Aspek tumbuh kembang pada bayi/anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap selama anak tidak sakit berarti anak tersebut tidak mengalami masalah kesehatan termasuk perkembangannya.
Aspek tumbuh
kembang ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Yang sering diabaikan oleh
tenaga kesehatan, khususnya dilapangan. Biasanya penanganan lebih banyak
difokuskan pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan.
Sering terjadi, setelah anak sembuh dari penyakitnya, justru timbul masalah
yang berkaitan dengan tumbuh kembang si anak/bayi. Misalnya, anak mengalami
kemunduran dalam kemampuan otonominya.
Oleh karena itu,
perlu dilakukan deteksi dini tumbuh kembang bayi balita dalam upaya menurunkan
masalah tumbuh kembang anak yang sedini mungkin bisa dilakukan dengan upaya
sedini mungkin yakni sejak pembuahan, janin dalam kandungan ibu, pada saat
persalinan sampai masa-masa kritis proses tumbuh kembang manusia yakni dibawah
usia lima tahun.
Periode penting
dalam tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini
perkembangan kemampuan anak berbahasa, kreativitas, kesadaran social,
emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
·
Deteksi dini tumbuh kembang balita
merupakanupaya penjaringan yang dilaksanakan secara komperehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal factor
resiko (fisik, biomedik, psikososial) pada balita.
·
Guna deteksi dini :
Untuk
mengetahui penyimpangan tumbuh kembang balita secara dini, sehingga upaya
pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat
diberikan dengan indikasi yang jelas secara dini pada masa-masa kritis proses
tumbuh kembang. Upaya ini diberikan sesuai umur perkembangan anak, dengan
demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.
Untuk menilai
sejauh mana perkembangan anak digunakan DDST (Denver Developmental Screening
Test) yang bertujuan menilai perkembangan anak pada empat aspek, yaitu
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan personal social dengan
skala DDST II
DDST merupakan salah satu tes psikomotorik yang
sering digunakan di klinik/rumah sakit bagian tumbuh kembang dimana merupakan
salah satu tes/metode skrining yang digunakan untuk menilai perkembangan anak
mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun
Test ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes
ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas
yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST
secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100 % bayi dan anak-anak pra
sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan. Ternyata dalam follow up 89%
dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan
bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasikan lebih separoh anak dengan kelainan
bicara. Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga
tugas perkambangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari
DDST tersebut dinamakan Denver II.
Oleh karena itu, Frankenburg dkk. (1981) melalui
DDST mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan
anak balita yaitu :
1)
Personal
Sosial (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
2)
Fine
motor adaptive (gerakan motorik halus). Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, tidak memerlukan banyak tenaga.
Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, memasukkan manik-manik kedalam botol,
menempel, menggunting dll.
3)
Language
(bahasa). Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan. Pada masa bayi kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga
pernyataan akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan dan gerakan.
Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan
berbicara.
4)
Gross
Motor (perkembangan motorik kasar). Aspek yang
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan oleh
otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga. Misalnya,
berjalan, berlari
Dalam pelaksanaannya,
DDST ini mudah dan cepat untuk digunakan serta mempunyai validitas yang relatif
tinggi. Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang
horisontal yang berurutan menurut umur dalam lembar DDST.
Pada umumnya
pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya
berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya
sekitar 15-20 menit.
1. Alat
yang digunakan, yaitu :
a. Alat
peraga, yaitu benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna
merah-kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil,
kertas dan pensil.
b. Lembar
formulir DDST.
c. Buku
petunjuk pengisian formulir.
2. Prosedur
DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu :
a. Tahap
pertama
Secara
periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24
bulan, 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun.
b. Tahap
kedua
Dilakukan
jika dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama dan akan
dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik lengkap.
3. Penilaian
dan pengklasifikasian hasil tes DDST
Dari
buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah
lulus (passed = P), gagal (fail = F) atau anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (no opportunity = O.N). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang
memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu
dihitung pada masing-masing sektor berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya
berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam :
a. Abnormal
· Bila
didapatkan dua atau lebih keterlambatan pada dua sektor atau lebih.
· Bila
dalam satu sektor atau lebih ditemukan dua atau lebih keterlambatan ditambah
satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
b. Meragukan
(questionable)
·
Bila pada satu sektor di dapatkan dua
keterlambatan atau lebih.
·
Bila pada satu sektor atau lebih di
dapatkan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
c. Tidak
dapat di tes (untestable)
Apabila
terjadi penolakkan sehingga hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
d. Normal
Semua
yang tidak tercantum dalam semua kriteria atas.
4. Pelaksanaan
DDST
a. Tetapkan
umur anak, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk
1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
b. Tarik
garis umur vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas
perkembangan pada keempat sektor.
c. Tugas
yang terletak pada sebelah kiri garis tersebut, pada umumnya sudah dapat
dilakukan oleh anak pada usia lebih dari 2 tahun. Apabila anak gagal
mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut, maka berrti suatu keterlambatan pada
tugas tersebut..
d. Bila
tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis
vertikal umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol
berikutnya masih ada kemungkinan perkembangan lagi.
e. Begitu
pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
f. Pada
ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor, kalau terdapat kode R
maka tugas perkembangan cukup ditanyakan kepada orang tuanya, sedangkan bila
terdapat kode nomor maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk di formulir.
Dalam melaksanakan skrining agar lebih cepat, maka
dapat dilakukan tahap pra-skrining dengan menggunakan :
§ DDST
Short Form
Yang
masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga seluruhnya ada 12 tugas)
yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak,
maka dianggap “suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap. Dari
penelitian Frankenburg didapatkan 25 % anak pada pemeriksaan DDST Short Form
ternyata memerlukan pemeriksaan DDST lengkap.
§ PDQ
(Pra-screening Developmental Questionnaire)
Bentuk
kuesioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA keatas. Dapat
diisi orang tua dirumah atau ada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan
pada kuesioner yang sesuai dengan umur anak . Kemudian dinilai berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST
lengkap.
Misalnya :
Budi lahir pada
tanggal 23 mei 1992 dari kehamilan yang cukup bulan dan tes dilakukan pada
tanggal 5 oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut :
1994 – 10 -5
(saat tes dilakukan)

Umur
budi 2 – 4 – 12 = 2 tahun 4 bulan 12
hari, karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari, maka dibulatkan kebawah,
sehingga umur budi adalah 2 tahun 4 bulan.
Kemudian
garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas
perkembangan pada 4 sektor. Tugas-tugas yang terletak sebelah kiri garis itu,
pada umumnya sudah dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi (2 tahun 4 bulan).
Apabila budi gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut (F), maka berarti
suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan
berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu
keterlambatan, karena kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan
lagi. Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
·
Peran petugas kesehatan dalam upaya
deteksi tumbuh kembang Balita
Dalam
upaya mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, khususnya
masa balita, diperlukan persiapan-persiapan baik dari orang tua maupun petugas
kesehatan. Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada
orangtua mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada
anaknya, sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Di
lapangan, petugas yang mempunyai peran cukup penting dalam upaya tersebut
adalah tenaga paramedis.