Rabu, 18 Juli 2012

Denver Developmental ScreeningTest (DDST)



Aspek tumbuh kembang pada bayi/anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap selama anak tidak sakit berarti anak tersebut tidak mengalami masalah kesehatan termasuk perkembangannya.
Aspek tumbuh kembang ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan, khususnya dilapangan. Biasanya penanganan lebih banyak difokuskan pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan. Sering terjadi, setelah anak sembuh dari penyakitnya, justru timbul masalah yang berkaitan dengan tumbuh kembang si anak/bayi. Misalnya, anak mengalami kemunduran dalam kemampuan otonominya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan deteksi dini tumbuh kembang bayi balita dalam upaya menurunkan masalah tumbuh kembang anak yang sedini mungkin bisa dilakukan dengan upaya sedini mungkin yakni sejak pembuahan, janin dalam kandungan ibu, pada saat persalinan sampai masa-masa kritis proses tumbuh kembang manusia yakni dibawah usia lima tahun.
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan anak berbahasa, kreativitas, kesadaran social, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
·         Deteksi dini tumbuh kembang balita merupakanupaya penjaringan yang dilaksanakan secara komperehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal factor resiko (fisik, biomedik, psikososial) pada balita.
·         Guna deteksi dini :
Untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas secara dini pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya ini diberikan sesuai umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.
Untuk menilai sejauh mana perkembangan anak digunakan DDST (Denver Developmental Screening Test) yang bertujuan menilai perkembangan anak pada empat aspek, yaitu perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan personal social dengan skala DDST II
DDST merupakan salah satu tes psikomotorik yang sering digunakan di klinik/rumah sakit bagian tumbuh kembang dimana merupakan salah satu tes/metode skrining yang digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun
Test ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100 % bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan. Ternyata dalam follow up 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasikan lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkambangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.
Oleh karena itu, Frankenburg dkk. (1981) melalui DDST mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :
1)      Personal Sosial (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2)      Fine motor adaptive (gerakan motorik halus). Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, tidak memerlukan banyak tenaga. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu  benda, memasukkan manik-manik kedalam botol, menempel, menggunting dll.
3)      Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. Pada masa bayi kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan dan gerakan. Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan berbicara.
4)      Gross Motor (perkembangan motorik kasar). Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh  yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga. Misalnya, berjalan, berlari
Dalam pelaksanaannya, DDST ini mudah dan cepat untuk digunakan serta mempunyai validitas yang relatif tinggi. Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horisontal yang berurutan menurut umur dalam lembar DDST.
Pada umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit.
1.      Alat yang digunakan, yaitu :
a.       Alat peraga, yaitu benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil.
b.      Lembar formulir DDST.
c.       Buku petunjuk pengisian formulir.
2.      Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu :
a.       Tahap pertama
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun.
b.      Tahap kedua
Dilakukan jika dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama dan akan dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik lengkap.

3.      Penilaian dan pengklasifikasian hasil tes DDST
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (passed = P), gagal (fail = F) atau anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (no opportunity = O.N). Kemudian ditarik  garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam :
a.       Abnormal
·      Bila didapatkan dua atau lebih keterlambatan pada dua sektor atau lebih.
·      Bila dalam satu sektor atau lebih ditemukan dua atau lebih keterlambatan ditambah satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
b.      Meragukan (questionable)
·         Bila pada satu sektor di dapatkan dua keterlambatan atau lebih.
·         Bila pada satu sektor atau lebih di dapatkan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
c.       Tidak dapat di tes (untestable)
Apabila terjadi penolakkan sehingga hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
d.      Normal
Semua yang tidak tercantum dalam semua kriteria atas.
4.      Pelaksanaan DDST
a.       Tetapkan umur anak, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
b.      Tarik garis umur vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada keempat sektor.
c.       Tugas yang terletak pada sebelah kiri garis tersebut, pada umumnya sudah dapat dilakukan oleh anak pada usia lebih dari 2 tahun. Apabila anak gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut, maka berrti suatu keterlambatan pada tugas tersebut..
d.      Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol berikutnya masih ada kemungkinan perkembangan lagi.
e.       Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
f.       Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor, kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup ditanyakan kepada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk di formulir.
Dalam melaksanakan skrining agar lebih cepat, maka dapat dilakukan tahap pra-skrining dengan menggunakan :
§  DDST Short Form
Yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap. Dari penelitian Frankenburg didapatkan 25 % anak pada pemeriksaan DDST Short Form ternyata memerlukan pemeriksaan DDST lengkap.
§  PDQ (Pra-screening Developmental Questionnaire)
Bentuk kuesioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA keatas. Dapat diisi orang tua dirumah atau ada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada kuesioner yang sesuai dengan umur anak . Kemudian dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes DDST lengkap.
            Misalnya :
Budi lahir pada tanggal 23 mei 1992 dari kehamilan yang cukup bulan dan tes dilakukan pada tanggal 5 oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut :
1994 – 10 -5 (saat tes dilakukan)
1992 – 5 – 23 (tanggal lahir budi)      
Umur budi 2 – 4 – 12 = 2 tahun  4 bulan 12 hari, karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari, maka dibulatkan kebawah, sehingga umur budi adalah 2 tahun 4 bulan.
Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada 4 sektor. Tugas-tugas yang terletak sebelah kiri garis itu, pada umumnya sudah dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi (2 tahun 4 bulan). Apabila budi gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
·         Peran petugas kesehatan dalam upaya deteksi tumbuh kembang Balita
Dalam upaya mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, khususnya masa balita, diperlukan persiapan-persiapan baik dari orang tua maupun petugas kesehatan. Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada orangtua mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya, sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Di lapangan, petugas yang mempunyai peran cukup penting dalam upaya tersebut adalah tenaga paramedis.