1. Pengertian
Atonia uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi
kegagalan berkontraksi dengan baik setelah persalinan (Saifudin AB,
2002). Sedangkan dalam sumber lain atonia didefinisikan sebagai
hipotonia yang mencolok setelah kelahiran placenta (Bobak, 2002). Dua definisi
tersebut sebenarnya mempunyai makna yang hampir sama, intinya bahwa atonia
uteri adalah tidak adanya kontraksi segera setelah plasenta lahir.
Pada kondisi normal setelah plasenta
lahir, otot – otot rahim akan berkontraksi secara sinergis. Otot – otot
tersebut saling bekerja sama untuk untuk menghentikan perdarahan yang berasal
dari tempat implantasi plasenta. Namun sebaliknya pada kondisi tertentu otot –
otot rahim tersebut tidak mampu untuk berkontraksi / kalaupun ada kontraksi
kurang kuat. Kondisi demikian akan
menyebabkan perdarahan yang terjadi dari tempat implantasi plasenta tidak akan
berhenti dan akibatnya akan sangat membahayakan ibu.
Sebagian besar perdarahan pada masa
nifas (75 – 80%) adalah akibat adanya atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui
bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500 – 800 ml /
menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama
beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak.
Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5 – 6 liter saja.
2. Penyebab
Suatau
penyakit akan bisa ditangani dengan baik kalau diketahui penyebabnya. Dalam
kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun demikian ada
beberapa faktor predisposisi yang bias dikenal.
Faktor – faktor predisposisi tersebut antara lain :
- Distensi rahim yang berlebihan
Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain :
1)
Kehamilan ganda
2)
Poli hidramnion
3)
Makrosomia janin
Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab – sebab tersebut akan
mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir.
- Pemanjangan masa persalinan (partus lama)
Pada
partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot- otot rahim tidak
mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.
- Grandemultipara (Paritas 5 atau lebih)
Kehamilan
seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan
berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.
- Kehamilan dengan mioma uterus.
Mioma
yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma intra
mular, dimana mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi uterus
berkontraksi.
- Persalinan buatan (SC, Forsep dan ekstraksi vakum).
- Persalinan lewat waktu
- Korioamnionitis
3. Tanda
dan gejala
Mengenal
tanda dan gejala sangat penting dalam penentuan diagnosa dan
penatalaksanaannya.
Tanda dan gejala atonia uteri antara lain :
a. Perdarahan pervaginam.
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak dan darah tidak merembes. Yang sering terjadi pada
kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan.
Hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah.
- Konsisitensi rahim lunak
Gejala
ini merupakan gejala terpenting / khas atonia
dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
- Fundus uteri naik
- Terdapat tanda – tanda syok

4. Penangan
atonia uteri
Penanganan
kasus atonia uteri harus secara benar, tepat dan cepat, mengingat akibat yang
akan terjadi jika tidak segera mendapat penanganan yang cepat dan tepat.
Seorang ibu bersalin akan kehilangan darah sangat banyakdalam beberapa menit saja uterus tidak
berkontraksi.
Langkah – langkah yang harus dilakukan
dalam penanganan kasus atonia uteri
- Berikan 10 unit oksitosin IM
- Lakukan massage uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi dengan tehnik aseptik apakah plasenta utuh. Pemeriksaan menggunakan sarung tangan DTT atau steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
- Periksa kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi atau gunakan teknik aseptic untuk memasang kateter ke dalam kandung kemih ( menggunakan kateter karet steril / DTT ).
- Gunakan sarung tangan DTT / steril , lakukan kompresi bimanual internaselama maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bias dihentikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
- Anjurkan keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan
- Jika perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi baik :



- Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit setelah dimulainya kompresi bimanual interna :




ü
Jika uterus tetap tidak berkontraksi ;
ü
Ulangi KBI
ü
Jika berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan
– lahan dan pantau kala IV dengan
seksama.
ü
Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera
dimana operasi dapat dilaksanakan
ü
Dampingi ibu ketempat rujukan. Teruskan infuse
dengan kecepatan 500 cc / jam hingga ibu mendapatkan total 1, 5 liter dan
kemudian turunkan hingga 125 cc / jam.




ü
Antibiotik spectrum luas, 1 gr Im, ulangi setiap
6 jam
ü
Metronidazol 400 – 500 mg per oral, ulangi
setiap 8 jam
