Pendahuluan
Kehidupan pada masa bayi baru lahir sangat rawan oleh karena
memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi diluar uterus dapat hidup
sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faal. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka
terjadilah proses fisiologik seperti : Pertukaran gas melalui plasenta
digantikan oleh aktifnya paru untuk bernafas.
Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu
diketahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang, sebelumya dan riwayat
persalinan. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan paling kurang tiga
kali yakni pada saat lahir di kamar bersalin, dalam 24 jam di ruang
perawatan
dan pemeriksaan pada waktu pulang.
A. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan
di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan
sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan. Pemeriksaan dilakukan
bayi dalam keadaan telanjang dan
dibawah lampu yang terang. Tangan serta
alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan
pemeriksaan ini adalah :
1.
Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir
dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
2.
Untuk menemukan kelainan seperti cacat
bawaan yang perlu tindakan segera.
3.
Menentukan apakah bayi baru lahir dapat
dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.
Pemeriksaan
yang dilakukan antara lain :
1.
Menilai APGAR
Nilai APGAR
merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru
lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar
mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru
lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan
respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi keadaan
fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan
bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai respon
resusitasi.
Cara menentukan nilai APGAR :
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Warna kulit
Denyut jantung
Upaya bernafas
Tonus otot
Reflek
(kateter di lubang hidung)
|
Biru , pucat
Tidak ada
Tidak ada
Lemah
Tidak beraksi
|
Kemerahan
ekstremitas biru <100
Tidak teratur
Fleksi pada
ekstremitas
Meringis
|
Semua kemerahan
>100
Baik (menangis kuat)
Gerakan aktif
Batuk , bersin
|
2.
Mencari Kelainan Kongenital
Pemeriksaan di
kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital pada bayi terutama
yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu
menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada
trimester pertama. Juga ditanyakan
adakah kelainan bawaan keluarga disamping
itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat menggangu
pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya.
3.
Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan
cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume > 2000 ml ) sering
dihubungkan dengan obstruksi traktus
intestinal bagian atas, ibu dengan
diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml)
dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan
adanya konsekuensi oligohidramnion seperti
kontraktur sendi dan hipoplasi paru.
4.
Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan
tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya simpul dan apakah
terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan
15 % dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama pada
sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.
5.
Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan
plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada perkapuran,
nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu
atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu
diperhatikan adanya anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.
6.
Pemeriksaaan bayi secara cepat dan
menyeluruh.
7.
Menimbang berat badan dan membandingkan
dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan
congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak dibanding bayi cukup
bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut sampai
10 kali lebih besar.
8.
Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan
mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus diperhatikan juga
apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia
esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan
kateter ke dalam lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml
udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung.
Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di
dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan
kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan
pada setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu,
polihidramnion atau hipersalivasi.
Pada pemeriksaan
mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor aguli oris. Pada
keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan
mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya pada
paresis N.fasiali). Pada 20 % keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan
congenital berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.
9.
Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya
adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer ke dalam anus. Walaupun
seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara ini. Bila ada
atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
10. Pemeriksaan
garis tengah tubuh
Perlu dicari
kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan lain-lain.
11. Pemeriksaan
jenis kelamin
Biasanya orang tua
ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan misalnya
pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat hipospadia atau epispadia
pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan
jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan kromosom.
B. Pemeriksaan
Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan
ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang
perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan
pada pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan
ini meliputi :
1.
Aktifitas fisik
Inspeksi
Ekstremitas dalam
keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
2.
Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C–
37 0C.
3.
Kulit
Inspeksi
Warna tubuh
kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4.
Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan
ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang
sutura lambdoidalis dan sagitalis.
5.
Wajah
Inspeksi
Mata segaris
dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut
garis tengah wajah dan simetris.
6.
Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak
merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya,
reflek mengedip ada.
7.
Telinga
Inspeksi
Posisi telinga
berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan
yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8.
Hidung
Inspeksi
Posisi
di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9.
Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk
penuh berwarna merah muda dan lembab, membran
mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom
utuh, lidah dan uvula di garis
tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk
simestris dan pendek.
Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada
semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa
keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas
jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur
tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada
peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting
tambahan.
13. Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat
terdapat dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa
massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di
bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan
tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara
garis tengah dan tepi perut.
Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti
labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis
dan skrotum penuh.
15. Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking)
pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16. Tulang
belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa
sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau
spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna
spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang
belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan
sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat
bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal
dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan
kuku.
Palpasi
Humerus radius dan
ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda
sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua
sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku
merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh
: tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal
ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
18. Pemeriksaan
reflek
a.
Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal :
dijumpai pada tahun pertama.
b. Tonic neck
cara :
menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala
di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran
kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi
setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia
6 bulan.
c. Moro
cara : ubah
posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang,
kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah
dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas
bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan
dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi
dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi botol atau dot
karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari
jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini
menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e.
Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati
garis tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek
ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12
bulan terutama selama tidur
f.
Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons
terhadap stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi
selama tidur tanpa stimulasi.
g.
Menari / melangkah
cara : pegang bayi
sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
normal
: kaki akan bergerak ke atas dan ke
bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai pada 4 - 8 minggu
pertama.
19. Pengukuran
atropometrik
a.
Penimbang berat badan
Alat
timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan
menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
BBL 2500 - 4000gram.
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin.
Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut
renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB
: 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan
pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik
pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d. Lingkar
dada
Letakan
pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan
dan garis putih.
LD
: 32 – 35 cm.
C. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk
menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma
yang terlewati perlu di perhatikan :
1.
Susunan saraf pusat : aktifitas bayi,
ketegangan, ubun-ubun.
2.
Kulit : adanya ikterus, piodermia.
3.
Jantung : adanya bising yang baru timbul
kemudian.
4.
Abdomen : adanya tumor yang tidak
terdektesi sebelumnya.
5.
Tali pusat : adanya infeksi.
di
samping itu perlu di perhatikan apakah
bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.