Kamis, 04 Oktober 2018

PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI



Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan pusat (bottom up).
Perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas yang profesional. Kekurangan dalam perencanaan akan mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program, tidak tercapainya target kegiatan, serta hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya kelebihan dalam perencanaan akan mengakibatkan pemborosan keuangan negara.

Perencanaan imunisasi wajib, meliputi:

1.   Penentuan Sasaran
a.  Sasaran Imunisasi Rutin
1)   Bayi pada imunisasi dasar
Jumlah bayi baru lahir dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi yang lain. Dapat juga dihitung dengan rumus CBR dikalikan jumlah penduduk. Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi Hepatitis B-0, BCG dan Polio1.

Bayi = CBR X Jumlah Penduduk

Jumlah bayi yang bertahan hidup (Surviving Infant) dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah bayi baru lahir dikurangi dengan jumlah kematian bayi yang didapat dari Infant Mortality Rate (IMR) dikalikan dengan jumlah bayi baru lahir. Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi usia 2-11 bulan.

Surviving Infant (SI) = Jumlah bayi – (IMR x Jumlah bayi)

Jumlah batita dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah Surviving infant (SI).

2)   Anak sekolah dasar pada imunisasi lanjutan
Jumlah sasaran anak sekolah didapatkan dari data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan atau Kementerian Agama (untuk siswa MI) atau pendataan langsung pada sekolah.

3)    Wanita Usia Subur (WUS) pada imunisasi lanjutan
Batasan Wanita Usia Subur WUS adalah antara 15-49 tahun. Jumlah sasaran WUS dihitung dengan rumus 21,9% dikalikan jumlah penduduk. Wanita usia subur terdiri dari WUS hamil dan tidak hamil.

WUS = 21,9 % X Jumlah Penduduk

b.   Sasaran Imunisasi Tambahan
Sasaran imunisasi tambahan adalah kelompok resiko (golongan umur) yang paling beresiko terkenanya kasus. Jumlah sasaran didapatkan berdasarkan pendataan langsung.
c.    Sasaran Imunisasi Khusus
Sasaran imunisasi khusus ditetapkan dengan keputusan tersendiri (misalnya jemaah haji, masyarakat yang akan pergi ke negara tertentu).
2.   Perencanaan Kebutuhan Logistik
Logistik imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan safety box. Ketiga kebutuhan tersebut harus direncanakan secara bersamaan dalam jumlah yang berimbang (system bundling).

a.   Perencanaan Vaksin
Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin, harus diperhatikan beberapa hal, yaitu jumlah sasaran, jumlah pemberian, target cakupan dan indeks pemakaian vaksin dengan memperhitungkan sisa vaksin (stok) sebelumnya.




(Jumlah sasaran x Jumlah Pemberian x Target cakupan)



Kebutuhan

- sisa stok



IP Vaksin






















Indek Pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian rata–rata setiap kemasan vaksin. Cara menghitung IP adalah dengan membagi jumlah cakupan dengan jumlah vaksin yang dipakai.

IP = Jumlah cakupan / Jumlah vaksin yang dipakai


Untuk menentukan jumlah kebutuhan vaksin ini, maka perhitungan IP vaksin harus dilakukan pada setiap level.

IP vaksin untuk kegiatan imunisasi massal (BIAS atau kampanye) lebih besar dibandingkan dengan imunisasi rutin diharapkan sasaran berkumpul dalam jumlah besar pada satu tempat yang sama.

b.   Perencanaan Auto Disable Syringe

Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian imunisasi adalah alat suntik yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto Disable Syringe/ADS).
Ukuran ADS beserta penggunaannya terlihat seperti tabel berikut:

Tabel 7. Ukuran ADS dan Penggunaannya

No
Ukuran ADS
Penggunaan
1
0,05ml
Pemberian imunisasi BCG
2
0,5 ml
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib,
Campak, DT, Td dan TT.


3
5 ml
Untuk melarutkan vaksin BCG dan
Campak.








c.    Perencanaan Safety Box
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter mampu menampung 50 alat suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100 alat suntik bekas. Limbah imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.

d.   Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain
Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu (pada suhu 2 s/d 8 ºC untuk vaksin sensitif beku atau pada suhu -15 s/d -25 ºC untuk vaksin yang sensitif panas).

Sesuai  dengan  tingkat  administrasi,  maka  sarana  coldchain  yang

dibutuhkan adalah:

Coldroom, freeze room, lemari es dan freezer
Provinsi
:
Kabupaten/kota
:  Coldroom, lemari es dan freezer
Puskesmas
:
Lemari es

Penentuan jumlah kapasitas coldchain harus dihitung berdasarkan volume puncak kebutuhan vaksin rutin (maksimal stok) ditambah dengan kegiatan tambahan (bila ada). Maksimal stok vaksin provinsi adalah 2 bulan kebutuhan ditambah 1 bulan cadangan, Kabupaten/kota 1 bulan kebutuhan ditambah 1 bulan cadangan, Puskesmas 1 bulan kebutuhan ditambah dengan 1 minggu cadangan. Selain kebutuhan lemari es dan freezer, harus direncanakan juga kebutuhan vaksin carrier untuk membawa vaksin ke lapangan serta cool pack sebagai penahan suhu dingin dalam vaksin carrier selama transportasi vaksin.

Cara perhitungan kebutuhan coldchain adalah dengan mengalikan jumlah stok maksimal vaksin (semua jenis vaksin) dengan volume setiap jenis vaksin, dan membandingkannya dengan volume lemari es/freezer.

Tabel 8. Volume beberapa jenis vaksin/kemasan



Jenis Vaksin

Panjang

Lebar

Tinggi

Volume

Total


Cm3/doses
















Doses
























TT 10 ds
110

45

45

222.75

100

2.228



Td 10 ds
110

45

45

222.75

100

2.228



DT 10 ds
110

45

45

222.75

100

2.228



Campak 10 ds
120

50

55

330

100

3.300



Campak 20 ds
120

48

55

316.8

200

1.584



DTP 10 ds
110

45

45

222.75

100

2.228



DPT-HB 10 ds

110


45


43


212.85


100


2.129



Hepatitis B PID
166

152

118

2977.376

100

29.774



Polio 10 ds
85

36

40

122.4

100

1.224



Polio 20 ds
170

85

38

549.1

1000

0.549



BCG (Bio Farma)
86

35

111

334.11

800


0.418


































  
  

Jenis Vaksin


Panjang

Lebar


Tinggi

Volume


Total


Cm3/doses









Doses






















Pelarut BCG (Bio
85

35

78

232.05

800

0.290


Farma)

























BCG 20 ds - SII (india)
18

6

9.6

1.0368

200

0.005

Pelarut BCG - SII
14.5

6

7

0.609

200

0.003


(india)

























BCG 10 ds - SSI
13

2.2

11.5

0.3289

100

0.003

Pelarut BCG - SSI
13

2.2

11.5

0.3289

100

0.003

Pelarut Campak 10 ds

85


35


85

252.875

100


2.529

Pelarut Campak 20 ds
90

38

110

376.2

200

1.881

Dropper 10 ds
85

36

76

232.56

100

2.326

Dropper 20 ds
118

79

89

829.658
200

4.148


Cara menentukan volume lemari es/freezer adalah dengan mengukur langsung pada bagian dalam (ruangan) penyimpanan vaksin. Volume bersih untuk penyimpanan vaksin adalah 70% dari total volume. Kegiatan tambahan seperti BIAS, Crash Program Campak, atau kampanye lainnya juga harus diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan coldchain.