Kamis, 16 Agustus 2012

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR





Pendahuluan
Kehidupan pada masa bayi baru lahir sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi diluar uterus dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faal. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah proses fisiologik seperti : Pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktifnya paru untuk bernafas.
Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu diketahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang, sebelumya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan paling kurang tiga kali yakni pada saat lahir di kamar bersalin, dalam 24 jam di ruang
perawatan dan pemeriksaan pada waktu pulang.

A.    Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam  keadaan telanjang dan dibawah  lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1.      Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
2.      Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
3.      Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.
 
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1.      Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon resusitasi.





Cara menentukan nilai APGAR :
Tanda
0
1
2
Warna kulit

Denyut jantung
Upaya bernafas

Tonus otot

Reflek
(kateter di lubang hidung)
Biru , pucat

Tidak ada
Tidak ada

Lemah

Tidak beraksi
Kemerahan ekstremitas biru <100
Tidak teratur

Fleksi pada ekstremitas
Meringis

Semua kemerahan
>100
Baik (menangis kuat)
Gerakan aktif

Batuk , bersin


2.      Mencari Kelainan Kongenital
Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga  ditanyakan adakah  kelainan bawaan keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya.

3.      Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume > 2000 ml ) sering dihubungkan dengan  obstruksi traktus intestinal bagian atas,   ibu dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml) dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan adanya konsekuensi oligohidramnion seperti  kontraktur sendi dan hipoplasi paru.

4.      Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya simpul dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir  hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.

5.      Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.

6.      Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.

7.      Menimbang berat badan dan membandingkan dengan  masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.

8.      Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu, polihidramnion atau hipersalivasi.    
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor aguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak  pada daerah yang sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 % keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.

9.      Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.

10.  Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan lain-lain.

11.  Pemeriksaan jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan  jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.


B.     Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1.      Aktifitas fisik
Inspeksi
Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
2.      Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3.      Kulit
Inspeksi
Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4.      Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan  ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.
5.      Wajah
Inspeksi
Mata segaris dengan  telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.
6.      Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7.      Telinga
Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8.      Hidung
Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9.      Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah muda  dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom  utuh, lidah dan uvula di  garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10.  Leher
      Inspeksi
      Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
      Palpasi
      Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11.  Dada
Inspeksi
      Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
      Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
      Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
      Auskultasi
      Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
      Perkusi
      Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12.  Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13.  Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.  
14.  Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
             Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
             Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
15.  Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16.  Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17.  Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
18.  Pemeriksaan reflek
a.  Berkedip
  cara            : sorotkan cahaya ke mata bayi.
     normal : dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
    cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
 normal :   bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia            2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.
c. Moro
    cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
 normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2  bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
 cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
 normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting 
    cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
 Normal :  bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur
f. Menghisap
    cara : beri bayi botol dan dot.
 normal :   bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
g. Menari / melangkah
 cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
 normal :   kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
19.  Pengukuran atropometrik
a.  Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
 BBL 2500 - 4000gram.
b.  Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c.   Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan  tarik  pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d.      Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis putih.
LD : 32 – 35 cm.

C.     Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewati perlu di perhatikan :
1.      Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun.
2.      Kulit : adanya ikterus, piodermia.
3.      Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian.
4.      Abdomen : adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya.
5.      Tali pusat : adanya infeksi.
di samping  itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.