Kamis, 13 Agustus 2015

MEMAKNAI CASH FLOW QUADRANT

Robert T Kiyosaki adalah penulis buku Rich Dad Poor Dad, dan The Cash Flow Quadrant yang menjadi best seller di seluruh dunia. Karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan menjadi panduan penting bagi masyarakat yang ingin menjadi pengusaha dan investor.“Banyak orang bergumul dengan kesulitan finansial, yang sebenarnya disebabkan mereka bertahun-tahun sekolah tapi tidak belajar apapun tentang uang. Hasilnya, orang bekerja untuk mendapatkan uang, dan tak pernah belajar bagaimana memiliki uang yang bekerja untuk mereka,”demikian ujar Robert dalam buku Rich Dad Poor Dad.Karya Robert yang paling dikenal adalah membagi kategori hidup orang berdasarkan sumber penghasilan ke dalam 4 kuadran, yakni kuadran I E (employee/pegawai), Kuadran II S (Self Employed/pekerja lepas), Kuadran III B (business Owner/pemilik usaha), dan kuadran IV I (Investor/penanam modal).



Robert mengatakan, kebanyakan dari kita berpotensi memperoleh penghasilan dari keempat kuadran. Contoh kasus seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit dengan jabatan direktur, memiliki klinik spesialis anak, dan punya usaha perkebunan. Sebagai direktur rumah sakit, sang dokter ada di kuadran I (E), namun sebagai seorang ahli penyakit anak, ia bertindak sebagai self employed (S). Ia juga memiliki usaha perkebunan, yang berarti seorang business owner (B). Bisa jadi dokter itu juga melakukan investasi di sektor properti atau yang lainnya yang berarti masuk ketagori kuadran IV.
Nah sang dokter adalah orang yang lengkap hidupnya karena mengalami hidup dalam kuadran I-IV.

Dalam bukunya yang terkenal itu Robert menggambarkan dirinya sebagai seorang yang lahir dari keluarga pegawai yang menghendaki Robert supaya belajar tekun bekerja di perusahaan atau pemerintah dan mendapat gaji baik dan sejumlah tunjangan dan uang pensiun. Sementara ia mengenal seorang teman yang sangat dekat dan ayahnya seorang kaya raya dan dermawan.
Ayah kaya (Rich Dad) itulah yang menarik perhatian Robert, hingga ia bisa belajar bagaimana mendapatkan kekayaan dengan cara yang cerdas. Dalam uraiannya, ayah kaya adalah seorang investor yang mengajarkan kepada Robert bagaimana menjadikan uang bekerja untuk robert.
Robert akhirnya memang benar-benar berhasil menjadi seorang yang kaya dengan menjadi investor.
Buku Ricd Dad maupun The Cashflow Quadrant menjanjikan kepada pembaca bahwa untuk menjadi kaya, seorang harus pindah dari kuadran kiri yakni seorang E dan S menjadi B atau I.
Seorang pekerja adalah seorang yang sangat tergantung kepada perusahaan. Hidupnya kelihatan enak, tapi sesungguhnya sangat beresiko. Seorang S bisa bekerja sendiri, masalahnya ia akan sangat tergantung kepada keahliannya.
Contohnya seorang dokter buka praktek. Ia bekerja siang malam melayani pasien karena banyaknya pasien di wilayahnya. Ia sangat terkenal di seluruh kota. Masalahnya ketika ia berlibur ia tidak bisa mendapatkan apa-apa.
Sementara jika kita hidup di kuadran kanan, baik sebagai pemilik bisnis maupun investor, ia bisa meninggalkan kantor dengan enak karena sistem bisnis berjalan dengan sendirinya.
Seorang E bekerja, seorang S memiliki pekerjaan sendiri, seorang B memiliki sistem dan orang-orang yang bekerja, dan seorang I menjadikan uang bekerja untuk dirinya.
Dalam sebuah perkembangan negara jumlah orang yang hidup di kuadran I-IV jumlahnya harus seimbang sehingga semua orang bisa hidup, baik sebagai pekerja, profesional, pemilik bisnis maupun investor.
Di Indonesia, kebanyakan orang mau hidup di kuadran I, sementara di kuadran III dan IV sangat sedikit, itulah sebabnya pengangguran ada dimana mana. Berbahagialah anda yang kini sudah hidup di kuadran III (sebagai business owner) dan IV (sebagai investor).
Cashflow Quadrant digunakan untuk mengukur sukses tidaknya seseorang secara MENTAL, bukan dari profesinya.

Cashflow Quadrant mengelompokan mental orang ke dalam 4 kuadran yaitu (lihat gambar):
1. Mental E = Employee.
2. Mental S  = Self Employed.
3. Mental B = Business owner.
4. Mental I = Investor.
Di bawah sendiri diberikan penjelasan apa dan bagaimana mental E, S, B, dan I tsb.

Mental entrepreneur ada di sisi kanan, yaitu mental B atau I.
Mereka yang memiliki mental di kuadran KIRI (S atau E) akan kurang sukses, sedangkan yang memiliki mental di kuadran kanan (B atau I) akan sukses, apapun profesinya.

Cashflow Quadrant pertama kali diperkenalkan oleh Robert T. Kiyosaki.
Kalau kita tidak membaca secara lengkap seluruh buku-buku Robert T. Kiyosaki, juga tidak membaca berbagai referensi lainnya. Maka kita akan terjebak dalam pemahaman yang tidak tepat, sehingga beranggapan bahwa kuadran itu mengenai PROFESI seseorang.
Misalkan profesi Dokter, Pengacara, Notaris, Musisi, Pelukis, dsb, dianggap berada di Kuadran “S” (Self Employed), padahal tidak demikian. Penggambaran profesi itu hanya untuk memudahkan pemahaman awal dari pembacanya.

Pemahaman sesungguhnya adalah, bila seorang pengacara atau dokter tsb memiliki MENTAL “S” (Self Employee), maka pengacara/dokter itu akan lebih sukses dibandingkan pengacara/dokter yang memiliki mental “E” (Employee).
Kalau pengacara/dokter itu memiliki mental “B” akan lebih sukses lagi, dan pasti akan sangat sukses bila memiliki mental tertinggi yaitu mental “I”.

Jadi yang dimaksud E, S, B, I itu adalah MENTAL-nya bukan PROFESI-nya.

Contoh mudahnya adalah “Tanri Abeng”, beliau selama ini jelas-jelas sebagai pekerja/karyawan, namun beliau memiliki mental “I” (Investor). Maka tentu saja beliau sukses luar biasa.

Contoh lainnya : “Sri Mulyani”, beliau sekarang khan karyawannya Bank Dunia (jabatannya Kepala Eksekutif II). Namun beliau memiliki mental “I”, tentu saja sangat sukses.

Contoh lain lagi : “Penjual bakso keliling”, dia seorang wiraswasta. Namun kalau mentalnya adalah mental “E” (Employee), maka usaha baksonya sulit untuk berkembang, dan akan tetap seperti itu, yaitu sebagai penjual bakso keliling. Jika berusaha meningkatkan mentalnya menjadi mental “S” (Self Employed), maka usaha baksonya bisa berkembang walaupun perkembangannya lambat, sehingga pelanggannya banyak, omsetnya bertambah.
Jika dia berusaha keras meningkatkan mentalnya sehingga memiliki mental “B” (Business Owner), maka usaha baksonya akan berkembang dengan cepat dan mampu membuka lapangan kerja, mampu membentuk tim, mampu mensejahterakan banyak orang, dstnya. Dia akan memiliki beberapa restoran bakso, juga banyak unit bakso keliling, dstnya.

Yang terpenting adalah mentalnya bukan profesinya.
Apapun profesi anda, tingkatkan mental anda.
Apakah anda sebagai karyawan, atau sedang wiraswasta, atau berprofesi pengacara, notaris, dokter, dsb, tingkatkan mental anda.

Berusaha keraslah melatih diri agar mental anda meningkat, yang mula-mula bermental E, meningkat menjadi bermental S, kemudian B, dan akhirnya bermental paling tinggi yaitu I.

Semakin meningkat mental anda, apapun profesinya, maka otomatis akan semakin sukses.

Kalau anda masih memiliki mental “E” atau “S”, maka apapun profesi anda, tentu tidak begitu sukses.

Namun kalau anda sudah memiliki mental “B” atau “I”, maka apapun profesi anda, tentu otomatis sukses. Kalau anda berwiraswasta, maka anda menjadi wiraswastawan yang sukses. Kalau anda seorang karyawan, maka pasti anda karyawan yang sukses, karena memiliki mental “B” atau “I”.

Jadi berusaha keraslah meningkatkan diri dengan menambah pengetahuan, pengalaman, dan melatih diri, sehingga mentalnya meningkat dan berada di kuadran “Kanan (B atau I)”.

Semoga bermanfaat.

Tambahan :

Menanggapi beberapa komentar, disini perlu dijelaskan seperti apa mental E, S, B, I itu, sbb :

Mental E (Employee) :
Enggan meningkatkan diri
Tidak mampu menunda kenyamanan.
Menunggu disuruh
Kurang Inisiatif
Berusaha bekerja cerdas saja alias malas
Kalau menjadi atasan, cenderung ngebos (tidak me-manage)
Cenderung memikirkan dirinya sendiri
dsb

Mental S (Self Employed) :
Setingkat lebih baik dibandingkan mental E.
Mampu menunda kenyamanan.
Berusaha meningkatkan diri.
Berusaha berinisiatif.
Berusaha bekerja keras dan cerdas.
Mampu bekerja mandiri, namun sulit bekerja dalam tim.
Tidak mampu mendelegasikan pekerjaan.
Kalau menjadi atasan, kurang mampu mengelola dan tidak mampu mengajari/mendidik bawahannya sehingga berakibat tidak tercipta kerja tim yang bersinergi.
Cenderung memikirkan kesuksesan dirinya sendiri.
dsb

Mental B (Business owner) :
Setingkat lebih baik dibandingkan S.
Mampu menunda kenyamanan.
Berusaha keras meningkatkan diri
Berusaha keras berinisiatif
Berusaha bekerja keras dan cerdas
Mampu bekerja mandiri dan mampu bekerja dalam tim
Mampu mendelegasikan pekerjaan (dalam arti segala sesuatunya tetap berjalan dengan baik, walau pun dirinya tidak ada untuk sementara waktu).
Kalau menjadi atasan, mampu mengelola dengan baik, dan mampu mengajari/mendidik bawahannya sedemikian rupa sehingga tercipta kerja tim yang bersinergi dan berkembang.
Mampu memimpin tim dan mengontrol tim terus-menerus sehingga dapat mencapai sasaran/tujuan timnya.
Cenderung memikirkan kesuksesan bawahannya, atasannya, koleganya, timnya, dsb, dibandingkan memikirkan kesuksesan dirinya sendiri.
Senantiasa berusaha agar segala sesuatunya tidak bergantung pada dirinya atau pada person/orang, melainkan bergantung pada sistem.
Jujur, dermawan, rendah hati, dan amanah (bertanggung jawab)..
dsb

Mental I (Investor) :
Setingkat lebih baik dibandingkan B.
Semua yang ada di B juga ada pada I, ditambah dengan mampu menciptakan/membentuk sistem (software, hardware, dan humanware) sedemikian rupa sehingga sistem tersebut dapat berjalan dan berkembang sendiri.
Berusaha dan berlatihlah sedemikian rupa sehingga minimal memiliki mental B. Karena, begitu kita memiliki mental B, otomatis kita akan sukses, apa pun pekerjaan kita, apa pun profesi kita.

Semoga bermanfaat.