1. Pengertian Anastesi Epidural
Nyeri yang dirasakan selama kala satu
persalinan terjadi akibat kontraksi uterus dan pembukaan serviks, impuls nyeri
memasuki medula spinalis pada segmen spinal T10, T11, T12, dan L1. Nyeri yang
dirasakan pada kala satu lanjut serta kala II persalinan disebabkan oleh
regangan otot-otot dasar panggul dan perineum, impuls nyeri ini dihantarkan
melalui nervus pudendus dan memasuki medula spinalis setinggi segmen spinal S2,
S3, dan S4. Dengan demikian anastesi epidural yang efektif untuk nyeri
persalinan memerlukan blok sensorik yang merentang dari T10 sampai S5, dengan
blok motorik minimal.
Anastesi Epidural merupakan metode
penghilang rasa nyeri persalinan yang efektif, meskipun demikian, teknik ini
bersifat invasif dan memerlukan staf perawat serta dokter yang terampil untuk
penyelenggaraanya. Metode epidural ini menghilangkan nyeri dengan sangat baik
dan kontinu pada lebih dari 70 % pasien. ( Farook Al-Azzawi ).
Anastesi Epidural lumbal yang terus
menerus harus dimulai begitu persalinan terjadi. Biasanya ini dilakukan bila
dilatasi serviks sebesar 4-5cm pada multipara atau 5-6 cm pada nullipara,
kontraksi rahim kuat dan teratur dan kepala janin masuk ke pintu atas panggul.
Tetapi bila persalinan diinduksi atau diaugmentasi dengan oksitosin teknik ini
dapat digunakan lebih dahulu. Obat anastetik biasanya disuntikkan melalui
kateter terpasang berukuran 19-20 yang dimasukkan kedalam ruang epidural pada
antarruang L3-4 dengan jarum khusus. ( Hacker Moore )
Jalur nyeri pada parturien
2. Indikasi dan Kontra Indikasi
Anastesi
Epidural diindikasikan untuk menghilangkan nyeri pada persalinan tanpa
memperhatikan pembukaan serviks, atas permintaan pasien. Banyak unit maternal
menganggap beberapa kondisi kebidanan tertentu sebagai indikasi anastesi
epidural, ini meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan, preeklamsi tanpa
koagulopati, jaringan parut, presentasi bokong, kembar, persalinan preterm,
serta semua kondisi medis yang tidak menginginkan aktivitas simpatoadrenal
berlebihan. Sayangnya terdapat beberapa kontra indikasi untuk menggunakan
anastesi epidural, termasuk penolakan ibu, koagulopati, infeksi lokal pada
daerah insersi kateter epidural, hipovolemia yang tidak diobati dan tekanan
intrakranial yang meningkat. Risiko anastesi regional pada pasien HIV-Positif
telah dievaluasi pada sejumlah kecil pasien tersebut, hasilnya menunjukkan
bahwa anastesi regional dapat dilakukan dengan aman dalam kelompok ini.
3. Efektifitas
Analgesik
epidural bekerja menghambat transmisi impuls nyeri melalui syaraf spinal aferen yang melintasi ruang epidural
dalam beberapa menit setelah obat disuntikan, ibu akan terbebas dari rasa
sakit, iapun dapat istirahat tanpa diganggu oleh rasa sakit. Bahkan dapat tidur
tanpa merasa sakit pada saat serviks
berdilatasi. Dalam buku dasar obstetric dan ginekologi dikemukakan bahwa
efektifitas penggunaan epidural selama 2-3 jam tetapi jika epidural diberi 2
jam menjelang kelahiran dapat mengakinbatkan bayi lambat nafas.
Wanita yang
mendapat setiap bentuk anastesi harus diawasi secara ketat. Tanpa pengawasan
ketat, wanita tersebut bisa jatuh dari tempat tidur, muntah atau mengalami
aspirtasi isi lambung. Demikian juga, tekanan darah dan derajat anastesi harus
mengikuti peraturan untuk semua anastesi spinal dan epidural.
Ahli Obstetri,
harus menguasai metode efektif untuk anastesi parenteral seperti yang diberikan
dengan meperidin ( Demerol ) plus prometazin ( Pheneergan ), dan harus ahli
dalam anastesi lokal, pudendal , dan spinal rendah ( saddle block ). Anastesi
epidural lumbal kontinyu juga boleh diberikan oleh ahli obstetri kalau ia telah
terlatih dengan baik dan dalam keadaan tertentu. Anastesi umum seperti yang
ditimbulkan oleh kombinasi thiopental ( Pentothal ), nitrogen oksida,
suksinilkholin, dan agen-agen halogen harus segera disediakan untuk laparotomi,
tetapi juga harus diberikan hanya oleh mereka yang terlatih secara khusus.
4. Efek Samping
Efek samping
yang timbul akibat ILA (intratekal lumbal anastesi) bias dibilang amat ringan
dan tidak mempengaruhi janin. Meski jarang, beberapa efek samping yang mungkin
terjadi adalah mual, muntah, penurunana tekanan darah, serta gatal- gatal
ringan yang mudah diatasi. Semua itu bisa dicegah, misalnya diberi obat anti
mual dan muntah sebelum pbemberian cairan (menurut dr. susilo, Sp AN tahun 2004
)
Menurut dr Injil Abu Bakar (Boston, AS
2002) Oleh karena obat-obat yang digunakan untuk epidural blok dapat melebarkan
pembuluh darah, tekanan darah ibu bias menjadi menurun. Fetal distress menurun
pada 10 –11% bayi setelah tindakan epidural. Karenanya, ketika tindakan ini
dikerjakan denyut jantung janin harus dimonitor secara continue. Guna
mengantisipasi program ini biasanya ibu akan di guyur cairan infus ekstra
cairan ini akan segera memenuhi kandung kemih. Celakanya epidural membuat
kandung kemih tertidur, Maka si ibu itu tidak punya dorongan untuk berkemih dan
pada akhirnya harus di kateter. Satu dari 4 kasus epidural blok diikuti rasa
gatal yang menyerang tubuh. Ketika intensitasnya sangat mengganggu,
antihistamin sering kali diberikan. Efek sampingnya ibu akan mengantuk.
Pendapat lain, epidural merupakan anastesi yang disuntikan melalui sebuah
tabung diantara tulang punggung bagian bawah (epidural ), yang menyebabkan
syaraf tubuh pada bagian tersebut menjadi mati rasa selama beberapa waktu,
sehingga rasa sakit menjadi hilang. Epidural memerlukan waktu 20 menit untuk
bekerja. Anda akan diminta menekuk lutut anda hingga kedagu. Anastesi ini akan
berakhir pengaruhnya selama sekitar 2 jam.
Pengaruhnya :
Jika epidural bekerja dengan benar, maka rasa sakit akan
hilang dan tetap sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi. Beberapa wanita merasa
menjadi lemah dan sakit kepala, yang mana akan berakhir beberapa jam
sesudahnya. Kaki mungkin akan terasa agak berat selama
beberapa jam.
·
Efek jangka panjang
Sebagian ibu-ibu yang memperoleh
epidural di
unit maternitas yang memperoleh epidural analgesic tidak
dipantau secara maksimal. Sheila Kitzinger (1985) dalam penelitiannya mempelajari
hubungan antara pemberian analgesia epidural dengan perawatannya. Kitzinger mempunyai sampel yang benar (N=908) terdiri
dari NCT (Sukarelawan di inggris dan Australia) dengan sampel terpilih, tidak
terkontrol dan mempunya i motivasi, hasilnya menggambarkan penemuan yang
bermanfaat. Kitzinger melaporkan kegagalan epidural rata-rata 15%. Jadi ini
merupakan masukan yang serius seperti tiba-tiba terjadi hipotensi. Dia menjelaskan tentang 18% dari sampel yang merasakan efek
samping berupa penderitaan dalam jangka panjang, termasuk system saraf dan
gejala-gejala sakit tulang, emosi yang memburuk, merasa menyesal dan perasaan yang buruk,
berdiri yang lambat dalam
beberapa minggu, bulan bahkan
bisa sampai berikutnya lahir.
Ketika Kitzinger mengadakan proyek penelitian mendapat
kritikan untuk memilih sampel. Penelitian tidak memberikan penjelasan yang
tepat tentang kesimpulannya secara umum. Ia tidak menggunakan jangka waktu
bekerja yang ada karena alasan dari tindakan yang memperoleh dari pengalaman
informasinya.
Sejauh ini penelitian yang diterima adalah yang baru saja
dilakukan oleh Mander (1992), yang lebih menerima ketidak mampuan dan efek yang
menetap dari suatu bentuk pengurang rasa nyeri. Walaupun penemuan M.A dkk
mulanya diabaikan dengan alas an sample dan kejujuran mereka yang disangkal
akhirnya mereka diterima. (Robinson, 1993).
Mac Arthur dan rekan kerjanya melakukan penelitian yang
memiliki tujuan utama yaitu mempelajari implikasi jangka panjang tentang
kehamilan dan kelahiran (1992). Studi yang bersifat retrospektif ini merupakan
penelitian besar. Proses pengambilan sampel (Hsampling) dan metodeloginya
bersifat menyeluruh. Datanya menerangkan tentang banyak hal, meresap dan
menjelaskan begitu dalam tentang masalah-masalah kesehatan termasuk proses
kelahiran. Data tersebut berhubungan dengan penggunaan analgesia epidural dalam
persalinan dimana sesuai dengan penemuen Kitzinger (1987). Mac Arthur dkk
menemukan bahwa 19,3% ibu-ibu yang melahirkan pervaginam dengan menggunakan
analgesia epidural mengalami sakit punggung dalam jangka waktu yang lama,
sedangkan hanya 10% dari ibu-ibu tersebut yang melahirkan pervaginam tanpa
analgesia mengalami hal yang sama. Selain itu, ibu-ibu yang menggunakan
analgesia epidural, sakit punggung tersebut dibarengi sakit kepala, migraine,
sakit leher, sakit otot dan kesemutan daerah ekstermitas.
Hipotesis
lanjutan yang dilakukan oleh Mac Arthur ini menerangkan bahwa gejala
neurologist dan orthopedic (tulang) ini berhubungan dengan trauma subklinik
poros tulang belakang selama persalinan. Dia beranggapan bahwa gejala
ketidak nyamanan minor tersebut biasanya menyebabkan orang menyesuaikan dengan
postur tubuhnya tidaklah jelas atau bisa juga di bawah pengaruh analgesia
epidural. Trauma-trauma ini kemudian
menjelma sebagai gejala yang tiba-tiba diperberat oleh stress setelah bayi
lahir.
Perbedaan ini dihubungkan dengan pendapat Mac Leod
(1995), yang mendukung data yang dikumpul sebagai prioritas di media yang
menarik perhatian Mac Arthur. Ahli anastesi kebidanan ini melakukan survey
terhadap 2065 ibu dalam waktu 1 tahun setelah melahirkan, hasilnya 67,1%
menggunakan analgesia epidural, 6,% ditemukan adanya sakit punggung yang
berkembang dalam jangka waktu lama sejak melahirkan, sedangkan ibu-ibu yang
tidak diarahkan menggunakan analgesia epidural hanya 1,7% yang mengalami sakit
punggung.
Penggunaan temuan ini mungkin tidak sesuai dengan maksud
peneliti, oleh karena itu, sesuai dengan hasil observasi Robinson, dia
memberitahukan kepada ibu yang tidak mengalami sakit karena melahirkan, bahwa
“Epidural bisa menyebabkan kamu sakit punggung yang lama. Apakah
kamu masih menginginkannya?”(Robinson).