A. Vaksin
1.
Pengertian
Vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan
kedalam tubuh bayi / anak yang disebut antigen. Dalam tubuh, antigen akan
bereaksi dengan antibody sehingga akan terjadi kekebalan.
Ada vaksin yang dapat langsung menjadi racun terhadap
kuman yang disebut anti toksin. Bila ada antigen yang masuk kedalam tubuh maka
tubuh akan berusaha menolaknya dengan membuat zat anti bodi dan zat anti
terhadap kuman yang disebut anti toksin.
Vaksin berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan penyakit. Tapi kemudian bibit penyakit ini dilemahkan / dimatikan
sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
2.
Bahan – Bahan Untuk Membuat Vaksin
a.
Vaksin Dari Kuman Hidup Yang Telah Dilemahkan
Seperti :
·
Virus Campak dalam Vaksin Campak
·
Virus Polio dalam jenis sabin pada Vaksin Polio
·
Kuman TBC dalam Vaksin BCG
b.
Vaksin Dari Kuman Yang Dimatikan
Seperti :
·
Bakteri pertusis dalam DPT
·
Virus Polio jenis salk dalam Vaksin Polio
c.
Vaksin Dari Racun (Toksin) Yang Dihasilkan Oleh
Bakteri Diubah Menjadi Toxoid Sehingga Tidak Berbahaya Bagi Manusia
Seperti :
·
Tetanus Toxoid dalam Vaksin TT
·
Dipteri Toxoid dalam Vaksin DPT atau DT
d.
Vaksin Yang Terbuat Dari Protein Khusus Kuman
Seperti : Hepatitis B
3.
Penggolongan Vaksin
Vaksin dapat digolongkan menurut sensitivitas terhadap
suhu. Ada 2 golongan yaitu :
a.
Vaksin yang sensitive terhadap beku (Freeze Sensitive = FS), yaitu :
Vaksin DPT, DT, TT, Hepatits B dan DPT – HB
b.
Vaksin yang sensitive terhadap panas (Heat Sensitive = HS), yaitu :
Vaksin campak, Polio dan BCG
Penyimpanan
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan di Puskesmas (atau digunakan), vaksin harus
selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, yaitu:
1) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 oC s/d 8 oC, pada lemari es.
2) Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu
ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung.
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2oC s/d 8oC atau pada suhu
ruang terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan,
pelarut disimpan pada suhu 2oC s/d 8 oC.
Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian
vaksin secara berurutan adalah paparan vaksin terhadap panas, masa
kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan
pemakaian sisa vaksin.
a. Keterpaparan vaksin terhadap panas
Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang
dinyatakan dengan perubahan kondisi VVM A ke kondisi B) harus
digunakan terlebih dahulu meskipun masa kadaluwarsanya masih
lebih panjang. Vaksin dengan kondisi VVM C dan D tidak boleh
digunakan.
Penyimpanan
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan di Puskesmas (atau digunakan), vaksin harus
selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, yaitu:
1) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 oC s/d 8 oC, pada lemari es.
2) Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu
ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung.
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2oC s/d 8oC atau pada suhu
ruang terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan,
pelarut disimpan pada suhu 2oC s/d 8 oC.
Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian
vaksin secara berurutan adalah paparan vaksin terhadap panas, masa
kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan
pemakaian sisa vaksin.
a. Keterpaparan vaksin terhadap panas
Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang
dinyatakan dengan perubahan kondisi VVM A ke kondisi B) harus
digunakan terlebih dahulu meskipun masa kadaluwarsanya masih
lebih panjang. Vaksin dengan kondisi VVM C dan D tidak boleh
digunakan.
b. Masa kadaluarsa vaksin
Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang lebih
pendek masa kadaluwarsanya (Early Expire First Out/EEFO)
c. Waktu penerimaan vaksin (First In First Out/FIFO)
Vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa vaksin yang diterima
lebih awal mempunyai jangka waktu pemakaian yang lebih pendek.
d. Pemakaian Vaksin Sisa
Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit atau
praktek swasta) bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
1) Disimpan pada suhu 2 0C s.d. 8 0C
2) VVM dalam kondisi A atau B
3) Belum kadaluwarsa
4) Tidak terendam air selama penyimpanan
5) Belum melampaui masa pemakaian.
4.
Persyaratan Pemberian Vaksin
a.
Pada Bayi Dan Anak Yang Sehat
b.
Tidak Boleh Diberikan Pada Bayi Dan Anak Yang
Sedang :
·
Sakit Keras
·
Dalam Masa Tunas Suatu Penyakit
·
Keadaan Fisik Yang Lemah
·
Mendapat pengobatan dengan kortikostroid / obat
– obat imunosupresit lainnya.
c.
Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan
belum lewat masa berlakunya
d.
Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat
e.
Mengetahui jadwal pemberian vaksinasi dengan
melihat umur dan jenis imunisasi yang sudah diberikan
f.
Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan
g.
Memperhatikan dosis yang harus diberikan
5.
Pengecekan Vaksin
a.
Perhatikan label pada kemasan
b.
Perhatikan dosis
c.
Perhatikan tanggal kadaluarsa
6.
Cara Memotong Ampul
a.
Peganglah ampul dengan ibu jari dan jari tengah
b.
Pergunakan / telunjuk untuk menyangga ujung
leher ampul
c.
Ambil gergaji ampul dan gergaji pada lehernya
sampai ampul tergores melingkar
d.
Patahkan ampul dengan hati – hati
7.
Cara Membuka Flacon
Dengan menggunakan gergaj ni ampul, angkat bagian
tengah dari tutup metal dan bengkokan.
8.
Cara Pengambilan Vaksin Dan Penyuntikannya
Perhatikan khusus harus diberikan kepada pemakaian
vaksin dalam botol yang berisis dosis ganda yaitu yang dipakai lebih dari
sseorang.
Pengambilan vaksin harus dilakukan dengan cara – cara
sebagai berikut :
a.
Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga
kelihatan karet
b.
Tutup karet yang tampak diseinfektan dengan
larutan yodium 2 % / alcohol / desinfektan lain. Kecuali vaklsin BCG
c.
Dengan alat suntik steril vaksin dihisap melalui
jarum yang ditusukkan ke bagian tutup karet yang talah didesinfektan
d.
Didesinfektan kulit yang akan di injeksi seperti
di atas
e.
Untuk tiap penyuntikan digunakan alat suntik
dengan jarum yang baru
f.
Vaksin hidup yang dikeringkan setelah dilarutkan
harus segera dipakai, jika bersisa buanglah dan tidak perlu disimpan
g.
Untuk itu perhitungkan dengan biak jumlah bayi /
anak yang akan diimunisasikan
9.
Hal – Hal Yang Menimbulkan Kerusakan Vaksin
Panas, sinar matahari dan pembekuan dapat merusak
vaksin
a.
Panas à
dapat merusak semua vaksin
b.
Sinar matahari à
merusak vaksin BCG dan campak
c.
Pembekuan à
merusak vaksin yang dibuat dari toxoid, misalnya vaksin DPT, TT, DT
d.
Desinfektan / antiseptic (alcohol, formalin,
spritus, dan lain – lain) dan detergent (sabun) à
dapat merusak vaksin.
Jangan mensterilkan semprit dan jarum dengan
antiseptic / desinfektan.
Bila vaksin sudah rusak maka potensinya akan hilang.
Walaupun disimpan kembali ke tempat penyimpanan dengan suhu yang tepat, karena
itu sejak awal simpanlah vaksin pada suhu seharusnya.
10.
Proses Terjadinya Reaksi Pada Tubuh Bayi Dan
Anak Setelah Imunisasi
Reaksi yang kemungkinan terjadi sesudah imunisasi
adalah :
a.
Reaksi Lokal
Biasanya terlihat pada tempat penyuntikan.
Misalnya terjadi pembengkakan yang kadang – kadang
disertai demam yang berlangsung 1 – 2 hari sesudah pemberian vaksin, agak
sakit.
b.
Reaksi umum
Pada keadaan pertama (reaksi local ibu harus tak usah
panic) sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh
bayi. Tetapi pada keadaan kedua (reaksi umum) sebaiknya ibu konsultasu pada
dokter / bidan.
Dengan pemberian vaksin kadang – kadang dapat
menyebabkan reaksi sampingan yang berat, dengan terjadinya shock, dan kejang –
kejang. Reaksi ini terutama disebabkan oleh pemberian vaksin yang mengandung
komponen pertusis yaitu DPT.
Komponen pertusis yang tidak boleh diberikan kepada
anak yang :
·
Mempunyai sakit syaraf (step)
·
Mudah mendapat kejang
·
Punya sifat alergi.
Seperti : eksim (gatal – gatal pada daerah tertentu,
asma, dan lain - lain).
Untuk anak demikian hanya boleh diberi vaksin DT pada
penyakit gangguan syaraf imunisasinya dilakukan setelah konsultasi dengan
spesialis yang bersangkutan.
11.
Skema Rantai Dingin (Cold Chain)
Sarana Angkutan
Biofarma / Bln
Masuk Cold Box
Diangkut Dengan
Kendaraan
Pusat
Masuk Cold Box
Diangkut kendaraan
Propinsi
Masuk cold Box
Diangkut dengan
Kendaraan
Kabupaten
Masuk vaksin carrier /
Cold
box diangkut
Dengan kendaraan
Puskesmas
Masuk termos
Dibawa ke lapangan
Lapangan
|
Sarana Penyimpanan
Kamar Dingin
Kamar Dingin
Kamar Dingin
Frezer, Lemari Es
Frezer, Lemari Es
Lemari Es
Termos
|
12.
Yang Harus Diperhatikan Dalam Penyimpanan Vaksin
Jangan :
·
Menyimpan makanan / minuman di dalam lemari es
yang berisi vaksin
·
Meletakkan vaksin di rak pintu lemari es
Untuk Lemari Es Di Puskesmas :
·
Mengatur vaksin dengan rapi
·
Control suhu lemari es 2 x sehari
·
Cairkan bunga es jika tebalnya lebih dari ½ cm
·
Jangan menyimpan vaksin berlebihan di puskesmas
B. Macam
– Macam Vaksin
1.
Vaksin Polio
a.
Pendahuluan
·
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah
virus
·
Vaksin berbentuk cairan
·
Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam flacon
dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin.
·
Pemberian secara oral sebnyak 2 tetes langsung
dari botol ke mulut bayi, tanpa menyentuh mulut bayi.
·
Vaksin polio sangat mudah rusak jika kena panas
disbanding dengan yang lain.
Umur
|
:
|
2
– 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
1
dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak
|
Cara
|
:
|
Di
berikan secara oral (melalui mulut)
|
Jumlah
Suntikan
|
:
|
4
kali (dosis) pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Tunggu
paling sedikit 4 minggu jarak antara pemberian 1 dan berikutnya, kalau tidak
kekebalan yang dihasilkan kurang baik.
Tidak
perlu mengulang dosis 1, bila ada keterlambatan pemberian polio II.
Biasannya
pemberian vaksin polio diberikan bersama – sama dengan vaksin DPT akan tetapi
pemberiannya dengan interval 2 jam.
|
b.
Deskripsi
Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent
yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain sabin)
yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal karena akan
distabilkan dengan sukrosa. (Vademecum
Bio Farma, Jan 2002)
c.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomielitis.
d.
Cara Mempersiapkan Vaksin Polio
1.
Menyiapkan Vaksin
Ø Bukalah
tutup metal atau karet
Ø Pasanglah
pipet plastic pada flacon
Ø Vaksin
polio sipa diberikan
2.
Mengatur posisi bayi dengan cara pemberian
vaksin
Ø Ibu
disuruh menelentangkan bayinya diatas pangkuannya dan memegangnya erat – erat.
Ø Mulut
anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua pipi anak sehingga
mulut terbuka.
Ø Teteskan
vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut anak sebanyak 2 tetes.
3.
Hal – hal yang perlu diperhatikan
Ø Dosis
2 tetes sebanyak 4X pemberian dengan selang waktu 4 minggu
Ø Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru
e.
Konta Indikasi
1.
Anak dengan diare berat
2.
Anak sakit parah
3.
Anak yang menderita immune deficiency tidak ada
efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang
sakit.
f.
Efek Samping
·
Pada umumnya tidak terdapat efek samping.
·
Efek samping berupa paralisis yang disebabkan
oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000 ; Bull WHO 66 :
1998)
·
Kalaupan ada hanya bercak – bercak ringan
(diare) karena kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada gangguan
penyerapan vaksin oleh usus.
·
Vaksin akan tetap diberikannya, kemudian dicoba
lagi mengulanginya 4 minggu setelah pemberian polio.
2.
Vaksin Campak
a.
Pendahuluan
·
Bibit penyakit yang menyebabkan camapk adalah
virus.
·
Kemasannya dalam flakon berbentuk gumpalan –
gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut.
·
Sebelumnya vaksin dilaruitkan dengan aqua
bidest.
·
Vaksin kering tidak akan rusak pada pembekuan.
Umur
|
:
|
9 – 11 bulan (pada
umumnya vaksin pada bayi yang berumur kurang dari 9 bulan tidak dapat
menghasilkan kekebalan yang baik karena gangguan dari anty body / kekebalan
yang dibawa sejak lahir / diperoleh dari ibunya sewaktu bayi dalam kandungan
sehingga harus diulangi pada umur 25 bulan).
Pada usia 6 – 7
tahun (Kelas 1 SD) setelah catchup
compaign campak pada anak Sekolah Dasar Kelas 1 – 6 dilakukan imunisasi
ulang (booster).
|
Dosis
|
:
|
0,5 ml
|
Cara
|
:
|
Suntikan secara
subkutan pada lengan kiri atas.
|
Jumlah Suntikan
|
:
|
1 X
Dapat diberikan
bersamaan dengan pemberian vaksin yang lain, tetapi tidak dicampur dalam 1
semprit dengan vaksin lain.
|
b.
Deskripsi
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective
unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30
mcg residu erythromycin. (Vademecum Bio
Farma, Jan 2002)
c.
Indiaksi
Untuk pemberian kekebalan aktif tehadap penyakit
campak.
d.
Cara Mempersipakan Vaksin Campak
1.
Cara melarutkan vaksin campak
Ø Cek
label flakon vaksin beberapa cc yang dibutuhkan.
Ø Ambillah
semprit 5 cc dan jarum oplos yang steril.
Ø Semprit
dan jarum hanya digunakan untuk oplos vaksin untuk menyuntik.
Ø Buka
ampul / plakon pelarut yang diperlukan.
Ø Sedot
pelarut kedalam semprit.
Ø Bersihkan
tutup plakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut dalam vaksin campak.
Ø Kocoklah
sampai vaksin benar – benar telah bercampur.
2.
Mengatur posisi bayi
Ø Dudukkan
bayi dipangkuan ibunya.
Ø Lengan
kanan bayi dilipat keketiak ibunya.
Ø Ibu
menopang kepala bayi.
Ø Tangan
kiri ibu memegang tangan kiri bayi.
3.
Mengisi semprit
Ø Ambil
semprit 1 cc yang telah sedia dengan jarumnya ukuran no.23, gunakan jarum yang
sama untuk mengisi semprit + menyuntik anak.
Ø Bersihkan
tutup karet flakon yang akan digunakan dengan kapas basah.
Ø Isap
0,6 cc vaksin kedalam semprit.
Ø Semprit
ditegak luruskan keatas untuk melihat gelembung udara kalau ada.
Ø Gelembung
udara di ketok – ketok pelan sehingga gelembung naik keatas, lalu dorong piston
agar udara keluar. Vaksin segera disuntikan kepada anak.
e.
Cara Penyuntikan Vaksin Campak
1.
Tempat yang akan disuntikan adalah 1/3 bagian
lengan atas.
2.
Ambil sedkit kapas yang telah dibasahi dengan
air bersih dan bersihkan tempat penyuntikan.
3.
Jepitlah lengan yang akan disuntikan dengan jari
– jari tangan kiri.
4.
Masukkan jarum kedalam kulit yang dijepit dengan
sudut kira – kira 300 terhadap lengan, jika memasukkan jarum terlalu
dalam dan control jarumnya dengan cara menarik pistolnya untuk meyakinkan jarum
tidak mengenai pembuluh darah. Bila ada darah maka jarumnya dicabut dan
dipindahkan ketempat lain.
5.
Tekan piston perlahan – lahan sebanyak 0,6 cc.
6.
Cabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan
kapas basah untuk membersihkan kulit.
f.
Kontra Indikasi
1.
Anak yang sakit parah
2.
Menderita TBC tanpa pengobatan
3.
Defisiensi gizi dalam derajat berat
4.
Anak yang mengidap immune deficiency atau anak yang diduga menderita gangguan respon
imun karena leukemia, limfoma
g.
Efek saming
1.
Demam ringan
Demam ini terjadi selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu
penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak lainnya.
2.
Bercak merah pada pipi, dibawah telingga pada
hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan
3.
Mungkin terjadi pembekakan pada tempat
penyuntikan
4.
Kejang ringan dan tidak berbahaya pada hari
ke-10 sampai dengan hari ke-12 setelah penyuntikan (sangat jarang terjadi)
5.
Radang otak (Ensefalitis / Ensepolapati) dalam
30 hari setelah penyuntikan TTP, kejadian ini jarang terjadi (1 : 1.000.000
orang)
Efek samping diatas harus diberitahukan kepada ibu
agar setelah 1 minggu setelah penyuntikan panasnya tinggi supaya diberikan ¼
tablet antiperetik dan beri keyakinan bahwa bila anak kena penyakit campak
akibatnya jauh lebih berat bila dibandingkan efek samping vaksinasi campak.
3.
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
a.
Pendahuluan
·
Ditemukan oleh Calmete Guerin
·
Vaksinnya adalah vaksin hidup yang berasal dari
bakteri
·
Vaksin BCG berbentuk seperti bubuk, dilarutkan
dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9 %). Vaksin yang telah dilarutkan harus
dipakai dalam waktu 3 jam. Cahaya dan panas dapat merusak vaksin BCG.
Umur
|
:
|
0 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
0,05 cc
|
Cara
|
:
|
Suntikan intrakutan
Tepatnya di
insertion M.Deltoideus kanan
|
Jumlah Suntikan
|
:
|
1X
|
b.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis
c.
Cara Pemberian
1.
Persiapan Alat Untuk Pemberian Imunisasi
Ø Ampul
BCG
Ø Pelarut
(NaCl 0,9 %)
Ø Gergaji
Ampul
Ø Semprit
untuk BCG + jarum
Ø Kapas
lembab dan plastik
2.
Cara Mempersiapkan Vaksin BCG
Ø Membuka
ampul
Sebelum vaksin dibuka, ampul diketuk –
ketuk dahulu supaya semua vaksin turun ke dasar ampul, kemudian ampul digergaji
Ø Cara
melarutkan vaksin
Zat pelarut dihisap dengan spuit 10 cc
sebanyka 4 cc dan kemudian dimasukkan ampul vaksin BCG tunggu sebentar sampai
semua serbuk larut kemudian digoyang – goyang sampai vaksin ini larut secara
merata
Ø Mengatur
posisi bayi
a) Bayi
dipangku ibunya, pakaian bayi yang menutupi lengan kanan atas dibuka
b) Tempat
penyuntikan 1/3 bagian kanan atas (inertion M.Deltoideus)
c) Isilah
semprit dengan vaksin BCG sebanyak 0,05 cc
Ø Cara
mengisi semprit
a) Sediakan
semprit dengan jarum 0,05 cc untuk vaksin BCG
b) Masukkan
jarum kedalam ampul yang sudah dibuka
c) Pada
waktu mengisap vaksin dilebihkan sedikit (satu dosis) agar pada waktu buang
gelembung udara jumlah vaksin tetap satu dosis
3.
Cara Penyuntikan Vaksin BCG
Ø Bersihkan
lengan kanan atas dengan kapas yang dibasahi aiar matang
Ø Peganglah
lengan kanan anak dengan tangan kiri sehingga tangan kiri berada di lengan
anak. Lingkarkan jari – jari tangan anda di bawah kulit lengan atas anak
meregang
Ø Pegang
semprit dengan tangan kanan dengan lobang jarum menghadap ke atas
Ø Masukkan
ujung jarum ke dalam kulit, usahakan sedikit mungkin melukia kulit
a) Pertahankan
jarum sejajar dengan lengan anak dan lobang tetap menghadap ke atas, sehingga
hanya bagian atas jarum saja yang masuk kedalam kulit
b) Jangan
menekan jarum terlalu lama dan jangan meregangkan ujung jarum terlalu menukik
Ø Letakkan
ibu jari tangan kiri anda di atas ujung barek
Ø Pegang
pangkal barek antara jari telunjuk dengan jari tengah lalu doronglah piston
dengan ibu jari tengan kanan anda
Ø Setelah
vaksin habis jarumnya dicabut
Ø Bila
vaksinasiBCG tepat maka akan timbul benjolan dikulit mendatar dengan kulit
kelihatan pucat dan pori – pori jelas
4.
Hal – Hal Yang Perlu Di Perhatikan Untuk Vaksin
BCG
Ø Pelarut
yang akan digunakan harus pada suhu 00C – 80C
Ø Suntikan
di dalam kulit (intra cutan)
Ø Satu
jarum dan semprit untuk setiap penyuntikan
Ø Sisa
vaksin BCG yang sudah dilarutkan dan tidak digunakan harus dibuang
d.
Kontra Indikasi
1.
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun
Seperti : eksim, furunkolosis dan sebagianya.
2.
Anak yang telah dan yang sedang menderita TBC
e.
Efek Samping
1.
Reaksi Normal
·
Bakteri BCG di dalam tubuh bekerja dengan sangat
lambat
·
Setelah 2 minggu akan terjadi pembekakan kecil
merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm
·
Setelah 2 – 3 minggu kemudian pembengkakan
menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm
·
Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu anak
tersebut, agar tidak memberikan obat apaun pada luka dan membiarkan terbuka
atau bila akan ditutup, gunakan kain kasa kering
·
Luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya dan
meninggalkan jaringan parut (scar) bergaris tengah 3 mm – 7 mm
·
Scar ini sangat berguna karena dapat menunjukkan
bahwa anak tersebut telah mendapatkan vaksin BCG
2.
Raeksi Berat
·
Kadang – kadang terjadi peradangan setempat yang
agak berat atau abses yang lebih dalam
·
Kadang – kadang juga terjadi pembengkakan di
kelenjer limpe pada leher atau ketiak
·
Ini mungkin disebabkan kesalahn penyuntikan yang
terlalu dalam dibawah kulit, mungkin juga disebabkan dosis yang diberikan
terlalu banyak
·
Hal – hal yang perlu diberitahukan kepada ibu
anak adalah :
a) Bila
reaksi hanya bersofat local maka tak perlu di obati, cukup dibalut dengan
pembalut kering
b) Bila
luka besar atau pembengkakan pada kelenjer limpe dianjurkan supaya anak
tersebut dibawa ke Puskesmas untuk berobat
3.
Reaksi Sedang
·
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap
tuberculosis, proses pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu
·
Ini berarti anak tersebut telah mendapatkan BCG
atau kemungkinan anak tersebut telah mendapat infeksi TBC
4.
Vaksin DPT (Dipteri Pertusis Tetanus)
a.
Pendahuluan
·
Terdidri dari Toxoid difteri, bakteri pertusis
dan tetanus toxoid
·
Kadang disebut “Triple” vaksin
·
Dapat disimpan pada suhu 20C – 80C
·
Vaksin difteri akan rusak bila dibekukan / kena
panas
·
Dalam DPT, vaksin pertusis merupakan vaksin yang
paling mudah rusak.
Umur
|
:
|
2 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
0,5 cc
|
Tempat Penyuntikan
|
:
|
Intra Muskuler /
Sub Kutan dalam dibagian luar paha
|
Jumlah Pemberian
|
:
|
3 X
|
Selang Waktu
Pemberian
|
:
|
Minimal 4 minggu.
Tidak perlu mengulang DPT 1 bila ada keterlambatan DPT 2
|
b.
Deskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid
tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B
yang merupakan sub unti vaksin virus yang menagandung HBsAg murni dan bersifat
non infections. (Vademecum Bio Farma, Jan
2002)
c.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
d.
Cara Pemberian
1.
Menyiapkan Vaksin
Ø Sebelum
membuka vaksin lihatlah dahulu labelnya.
Ø Kocok
terlebih dahulu flakonnya sehingga endapan tercampur.
2.
Cara Mengisi Semprit DPT
Ø Buka
tutup metal dengan menggunakan gergaji ampul
Ø Usaplah
karet penutup flakon dengan kapas basah
Ø Ambil
spuit 2 cc
Ø Pasanglah
jarum DPT ke semprit
Ø Isaplah
udara ke dalam spuit sebanyka 0,6 cc
Ø Tusuklah
jarum ke dalam flakon melalui tutup karet
Ø Masukkan
udara ke dalam flakon dan isaplah vaksin sebanyak 0,6 cc ke dalam semprit
Ø Cabut
jarum dari flakon, semprit ditegak luruskan ke atas untuk melihat gelembung
udara, apabila ada gelembung ketuklah pelan – pelan supaya gelembung naik ke
atas, lalu dorong piston sampai ukuran 0,5 cc
Ø Gunakan
1 semprit steril dan 1 jarum untuk setiap satu suntikan
3.
Mengatur Posisi Bayi
Ø Bayi
dipangku oleh ibu
Ø Tangan
kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan
kiri bayi
Ø Tangan
kanan bayi melingkar ke badan ibu
Ø Tangan
kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat
4.
Cara Penyuntikan
Ø Tempat
yang paling baik untuk suntikan adalah paha sebelah luar
Ø Letakkan
ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik
Ø Peganglah
otot paha antara jari – jari telunjuk dan ibu jari
Ø Bersihkan
lokasi suntikan dengan kapas basah
Ø Tusukkan
jarum tegak lurus kebawah melalui kulit antara jari anda sampai ke dalam otot
Ø Tarik
piston sedikit untuk meyakinkan behwa jarum tidak mengenai pembuluh darah
Ø Dorong
pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin
Ø Cabut
jarumnya
5.
Hal – Hal Yang Perlu Diperhatian
Ø Pemberian
3X dengan dosis 0,5 cc interval 4 minggu, IM
Ø Vaksin
yang digunakan jangan sampai beku
Ø Sisa
vaksin yang sudah dibuka harus dibuang
e.
Kontra Indikasi
·
Gejala – gejala keabnormalan otak pada periode
bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan
kontraindikasi pertusis.
·
Anak yang mengalami gejala – gejala parah pada
dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk
meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
·
Hipersensitif terhadap komponen vaksin
·
Tidak boleh diberikan kepada anak dengan infeksi
berat yang disertai kejang.
·
Panas tinggi (> 380C)
·
Penyakit gangguan kekebalan (distiscensi
immunologik)
f.
Efek samping
1.
Panas
Kebanyakan anak menderita panas pada sore hari setelah
mendapatkan vaksinasi DPT, tetapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Bila
panas timbul setelah dari 1 hari sesudah pemberian DPT, bukanlah disebabkan
oleh vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang perlu diteliti lebih lanjut.
2.
Rasa sakit didaerah suntikan
Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak,
ditempat suntikan. Yakinkan ibu bahwa keadaan ini tidak berbahaya dan tidak
perlu pengobatan.
3.
Peradangan
Bila pembengkakan sakit terjadi 1 mingu / lebih
sesudah vaksinasi, mungkin disebabkan peradangan.
Hal ini mungkin sebagai akibat :
·
Jarum suntik tidak steril
·
Penyuntikan kurang dalam
4.
Kejang – kejang
Reaksi ini disebabkan oleh komponen P dan DPT.
g.
Jadwal Pemberian
1.
Bayi umur 2 – 11 bulan
2.
Setelah umur 1 ½ - 2 tahun
3.
Vaksin DT pada usia 5 – 6 tahun
4.
Umur 10 tahun
·
Anak sudah mendapatkan DPT pada waktu bayi
diberi DT 1X saja 0,5 cc. IM
·
Anak tidak mendapat DPT pada waktu bayi diberi
DT 2 X, interval 4 minggu, 0,5 cc. IM
·
Apabila meragukan tetap diberi suntikan.
·
Bila bayi mempunyai riwayat kejang, maka DPT
diganti dengan DT (pemberian sama dengan DPT)
5.
Vaksin Hepatitis B
a.
Pendahuluan
Pada tahun 1991 WHO merekomendasikan imunisasi
terhadap Hepatitis B secara universal. Dosis pertama harus diberikan segera
mungkin setelah kelahiran (dalam waktu 72 jam). Vaksin Hepatitis B umumnya
lebih stabil panasnya dari pada vaksinasi lain dan dilakukan dirumah dengan
menggunakan alat suntuk tunggal (unifet).
PATH (The Program For Appropiate Technology In Health)
dalam proyek “Health Start” di Indonesia memasukkan vaksinasi Hepatitis B saat
kelahiran sebagai bagian dari intervensi yang dilakukan dibidang setempat
selama kunjungan dirumah itu.
·
Bibit penyakit yang menyebabkan Hepatitis B
adalah virus yang merupakan penyebab hingga 80 % dari semua penyakit hati
(arsinomas yang primer di seluruh dunia)
·
Vaksin berbentuk cairan
·
Dosis 0,5 cc interval 4 minggu, IM
·
Digunakan pada bayi yang berumur 2 – 11 bulan
dengan 3 x pemberian 1
– 2 = 4 minggu, 2 – 3 = 5 bulan
interval
·
Kemasannya menggunkan auto disamble syringe.
b.
Deskripsi
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang
telah diinaktivasikan dan bersifat non – infectious berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula Polymorpha) menggunakan teknologi DNA
rekombinan. (Vademecum Bio Farma, Jan 2002)
c.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis B.
d.
Cara Pemberian Dan Dosis
1.
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspense menjadi homogeny.
2.
Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1
buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha.
3.
Pemberian sebanyak 3 dosis
4.
Dosis pertama diberikan pada usia 0 – 7 hari,
dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).
e.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya
seperti vaksin – vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita
infeksi berat yang disertai kejang.
f.
Efek Samping
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah 2 hari.
6.
Vaksin Tetanus
a.
Deskripsi Vaksin Tetanus
Vaksin TT (Tatanus Toksoid) adalah vaksin yang
mengandung toxoid tetanus yang telah didimurnikan dan terabsorbsi kedalam
3,g/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. (Vademecum Bio Farma, Jan 2002)
·
Tetanus disebabkan oleh bakteri yang memproduksi
toksan (racun)
·
Vaksin tersebut dari toxoid (toksin tetanus yang
telah dilemahkan)
·
Tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan dan
kena panas.
Umur
|
:
|
§
Anak Perempuan Kelas VI SD
§
Wanita Calon Pengantin
§
Ibu Selama Kehamilan
|
Dosis
|
:
|
0,5 ml vaksin
mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
|
Tempat Penyuntikan
|
:
|
Suntikan IM /
Subkutan Dalam, bisa dari :
§
Muskulus deltoideus
§
Paha
§
Bokong
|
Jumlah Suntikan
|
:
|
2 x (jika ada waktu
untuk dosis ke-3, ibupun harus diberikan dosis ke-3 juga).
|
Selang Waktu
Pemberian
|
:
|
2 dosis dengan
jarak minimal 4 minggu sebelum atau selama kehamilan.
§
Dosis I pada pemeriksaan kehamilan pertama
kali.
§
Dosis II paling lambat diberikan 2 minggu
sebelum melahirkan
|
b.
Indikasi Vaksin Tetanus
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
c.
Cara Pemberian Vaksin Tetanus
1.
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspensi menjadi homogeny.
2.
Untuk mencegah tetanus / tetanus neonatal
terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan
dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan
dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis.
Dosis keemapt dan kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah
pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman
selama masa kehamilan bahkan pad periode trimester pertama.
d.
Manffat Vaksin Tetanus
v Untuk
melindungi bayi dari Tetanus Neonaturum
v Antibody
ibu akan masuk ke tubuh bayi melalui ari – ari
v Melindungi
tubuh ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka
e.
Kontra Indikasi Vaksin Tetanus
Gejala – gejala berat karena dosis pertama TT
f.
Jadwal Pemberian Suntikan Tetanus
Imunisasi
|
Interval
|
Durasi Perlindungan
|
TT 1
TT
2
TT
3
TT
4
TT
5
|
Selama kunjungan
antenatal I
4 minggu setelah TT
1
6 bulan setelah TT
2
1 tahun setelah TT
3
1 tahun setelah TT
4
|
-
3
tahun
5
tahun
10
tahun
25 tahun /
seumur hidup
|
g.
Efeksamping Vaksin Tetanus
Efek
samping jarak terjadi dan bersifat ringan. Gejala – gejala seperti lemas dan
kemerahan (nyeri kemerahan dan bengkak untuk 1- 2 hari tempat penyuntikan, ini
akan sembuh sendiri dan tidak perlu pengobatan) yang bersifat sementara, dan
kadang – kadang gejala demam.