
untuk menderita hipoglikemia adalah :
a)
Bayi-bayi
dari ibu yang menderita diabetes melitus atau diabetes selama kehamilan, bayi
dengan eritroblastosis foetalis berat, insulinoma, nesidioblastosis sel β,
hiperplasia sel β fungsional, mutasi gen reseptor sulfonilurea, sindrom beckwith,
dan panhipopituitarisme yang tampaknya menderita hiperinsulinisme
b)
Bayi
dengan retardasi pertumbuhan intrauterine atau bayi preterm mungkin mengalami
malnutrisi intrauterine sehingga mengakibatkan penurunan penyimpanan glikogen
hati dan lemak tubuh total : bayi kembar , bayi polisitemia, bayi dari ibu
toksemia, dan bayi dengan kelainan plasenta adalah yang rentan terhadap
hipoglikemia
c)
Bayi
yang amat imatur atau sakit berat dapat menderita hipoglikemia karena kenaikan
kebutuhan metabolik yang tidak seimbang dalam menyimpan substrat dan kalori
yang tersedia. Bayi dengan BBLR yang menderita sindrom gawat nafas, aspiksia,
hipotermia, polisitemia, dan infeksi sistemik. Infus intravena yang terganggu
terutama mereka yang kadar glukosanya tinggi akan cepat terjadinya
hipoglikemia.
d)
Bayi
dengan defek metabolik genetik atau primer seperti galaktosemia, penyakit
penyimpanan glikogen, intoleransi fruktosa, asidemia propionat, dll
4.
Penyebab
Hipoglikemi
pada neonatus dapat disebabkan oleh berbagai kondisi dalam klasifikasi diatas,
demikian juga oleh faktor-faktor lain yang
belum begitu jelas.
5.
Manifestasi
klinis
Kejadian
hipoglikemi sukar diketahui karena gejalanya juga dijumpai bila disertai
keadaan lain seperti infeksi terutama sepsis dan meningitis, kelainan
perdarahan dan edema susunan saraf pusat, asfiksia, penghentian obat, apnea
pada prematuritas, kelainan jantung bawaan, polisitemia dan juga dapat dijumpai
pada bayi sehat normoglikemik.
6.
Tanda
dan Gejala
Saat
timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah
lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang disusun mulai dengan frekuensi
tersering, yaitu gemetar atau tremor, serangan sianosis, apati, kejang,
serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang melemah atau melengking,
kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan putar mata. Dapat
pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti
jantung. Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis
tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak
menghilang setelah pemberian glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan penyebab
lain.
7.
Rencana
tindakan atau penanganan segera
1. Pertahankan suhu tubuh bayi dalam keadaan normal
(penanganan hipotermia).
2. Penyuntikkan larutan glukosa 15-20% sebanyak 20 ml/kg BB
melalui vena perifer.
3. Selanjutnya larutan glukosa 10% sebanyak 60-80% ml/kg
BB/24 jam.
4. Bila dalam waktu 6-12 jam pertama kadar gula darah tetap
dibawah 30 mg% penderita harus diberi :
· Hidrokortison 5 mg/kg BB/hari
· ACTH 4 unit/kg BB/hari
· Deksametason 0,5 mg/kg BB
5. Bila tidak ada serangan kejang, bolus glukosa 10%
intravena 200 mg/kg (2 mL/kg) efektif untuk menaikkan kadar glukosa darah. Bila
ada kejang 4 mL/kg injeksi bolus glukosa 10% terindikasi.
8.
Penatalaksanaan
1. Dengan memperhatikan tanda atau gejala tersebut diatas,
maka diambil tindakan segera yaitu :
a. Beri air gula kira-kira 30 cc satu kali pemberian dan
observasi keadaannya.
b. Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan
kain hangat, jauhkan dari hal-hal yang dapat menyerap panas bayi.
c. Segera beri ASI (Air Susu Ibu).
d. Observasi keadaan bayi, yaitu tanda-tanda vital, warna
kulit, reflek dan semua gejala yang ada diatas.
e. Bila tidak ada perubahan selama ± 24 jam dalam
gejala-gejala tersebut segera rujuk ke rumah sakit.
2. Glukosa darah <25 mg/dl (1,1 mmol/l) atau terdapat
tanda hipoglikemi, maka :
a. Pasang jalur IV, berikan glukosa 10% 2 ml/kg BB secara
pelan dlam 5 menit.
b. Infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan.
c. Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa
dan kemudian 3 jam sekali
· Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl (1,1 mmol/l)
ulangi pemberian bolus glukosa sperti tersebut diatas dan lanjutkan pemberian
infus.
· Jika kadar glukosa darah 24-25 mg/dl (1,1-2,6 mmol/l)
lanjutkan infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap 3 jam sampai kadar
glukosa 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih.
· Jika kadar gluosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau lebih
dalam dua kali pemberian berturut-turut, ikuti petunjuk tentang frekuensi
pemeriksaan kadar glukosa darah kembali normal.
d. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusu berikan ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
e. Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan pemberian
cairan infus setiap hari secara bertahap, jangan menghentikan infus glukosa
secara tiba-tiba.
3. Glukosa darah 25-45 mg/dl (1,1- 2,6 mmol/l) tanpa tanda
hipoglikemi.
a. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusu berikan
ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
b. Pantau tanda hipoglikemi dan bila dijumpai tanda tersebut
tangani seperti tersebut diatas.
c. Periksa kadar glukosa darah dalam setiap 3 jam atau
sebelum pemberian minum berikutnya :
· Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl (1,1 mmol/l)
atau terdapat tanda hipoglikemi tangani seperti tersebut diatas.
· Jika kadar glukosa darah masih antara 24-45 mg/dl (1,1-2,6
mmol/l) naikkan frekuensi pemberian ASI atau naikkan volume pemberian minum
dengan menggunakan alternatif cara pemberian minum.
· Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl (2,6 mmol/l) atau
lebih, lihat tentang frekuensi pemeriksaan kadar glukosa darah.
Kasus I :
Bayi Y lahir 2 hari lalu, datang ke rumah bidan S bersama
orang tuanya, mengeluhkan anaknya gemetar, tangisannya lemah, pucat dan timbul
keringat dingin, tidak mau menyusui dan bola mata anaknya berputar
S :
·
Ibu
mengatakan usia anaknya 2 hari
·
Ibu
mengatakan anakanya gemetar, tangisannya lemah
·
Ibu
mengatakan anaknya pucat dan keringat dingin
·
Ibu
mengatakan anaknya tidak mau menyusui dan bola matanya berputar
O :
·
Suhu
anak 36º C
·
Anak
kelihatan pucat
·
Anak
kelihatan gemetar dan menangis lemah
·
Bola
mata anak berputar
A :
·
Anak
usia 2 hari dengan hipoglikemi
P :
·
Pertahankan
suhu tubuh bayi tetap hangat
·
Beri
air gula kira-kira 30 cc satu kali pemberian dan observasi keadaannya
·
Berikan
ASI sesering mungkin
·
Rujuk
ke rumah sakit