Add caption |
Pendahuluan
Pada saat lahir, bayi baru lahir akan
mengalami masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami
suatu proses perubahan dikenal sebagai periode transisi yaitu periode yang
dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa minggu
untuk sistem organ tertentu.
Jadi adaptasi merupakan suatu penyesuaian
bayi baru lahir dari dalam uterus ke luar uterus, prosesnya disebut periode
transisi atau masa transisi. Secara keseluruhan,
adaptasi diluar uterus harus merupakan sebagai proses berkesinambungan yang
terjadi selama keseluruhan. Maka pada
setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau
persalinan yang dapat menyebabkan gangguan pada jam-jam pertama kehidupan
diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar mekunium,
penggunaan obat-obatan.
A.
Adaptasi Bayi Baru Lahir Yang Terjadi Dengan Cepat
1.
Perubahan Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan sistem yang
paling tertantang ketika mengalami perubahan dari fase intrauterus menuju
ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi
janin sampai janin lahir adalah placenta.
Paru – paru yang bermula dari suatu titik yang muncul dari Pharynx yang bercabang dan kemudian
cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut
terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah bronkhiolus dan alveolus
berkembang sepenuhnya. Agar
alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke
paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan
permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di
produksi pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus
bertambah hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30 –
34 minggu. Ketidak dewasaan paru–paru
inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan hidupnya seorang bayi
baru lahir oleh karena luas permukaan
alveoli yang terbatas serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan
stress pada bayi.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk
nafas pertama kali, diantaranya; peristiwa mekanis seperti penekanan toraks
pada proses kelahiran pervagina dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut
tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya
suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang dari 100 ml cairan paru–paru
terdapat di dalam nafasnya. Selama proses kelahiran, kompresi dinding dada akan
membantu pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh
sirkulasi pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran
bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paru–parunya terisi cairan dalam waktu
yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan trakhea sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini.
Aktifnya pernafasan yang pertama menimbulkan serangkaian peristiwa
diantaranya :
a.
Membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
dewasa.
b.
Mengosongkan cairan dari paru–paru.
c.
Menentukan volume paru
neonatus dan karakteristik fungsi
paru–paru bayi baru lahir.
Dengan tarikan nafas yang pertama, udara
di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus. Oksigenasi
yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru.
2.
Perubahan Sirkulasi
Karakteristik sirkulasi janin merupakan
sistem tekanan rendah, karena paru – paru masih tertutup dan berisi cairan,
organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal. Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari plasenta-janin. Aliran darah dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan bertekanan tinggi. Efek
yang muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan
resistensi vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini
bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir.
Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan
otot–otot vaskular berelaksasi dan terbuka. Paru–paru menjadi satu sistem
tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang meningkat pada sirkulasi sistemik
tetapi menurun pada sirkulasi paru menimbulkan perubahan–perubahan tekanan
aliran darah pada jantung. Tekanan yang berasal dari peningkatan aliran darah
pada jantung kiri menyebabkan foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang mengandung oksigen melewati duktus
arteriosus menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus pintas
yang terjadi melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru
akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim. Darah yang meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya
mengandung oksigen ketika berada dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan
tubuh yang lain. Dalam waktu singkat perubahan–perubahan besar tekanan telah
berlangsung pada bayi baru lahir, sekalipun perubahan–perubahan ini secara
anatomi tidak selesai dalam hitungan minggu, penutupan fungsional foramen ovale
dan duktus arteriosus terjadi segera setelah kelahiran, yang paling penting untuk dipahami bidan
adalah bahwa perubahan–perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir berkaitan mutlak dengan kecukupan
fungsi respirasi.
3. Termoregulasi
Bayi baru lahir memilki kecenderungan
cepat stress akibat perubahan suhu lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu
tubuh sendiri. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu
rata-rata 37 0C, kemudian bayi masuk
ke dalam lingkungan. Suhu ruangan persalinan
yang suhu 25 0C sangat berbeda
dengan suhu di dalam rahim.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui
empat mekanisme yaitu :
a.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat
bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
b.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
c.
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur
atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas
benda-benda tersebut.
d.
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak
segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
Meminimalkan kehilangan panas bayi baru
lahir, beberapa cara umum untuk mempertahankan panas adalah sebagai berikut :
a.
Selimut, topi atau pakaian yang hangat sebelum kelahiran.
b.
Keringkan bayi baru lahir secepatnya.
c.
Atur suhu ruangan persalinan 25 0C.
d.
Jangan lakukan penghisapan bayi baru lahir jika alas
tempat tidur basah.
e.
Tunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu stabil.
f.
Tempatkan area perawatan bayi baru lahir dari jendela,
dinding luar atau jalan ke pintu.
g.
Selalu menutup kepala bayi baru lahir dan membungkus
rapat tubuh bayi selama 48 jam.
Neonatus dapat menghasilkan panas dalam
jumlah besar dengan cara; menggigil, aktifitas otot dan termogenesis (produksi
panas tanpa menggigil). Sehingga dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan
mengakibatkan peningkatan penggunaan
oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan panas pada neonatus berdampak pada hipogilikemi, hipoksia
dan asidosis.
4.
Glukosa
Sebelum dilahirkan kadar darah janin
berkisar 60 hingga 70 % dari kadar darah ibu. Dalam persiapan untuk kehidupan luar
rahim seorang janin yang sehat mencadangkan glukosa sebagai glikogen terutama di dalam hati.
Sebagian penyimpangan glikogen berlangsung pada trimester III.
Pada saat tali pusat diklem, bayi baru
lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan glukosa
yang sangat diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru
lahir yang sehat hendaknya didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan. Seorang
bayi yang mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia mengakibatkan hipoksia mungkin
menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah banyak pada jam–jam pertama
kelahiran.
B.
Adaptasi Bayi Baru Lahir Selanjutnya
1.
Perubahan Darah
Pada waktu dilahirkan bayi baru lahir
mempunyai nilai hemoglobin. Kadar hemoglobin normal
berkisar 11,7 hingga 20,0 g /dl. Haemoglobin janin mempunyai daya ikat terhadap
oksigen yang sangat tinggi.
Nilai–nilai haemoglobin awal bayi baru
lahir sangat dipengaruhi oleh saat
pemasangan klem tali pusat dan posisi bayi baru lahir segera setelah
dilahirkan. Penempatan bayi baru lahir dibawah perut ibu dapat menyebabkan
transfusi plasenta sebesar 15 sampai 30 % lebih besar dari volume darah. Efek
samping transfusi plasenta yaitu : gangguan
pernapasan, peningkatan tekanan darah.
Jadi jika bayi tidak diletakkan diatas
perut ibu, maka tali pusat harus segera di klem. walaupun aliran darah bisa
mengalir balik dari bayi ke plasenta, keadaan ini tidak biasa karena arteri
umbilikus (yang membawa darah dari janin kembali ke plasenta) mengalami spasme
dengan cepat pada temperatur lingkungan kamar bersalin. Jika terjadi arus
balik, bayi baru lahir dapat mengalami hipovolemia berat.
Sel darah merah bayi baru lahir mempunyai
rentang waktu hidup (lifespan) rata-rata 80 hari (dibandingkan dengan umur hidup eritrosit dewasa selama 120
hari). Perputaran hidup sel yang cepat ini
menghasilkan lebih banyak dampak pemecahan sel, termasuk bilirubin yang harus
di metabolisme. Kelebihan bilirubin ini berperan pada ikterus fisiologis yang
terlihat pada bayi baru lahir.
2.
Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru
lahir cukup bulan relatif sudah matang. Sebelum lahir, janin cukup bulan
melakukan hisapan dan tindakan menelan. Reflek muntah dan batuk yang sudah
sempurna tetap utuh pada saat lahir. Mekonium kendati steril, mengandung
kotoran cairan amnion, yang menegaskan bahwa janin telah menelan cairan amnion
dan bahwa cairan tersebut telah melewati saluran gastrointestinal.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan
untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas, banyak keterbatasan ini
berkaitan dengan beragamnya enzim pencernaan dan hormon yang terdapat pada
semua bagian saluran gastrointerstinal
dari mulut hingga intestin. Bayi baru lahir kurang mampu untuk mencerna protein dan lemak dibandingkan dengan
orang dewasa. Penyerapan karbohidrat relatif efisien tetapi masih tetap dibawah
kemampuan orang dewasa. Kemampuan bayi baru lahir yang efisien terutama dalam
penyerapan glukosa, asalkan jumlah glukosa tidak terlalu besar.
Selama masa bayi dini, bayi baru lahir masih memilki lapisan epitel intestin yang bersifat
tidak tembus antigen. Sebelum usus menutup, bayi masih rentan terhadap infeksi
bakteri / virus dan juga terhadap rangsangan alergen melalui penyerapan
intestin molekul–molekul besar. Pemberian ASI mendorong penutupan usus karena
ASI sejumlah besar IgA sekresi dan merangsang profliferasi enzim–enzim
intestin.
3.
Perubahan Sistem Imunitas
a.
Imunitas Alami
Sel– sel tubuh memberikan fungsi imunitas
yang terdapat pada saat lahir guna membantu bayi baru lahir membunuh
mikroorganisme asing. Tiga sel yang berfungsi dalam fagositosis (menelan dan
membunuh) mikroorganisme yang menyerang tubuh ketiga sel darah ini adalah :
1)
Neutrofil polimorfomuklear.
2)
Monosit.
3)
Makrofag.
Sedangkan sel–sel yang lain disebut sel pembunuh alami (natural killer). Akhirnya neotrofil polimorfonuklear akan
menjadi fagosit primer dalam pertahanan penjamu (host), tetapi pada neonatus
neutrofil polimorfonuklear ini mengalami gangguan baik pada kemampuan untuk
bergerak pada arah yang benar dan dalam kemampuannya untuk melekat pada tempat–tempat
peradangan. Kekurangan fungsi ini menyebabkan suatu kelemahan utama sistem
imunitas neonatus, ketidak mampuannya mencari dan membatasi lokasi infeksi.
b.
Imunitas Dapatan
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif
terhadap virus yang berasal dari ibunya, janin mendapatkan imunitas ini melalui berbagai IgG yang melintas
melalui transplasenta. Neonatus tidak memiliki imunitas pasif terhadap penyakit.
Dengan adanya defisiensi kekebalan alami dan dapatan, bayi baru
lahir rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba
seperti praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini serta deteksi dini
terhadap penyakit infeksi perlu dilakukan.
4.
Perubahan Sistem Ginjal
Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan
penurunan aliran darah dan ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal ini dapat menimbulkan dengan mudah
retensi cairan dan intoksikasi air.
Fungsi tubulus masih belum matang, yang dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan
ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu melakukan
pemekatan (konsentrasi) urin, yang mencerminkan pada berat jenis urin yang
rendah.
Bayi baru lahir mengekresi sejumlah kecil
urin pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya sebanyak 30 – 60 ml. Protein atau darah tidak
boleh terdapat di dalam urin bayi baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa masa abdomen yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik acapkali sebenarnya ginjal dan bisa jadi sebuah tumor,
pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan ginjal.
Daftar Pustaka
1.
Behrman, R.E. dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Volume 1. Diterjemahkan oleh A.Samik Wahab. Jakarta : EGC.
2.
Helen Farrer. Perawatan