Minggu, 22 Juli 2012

Persalinan dengan komplikasi, Kelainan, penyakit dalam masa kehamilan.


1.      HIPERTENSI ESSENSIAL
Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan dari 20 minggu, dan yang menetapkan setelah 12 minggu persalinan. Hipertensi kronik yang diperberat oleh pre eklamsia/eklamsia adalah pre eklamsi/eklamsia yang timbul pada hipertensi kronik. Hipertensi dalam kehamilan mencakupi hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibat kejang ialah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefasilitis.

*      Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada penanganan hipertensi dalam kehamilan.
*      Tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak dipergaruhi oleh keadaan emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik.
*      Jika Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik 110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu pengukuran < 4 cm.
o   Jika hipertensi terjadi pada kehamilan > 20 minggu, Pada persalinan, atau dalam 48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya adalah hipertensi dalam kehamilan.
o   Jika hipertensi terjadi pada kehamilan < 20 minggu, diagnosisnya adalah hipertensi kronik.
Tanda dan gejala
a)      Hipertensi Kronik
      Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada kehamilan < 20 minggu.
b)      Hipertensi Kronik dengan Superimposed preeklampsia ringan
      Tekanan diastolik 90-110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
      Proteinuria < ++

Penatalaksanan
a.       Anjurkan istirahat lebih banyak
b.      Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan menggangu perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan memperbaiki keadaan janin dan ibu.
-          Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi dan terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut.
-          Jika tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih atau tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, berikan antihipertensi.
-          Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda gejala lain pikirkan superimposed preeklamsia dan tangani seperti preeklamsia.
c.       Pantau pertumbuhan  dan kondisi janin.
d.      Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
e.       Jika denyut jantung janin < 100/menit atau > 180/menit, tangani seperti gawat janin.
f.       Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, nilai serviks pertimbangkan terminasi kehamilan :
-          Jika serviks matang, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
-          Pada serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau kateter foley.



2.      HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN (PIH)
Hipertensi yang diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
Timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak disertai proteinuri, gejala ini akan hilang dalam waktu < 12 minggu persalinan.

Tanda dan gejala
a)      Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan > 20 minggu.
b)      Proteinuria –

Etiologi
Mencari etiologi à tidak lepas dari kenyataan :
1.      Terpapar villi chorealis untuk pertama kali
2.      Terpapar villi chorealis yang banyak (mola & gemelli)
3.      Penyakit vaskular sebelumnya
4.      Predisposisi genetik terhadap hipertensi

Kelainan pembuluh darah berupa :
         Vasospasme
         Transudasi plasma
         Ischemia dan thrombosis

Sibai (2003) :
  1. Invasi abnormal trofoblas ke pembuluh darah
  2. Intoleran imunologis antara ibu dan jaringan feto plasenta
  3. Maladaptasi ibu terhadap perubahan-perubahan pembuluh darah atau infeksi  dari kehamilan manual
  4. Defisiensi diet
  5. Pengaruh genetic

Patogenese :
             I.      Vasospasme
                                 Kontriksi pembuluh darah à resistensi à hipertensi
                                 Pada saat yang bersamaan dengan yang diatas :
                                 Kerusakan sel endotel


 


Kardiovaskular interstitial


 


   Komponen darah, thrombosit & fibrinogen berkumpul sub endotel
   Akibat aliran darah        karena maldistribusi
 


Ischemia jaringan sekitar
   Nekrosis
   Pendarahaan
   Gangguan lainnya

Prediksi dan Penceghan
         Roll over test
         Asam urat : > 5,9 mg/dL < pada 24 minggu à sebesar 33 %
         Fibronectin
         Aktivasi koagulasi
         Stres oxidative
         Cytokines
         Peptide plasenta
         Fetal DNA
         Velocimetri Doppler A. uterina


Pencegahan
         Diet
         Low-dose aspirin
         Antioxidan

Hipertensi karena kehamilan tanpa proteinuria.
Tangani secara rawat jalan:
o   Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
o   Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia ringan.
o   Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk penilaian kesehatan janin.
o   Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia atau eklampsia.
o   Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secar normal.
o   Dasar pengelolaan
o   Akhiri kehamilan dengan trauma sekecil mungkin untuk ibu & anak
o   Kelahiran seorang bayi
o   Pemulihan kesehatan ibu kembali
o   Penting untuk mengetahui umur fetus secara tepat



3.      PRE EKLAMPSIA
1)      Pre eklampsia ringan
Diagnosis pre eklampsia ringan didasarkan atas tekanan diastol antara 90-< 110 mmHg ( 2 pengukuran berjarak 4 jam) pada masa kehamilann > 20 minggu. Disertai proteinuria (≥ 300mh/24 jam, atau 1+ dipstick atau proteinuria ampai ++).
         Mengukur tekanan darah :
        Penderita duduk, pasang cuff yang cukup ukurannya
        Periksa 2 x dengan waktu paling sedikit 6 jam
        Hipertensi : sistole ≥ 140 mm Hg, diastolik  ≥ 90 mm Hg
        Pengukuran tekanan darah à sering mengalami tidak akurat
        Sumber kesalahan pengukuran :
         Kesalahan alat
         Bias observer
         Tehnik tidak tepat
         Ukuran cuff
         Posisi lengan selama pengukuran
         Pakai sphygmomanometer air raksa à indirect gold standard
         Korotkoff 5 à untuk diagnosis & clinical trials
         Klasifkasi :
        Preeklamsi (ringan, berat, eklamsia, sindroma HELLP)
        Gestational hypertension
        Chronic hypertension
        Chronic hypertesion with superimposed preeclamsia

Preeklamsia :
        Preeklamsia
        Eklamsi
        HELLP syndrome(hemolisis, elevated liver enzyme and low platelets)
Masih tetap ada keraguan dengan diagnosis preeklampsi, terutama untuk protein uria (dipstick technique) dipengaruhi oleh :
        Sekresi vagina
        Darah atau bakteri
        Berat jenis urine
        pH
        Latihan
        Penyakit ginjal tidak diketahui

         Prinsipnya sebagai penyakit primigravida
         Jarang sebelum 20 mg kehamilan
         Faktor predisposisi :
        Diabetes
        Nullipara / primipara
        Obesitas
        Ekstrim umur (teenagers/remaja, ≥ 35 tahun)
        Insufisiensi ginjal
        Penyakit ginjal kronis
        Preexisting hypertension
        Preeklamsi yang lalu
        Keluarga preeklamsi
        Kehamilan mola
        Gemelli
        Hidrops fetalis


2)      Pre eklampsia berat
Bila didapatkan satu atau lebih gejala dibawah ini preeklampsia digolongkan berat.
a.       Tekanan darah diastol ≥ 110 mmHg.
b.      Proteinuria ≥ 2 g/24 jam atau ≥ 2 + dalam pemeriksaan kualitatif (dipstick).
c.       Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai ologuri (<400ml?24 jam).
d.      Trombosit < 100.000/mm3
e.       Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
f.       Peninggian kadar enzim hati ( SGOT dan SGPT)
g.      Sakit kepala yang menetap atau gangguan virus dan serebral
h.       Nyeri epigastrium yang menetap
i.        Pertumbuhan janin terhambat.
j.        Edema paru disertai sianosis
k.      Adanya ”the HELLP Sydrome ”


Diagnosis banding
Hipertensi kronik, kelainan ginjal dan epilepsi.

Pemeriksaan penunjang
o   Preeklampsia ringan : Urin lengkap
o   Preeklampsia berat/eklamsi
Pemeriksaan Laboratorium : Hb, hematokrit, Urin lengkap, Asam urat darah, Trombosit, Fungsi hati, Fungsi ginjal.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan KTG
Konsultasi : bagian saraf, mata, penyakit dalam ( sub bagian ginjal dan hipertensi ), bila diperlukan.

Terapi
Preeklamsia ringan.
*      Rawat inap, istirahat (tirah baring/tidur miring kiri). Rawat jalan dilakukan apabila pasien menolak rawat inap. Dilakukan pemantauan tekanan darah dan protein urin setiap hari.
*      Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan protein urin setiap hari.
*      Dapat dipertimbangkan pemberian suplementasi obat-obatan antioksida atau anti agregasi trombosit.
*      Roboransi
*      Diberikan kortikosteroid pada kehamilan 24-34 minggu
*      Berikan methyl dopa 3 x 250 mg apabila tekanan diastol diantara 100- 110 mmHg.
*      Dilakukan pemantauan kesejahteran janin dengan pemeriksaan USG Doppler) dan KTG.
*      Jika tekanan diastol turun sampai normal, pasien dipulangkan dengan nasihat untuk istirahat dan diberikan penjelasan mengenai tanda-tanda preeklampsia berat. Kontrol 2 kali seminggu. Bila tekanan diastol naik lagi, pasien kembali kembali.
*      Jika tekanan diastol naik dan disertai dengan tanda-tanda preeklampsia berat, pasien dikelola sebagai preeklampsia berat.
*      Bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, terminasi kehamilan.
*      Persalinan dapat dilakukan secara spontan.  

            Preeklampsia berat
            Rawat bersama dengan bagian yang terkait (penyakit dalam, penyakit saraf, mata, anestesi).
           
A.    Perawatan Aktif
a)      Indikasi
Bila didaptkan satu/lebih keadaan dibawah ini :
Ibu             : -     kehamilan ≥ 37 minggu
-          Adanya gejala impending eklamsia.
     Janin           :  -     Adanya tanda-tanda gawat janin.
-          Adanya tanda-tanda PJT yang disertai hipoksia.
     Laboratorium : Adanya HELLP Syndrome.
b)      Pengobatan medisinal
Infus larutan ringer laktat, Pemberian MgSo4
c)      Pengelolaan Obstetri
Cara terminasi kehamilan:
1)      Belum inpartu
§  Induksi persalinan :
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop ≥ 6.
§  Seksio sesarea bila :
-    Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi tetes oksitosin.
-    Delapan jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase aktif
-     
2)      Sudah inpartu
Kala I
Fase laten :
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop ≥ 6.
       Fase aktif :
1.      Amniotomi
2.      Bila his tidak adekuat, diberikan tets oksitosin.
3.      Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap, pertimbangan seksio sesarea.
Catatan : Amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
Kala III :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan
B.     Pengelolaan Konservatif
a.       Indikasi :
Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending eklamsia dengan keadaan janin baik.
b.      Pengobatan medisinal
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif. Hanya pada dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v cukup i.m saja (MgSO4 40%, 8 gram i.m) Pemberiaan MgSO4 dehentikan bila sudah mencapai tanda-tand preeklamsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
c.       Pengelolaan obstetri
1)      Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk memantau kesejahteraan janin.
2)      Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus terminasi. Cara terminasi sesuai dengan pengelolaan aktif
4.      EKLAMPSIA
Eklampsia ditandai dengan konvulsi dan koma, yang biasanya terjadi pada pasien dengan PIH berat atau eklampsia mengancam dan pada pasien dengan protenuria kehamilan disertai dengan hipertensi kronik. Dengan perawatan antenatal yang lebih baik dan pengenalan serta perawatan PIH dini, insiden eklampsia telah berkurang.

Fisiopatologi :
Perubahan-perubahan yang terjadi pada PIH berat lebih nyata pada eklampsia : vasospasme lebih kuat, disertai dengan hipoksia jaringan, laju filtrasi glomerulus berkurang dan keluarkan urin menurun, retensi air intraseluler menghalangi metabolisme seluler dan mungkin terjadi edema serebri, viskositas darah meningkat, hitung trombosit menurun dan timbul defek koagulasi.

Tanda dan gejala
*      Kejang
*      Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
*      Protein ≥ ++

Pengelolaan eklampsia
Rawat bersama di unit perawatan itensif dengan bagian-bagian terkait.
Pengobatan medisianal
a.       Obat anti kejang :
*      Pemberian MgSO4 sesuai dengan pengelolaan preeklamsia berat.
*      Bila timbul kejang-kejang ulang maka dapat diberikan sekali saja, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/kg/bb/i.v pelan-pelan.
b.      Obat-obat suportif
Lihat pengobatan suportif preeklamsia.
Perawatan pasien dengan serangan kejang :
a.       Dirawat dikamar isolasi yang cukup terang.
b.      Masukkan sudip lidah kedalam mulut pasien.
c.       Kepala direndahkan, daerah orofaring dihisap.
d.      Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendur guna menghindari fraktur.
e.       Pasien yang mengalami kejang-kejang secara berturutan (status konvulsivus), diberikan pengebotan sebagai berikut :
ü  Dirawat dikamar isolasi yang cukup terang.
ü  Masukkan sudip lidah kedalam mulut pasien.
ü  Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendur guna menghindari fraktur.
ü  Pasien yang mengalami kejang-kejang secara berturutan  (status konvulsivus) diberikan pengobatan sebagai berikut :
§  Suntikan benzodiaaepin 1 ampul (10 mg) i.v perlahan-lahan.
§  Bila pasien masih tetap kejang diberikan suntikan ulang.
§  Benzodiaaepin i.v setiap ½ jam sampai 3 kali berturut-turut.
§  Selain benzodiaaepin, diberikan juga phenitoin (untuk mencegah kejang ulangan) dengan dosis 3 x 300 (3 kapsul) hari pertama, 3 x 200 mg (2 kapsul) pada hari kedua dan 3 x 100 mg (1 kapsul) pada hari ketiga dan seterusnya.
§  Apabila setelah pemberian dilakukan benzodiaaepin i.v 3 kali berturut-turut, pasien masih tetap kejang, maka diberikan tetes valium (Diazepam 50 mg/5 ampul didalam 250 cc NaCL 0,9 %) dengan kecepatan 20-25 tets/menit selama 2 hari.
f.       Atas anjuran bagian saraf, dapat  dilakukan :
ü  Pemeriksaan CT  scan untuk menentukan ada tidaknya perdarahan otak.
ü  Punksi lumbal, bila ada indikasi
ü  Pemeriksan elektrolit Na, K, Ca dan CL ; kadar glukosa, urea N, Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas darah untuk mencari penyabab kejang yang lain.


Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan
a.       Sikap dasar :
      Semua kehamilan dengan eklampsia dan impending eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
      Gejala impending eklampsia, adalah :
-          Penglihatan kabur.
-          Nyeri ulu hati yang hebat
-          Nyeri kepala yang hebat.
b.      Saat pengakhiran kehamilan
ü  Terminasi kehamilan pasien preeklamsi dan impending eklamsia adalah dengan seksio sesarea.
ü  Persalinan pervaginam dipertimbangkan pada keadaan sbb:
-          Pasien inpartu, kala II
-          Pasien yang sangat gawat (terminasi state) yaitu dengan kriteria eden yang berat.
-          Sindorama HELLP
-          Komplikasi serebral (CVA, stroke)
-          Kontra indikasi operasi ( ASA IV).