A.
ATRESIA
REKTI / ANUS
a. Pengertian
Atresia
Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital
(Dorland, 1998).
Atresia
ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu
kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk
Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1:5000 kelahiran
yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom
VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Atresia ani dan rekti merupakan suatu kelainan kongenital
dimana tidak lengkapnya perkembangan embriologik pada bagian anus atau
tertutupnya anus secara abnormal atau
dengan kata lain tidak ada lobang secara tetap pada daerah anus atau rektum.
Suatu
perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross
(1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:
Stenosis rectum yang lebih rendah atau
pada anus
Membran anus menetap
Anus inperforata dan ujung rectum yang
buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
Lubang anus yang terpisah dengan ujung
rectum yang buntu
Pada golongan 3 hampir
selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang sering ditemukan fisula
rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal,
tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula
rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang
rektoperineal.
b. Etiologi
- Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
- Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu sampai 3 bulan
§ Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi
antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan
c. Gambaran
Klinik
Pada sebagian besar anomati ini neonatus
ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa
abnormalitas:
1. Tidak adanya apertura anal
2. Mekonium yang keluar dari suatu
orifisium abnormal
3. Muntah dengan abdomen yang kembung
4. Kesukaran defekasi, misalnya
dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis
d.
Diagnosis
Anamnesis perjalanan
penyakit yang khas dan gambaran klinis perut membuncit seluruhnya merupakan
kunci diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis
ialah pemeriksaan radiologik dengan enema barium. disini akan terlihat gambaran
klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit kedaerah yang melebar. pada foto
24 jam kemudian terlihat retensi barium dan gambaran makrokolon pada
hirschsprung segmen panjang. Pemeriksaan biopsi hisap rektum dapat digunakan
untuk mencari tanda histologik yang khas yaitu tidak adanya sel ganglion
parasimpatik dilapisan muskularis mukosa dan adanya serabut syaraf yang menebal
pada pemeriksaan histokimia, aktifitas kolinaterase meningkat.
Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum. Diagnosis kelainan anurektum tipe pertama dan keempat dapat terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami distensi perut dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium.
Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum. Diagnosis kelainan anurektum tipe pertama dan keempat dapat terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami distensi perut dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium.
Untuk mengetahui
kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus
dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam
anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika
terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus
terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala
akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna
hijau.
e.
Patofisiologi
Atresia ani atau anus
imperforate dapat disebabkan karena :
Kelainan ini terjadi karena kegagalan
pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrioni.
Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
Gangguan organogenesis dalam kandungan
penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
Berkaitan dengan sindrom down
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
Atresia ani yang
terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi
ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala
akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan
diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya fese mengalir
kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini
biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya.
Atresia Ani ini mempunyai 3 macam letak,
yaitu :
a. Tinggi
(supralevator) yaitu, rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. letak
supralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran
genital
b. Intermediate.
Dimana kelainan ini mempunyai ciri rectum terletak pada m.levator ani tapi
tidak menembusnya
c. Rendah
yaitu, rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki2 biasanya letak tinggi
, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika) .
pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).
f. Pemeriksaan Penunjang
§ X-ray,
ini menunjukkan adanya gas dalam usus
§ Pewarnaan
radiopak dimasukkan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistouretrogram
mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan kelainan urinarius.
§ Pemeriksaan
urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium
g. Penatalaksanaan
�
Medik:
1)
Eksisi membran anal
2)
Fistula, yaitu dengan melakukan
kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus
Manfaat
kolostomi :
Mengatasi
obstruksi usus
Memungkinkan
pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan
dengan lapangan operasi
yang
bersih
Memberi
kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang
buntu serta
menemukan kelainan bawaan yang lain.
3)
Pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonatus
:
· Operasi
abdominoperineum pada usia (1 tahun)
· Operasi
anorektoplasti sagital posterior pada usia
(8-12 bulan)
· Pendekatan
sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
�
Keperawatan
Kepada orang tua perlu
diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat
diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap
pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi
tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam
menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.
h. Diagnosa
Keperawatan
1)
Gangguan eliminasi BAK b.d Dysuria
2)
Gangguan rasa nyaman b.d vistel rektovaginal,
Dysuria
3)
Resti infeksi b.d feses masuk ke uretra,
mikroorganisme masuk saluran kemih
4)
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
mual, muntah, anoreksi
5)
Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma
jaringan post operasi
6)
Resti infeksi b.d perawatan tidak adekuat,
trauma jaringan post operasi
7)
Resti kerusakan integritas kulit b.d
perubahan pola defekasi, pengeluaran tidak terkontrol
B.
HIRSCHPRUNG
a. Definisi
Penyakit Hirschprung adalah
kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Arif Mansjoer, dkk. 2000).
Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan
perkembangan sistem saraf enterik dan ditandai oleh tidak adanya sel ganglion
pada kolon distal sehingga menyebabkan obstruksi fungsional. Sebagian kasus
sekarang didiagnosis pada masa neonatus. Penyakit Hirschsprung sebaiknya
dipertimbangkan pada neonatus yang gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam
setelah dilahirkan. Meskipun enema kontras berguna dalam membantu menegakkan
diagnosis, biopsi rektal full thickness tetap merupakan kriteria
standar. Begitu diagnosis ditegakkan penanganan dasar adalah mengeluarkan usus
aganglionik yang berfungsi buruk dan membuat anastomosis ke rektum distal
dengan usus yang memiliki inervasi yang baik (dengan atau tanpa pengalihan
awal).
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital)
adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus
yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang
mengendalikan kontraksi ototnya. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak
ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter.
Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan.
Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan.
Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan
pada bayi laki-laki.
Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down
Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down
b.
Epidemiologi
Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari setiap 5.000 bayi yang lahir dan ini berhubungan pada 1 sampai dengan 4 dari obstruksi usus pada bayi baru lahir. Referensi lain mengatakan bahwa penyakit ini terjadi pada 1 dari 1500 hingga 7000 bayi baru lahir. Ini 5 kali lebih sering pada laki-laki dan kadang-kadang terjadi dengan kondisi kongenital lainnya seperti Down Syndrome. Di Amerika Serikat penyakit ini terjadi kurang lebih pada 1 kasus setiap 5400 hingga 7200 bayi baru lahir
c. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach
dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal,
70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya
5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus
d. Gejala
dan Tanda
Gejala dan tanda dapat bermacam-macam berdasarkan
keparahan dari kondisi. Kadang-kadang mereka muncul segera setelah bayi lahir.
Pada saat yang lain mereka mungkin saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi
remaja ataupun dewasa. Pada kelahiran baru, tanda dapat mencakup:
Kegagalan dalam mengeluarkan mekonium
dalam hari pertama atau kedua kelahiran
Muntah, mencakup muntahan cairan hijau
disebut bile – cairan pencernaan yang diproduksi di empedu
Konstipasi
Perut kembung
Diare dehidrasi
Pada anak-anak yang lebih tua, tanda dapat mencakup:
Perut yang buncit
Letargi
Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang
mengarah penurunan berat badan, diare atau keduanya dan penundaan atau pertumbuhan
yang lambat.
Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir
atau yamg masih sangat muda, yang dapat mencakup enterokolitis, infeksi serius
dengan diare, demam dan muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya.
Pada
anak-anak yang lebih tua atau dewasa, gejala dapat mencakup konstipasi dan
nilai rendah dari sel darah merah (anemia) karena darah hilang dalam feses juga
disertai dengan leukositosis
e.
Diagnosis
Pemeriksaan yang digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit Hirschsprung
dapat mencakup :
a.
Foto
polos abdomen (BNO)
Foto polos abdomen
dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan penumpukan udara di daerah
rektum. Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada penyakit
Hirschsprung. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus
letak rendah, meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar.
b.
Barium enema
§ Tampak
daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi;
§ Terdapat
daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah
dilatasi;
§ Terdapat
daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi
c.
Anal manometri (balon ditiupkan dalam
rektum untuk mengukur tekanan dalam rektum)
Sebuah balon kecil ditiupkan pada rektum. Ano-rektal
manometri mengukur tekanan dari otot sfingter anal dan seberapa baik seorang
dapat merasakan perbedaan sensasi dari rektum yang penuh. Pada anak-anak yang memiliki penyakit Hirschsprung otot
pada rektum tidak relaksasi secara normal. Selama tes, pasien diminta untuk
memeras, santai, dan mendorong. Tekanan otot spinkter anal diukur selama
aktivitas. Saat memeras, seseorang mengencangkan otot spinkter seperti mencegah
sesuatu keluar. Mendorong, seseorang seolah mencoba seperti pergerakan usus.
Tes ini biasanya berhasil pada anak-anak yang kooperatif dan dewasa.
d.
Biopsi rektum
Ini merupakan tes paling akurat untuk penyakit
Hirschsprung. Dokter mengambil bagian sangat kecil dari rektum untuk dilihat di
bawah mikroskop. Anak-anak dengan penyakit Hirschsprung akan tidak memiliki sel-sel
ganglion pada sampel yang diambil. Pada biopsi hisap, jaringan dikeluarkan dari
kolon dengan menggunakan alat penghisap. Karena tidak melibatkan pemotongan jaringan kolon maka tidak diperlukan
anestesi. Jika biopsi menunjukkan adanya ganglion, penyakit Hirschsprung tidak
terbukti. Jika tidak terdapat sel-sel ganglion pada jaringan contoh, biopsi full-thickness
biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi penyakit Hirschsprung. Pada biopsi full-thickness lebih banyak jaringan dari lapisan yang lebih dalam dikeluarkan
secara bedah untuk kemudian diperiksai di bawah mikroskop. Tidak adanya sel-sel
ganglion menunjukkan penyakit Hirschsprung.
f.
Pengobatan
Pengobatan penyakit
Hirschsprung menyangkut operasi pemindahan bagian abnormal dari kolon. Ada dua
langkah untuk mencapai tujuan ini :
Tingkat pertama biasanya kolostomi.
Ketika kolostomi dimunculkan, usus besar dipotong dan lubang dibuat melalui
abdomen. Ini membiarkan isi dari usus untuk mengisi kantong.
Kemudian, ketika berat, usia dan kondisi
anak telah tepat, dilakukan prosedur “pull-through”.
Orvar Swenson, pria yang sama yang menemukan
penyebab Hirschsprung, pertama kali dimunculkan tahun 1948 (Swenson 839).
Prosedur “pull-through” memperbaiki kolon dengan menghubungkan bagian
yang berfungsi dari usus ke anus. Prosedur “pull-through” merupakan
metode tipikal untuk mengobati Hirschsprung pada pasien muda. Swenson
menghasilkan prosedur asli, tapi prosedur “pull-through” telah sering
kali dimodifikasi. Sawin, seorang ahli dalam operasi “pull through”,
mencatat bahwa “meskipun ada sekitar lima perbedaan prosedur pull-through, mereka
semua lebih atau kurang efektif dalam mengobati kelainan.”
Prosedur Swenson meninggalkan bagian
kecil dari usus yang dibuang
Prosedur Soave meninggalkan dinding luar
dari kolon tidak terbungkus
Prosedur Boley hanya merupakan
modifikasi kecil dari prosedur Soave
Prosedur Duhamel menggunakan stapler
bedah untuk menyambungkan usus yang baik dan jelek. Bagian depan dari usus akan
berakhir tanpa sel-sel, tapi bagian belakang akan tetap sehat (Sawin)
g. Komplikasi
Setelah operasi, kebanyakan anak-anak
melepasakan feses secara normal. Beberapa dapat mengalami diare, tetapi
setelah beberapa waktu feses akan menjadi lebih padat. “toilet training”
dapat mengambil waktu lama karena beberapa anak-anak memiliki kesulitan
mengkoordinasikan otot-otot yang digunakan untuk melepaskan feses. Ini
meningkat pada kebanyakan anak-anak seiring waktu. Konstipasi dapat berlanjut
pada beberapa anak-anak, meskipun laksatif seharusnya membantu. Makan makanan tinggi serat juga dapat membantu pada diare
dan konstipasi.
Anak juga berada
pada resiko peningkatan enterokolitis dalam kolon atau usus halus setelah
operasi. Waspadalah pada gejala dan tanda dari enterocolitis, dan hubungi
dokter segera bila salah satu dari ini terjadi:
Demam
Perut kembung
Muntah
Diare
Perdarahan dari rectum
h. Prognosis
§ Akibat
yang dihasilkan setelah perbaikan penyakit Hirschsprung secara definitif adalah
sulit untuk ditentukan karena terjadi konflik pada laporan dalam literatur.
Beberapa peneliti melaporkan tingkat kepuasan tinggi, sementara yang lain
melaporkan kejadian yang signifikan dalam konstipasi dan inkontinensia.
§ Kurang lebih 1% dari pasien dengan penyakit Hirschsprung
membutuhkan kolostomi permanen untuk memperbaiki inkontinensia.
§ Umumnya, lebih dari 90% pasien dengan penyakit
Hirschsprung memiliki hasil memuaskan.