POKOK BAHASAN 1
PENGERTIAN PENGENDALIAN
VEKTOR
Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh
vektor dengan meminimalkan habitat potensial perkembangbiakan vektor,
menurunkan kepadatan dan umur vektor untuk mengurangi kontak vektor dengan
manusia atau memutus rantai penularan penyakit
POKOK BAHASAN 2
METODE PENGENDALIAN VEKTOR
Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan
mempertimbangkan faktor–faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman,
habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan
Perilaku) dan aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah
dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode
pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat
memutus rantai penularan.
Berbagai metode PengendalianVektor (PV) DBD, yaitu:
a. Kimiawi
b. Biologi
c. Manajemen
lingkungan
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN
e. Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated
Vector Management/IVM)
a. Kimiawi
Pengendalian
vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan salah satu metode
pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara
pengendalian lain. Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa.
Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya harus mempertimbangkan
dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia.
Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan
syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor.
Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan
terjadinya resistensi serangga sasaran.
Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD
§
Sasaran dewasa (nyamuk)
adalah : Organophospat (Malathion, methyl pirimiphos), Pyrethroid
(Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine, Permethrine
& S-Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang
diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutan dingin/ULV
§
Sasaran pra dewasa
(jentik) : Organophospat (Temephos).
b. Biologi
Pengendalian
vektor biologi menggunakan agent biologi seperti : predator/pemangsa, parasit,
bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor DBD.
Jenis predator
yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll),
sedangkan larva Capung, Toxoryncites, Mesocyclops dapat juga
berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk
pengendalian vektor DBD
Parasit : Romanomermes
iyengeri
Bakteri : Baccilus
thuringiensis israelensis
Golongan
insektisida biologi untuk pengendalian DBD (Insect
Growth Regulator/IGR dan Bacillus
Thuringiensis Israelensis/BTI ), ditujukan untuk stadium pra dewasa yang
diaplikasikan kedalam habitat perkembangbiakan vektor.
Insect Growth Regulators (IGRs) mampu
menghalangi pertumbuhan nyamuk di masa pra dewasa dengan cara
merintangi/menghambat proses chitin synthesis selama masa jentik
berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan pupae dan nyamuk dewasa. IGRs
memiliki tingkat racun yang sangat rendah terhadap mamalia (nilai LD50 untuk
keracunan akut pada methoprene adalah 34.600 mg/kg ).
Bacillus thruringiensis (BTI) sebagai
pembunuh jentik nyamuk/larvasida yang tidak menggangu lingkungan. BTI
terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis normal.
Keunggulan BTI adalah menghancurkan jentik
nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus dan spesies lain. Formula BTI
cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah, karena itu dianjurkan
pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar dan rusak oleh sinar
matahari.
c. Manajemen lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air,
vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat
perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor DBD. Nyamuk Aedes aegypti
sebagai nyamuk pemukiman mempunyai habitat utama di kontainer buatan yang
berada di daerah pemukiman. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan
lingkungan sehingga tidak kondusif
sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai source
reduction seperti 3M plus (menguras, menutup dan mengubur, dan plus:
menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll); dan menghambat
pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah, mengurangi
tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll)
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD
Pengendalian
Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus rantai
penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan
melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam
bentuk kegiatan 3 M plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M
Plus ini harus dilakukan secara luas/serempak dan terus
menerus/berkesinambungan. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat
beragam sering menghambat suksesnya gerakan ini. Untuk itu sosialisasi kepada
masyarakat/ individu untuk melakukan kegiatan ini secara rutin serta penguatan
peran tokoh masyarakat untuk mau secara terus menerus menggerakkan masyarakat
harus dilakukan melalui kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan di media masa,
serta reward bagi yang berhasil
melaksanakannya.
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE
(PSN DBD)
1. Tujuan
Mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD
dapat dicegah atau dikurangi.
2. Sasaran
Semua tempat perkembangbiakan
nyamuk penular DBD
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan
sehari-hari
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan
sehari-hari (non-TPA)
c. Tempat penampungan air alamiah
3. Ukuran keberhasilan
Keberhasilan kegiatan PSN DBD
antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih
atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
4. Cara PSN DBD
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M-Plus’, 3M yang dimaksud yaitu:
- Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2)
- Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).
Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:
- Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
- Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain)
- Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air
- Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
- Memasang kawat kasa
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
- Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
- Menggunakan kelambu
- Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
- Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
Keseluruhan cara tersebut
diatas dikenal dengan istilah dengan ’3M-Plus’.
5. Pelaksanaan
a. Di
rumah
Dilaksanakan oleh anggota
keluarga.
- Tempat tempat umum
Dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat tempat umum.
e. Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated
Vektor Management)
IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO untuk
mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih
difokuskan pada peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal
DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll.
POKOK BAHASAN 3.
KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR
Kegiatan Pengendalian Vektor memberikan beban yang berbeda disetiap
level administratif
A. Pusat
Sesuai
dengan Tupoksi Pusat, maka Kegiatan Pengendalian Vektor (PV) lebih diutamakan
pada kegiatan penetapan kebijakan Pengendalian Vektor, Penyusunan standarisasi,
modul juklak juknis, Monitoring dan evaluasi Pengendalian Vektor Nasional,
serta Bimbingan teknis Pengendalian Vektor Nasional.
B. Propinsi
Di
Tingkat Propinsi, kegiatan Pengendalian Vektor adalah : pelaksanaan kebijakan
Nasional Pengendalian Vektor, merencanakan kebutuhan alat, bahan dan
operasional PV, Monev PV, Bintek PV ke kabupaten.
C. Kabupaten
Otonomi
daerah memberikan peran yang lebih luas kepada Kabupaten untuk secara aktif dan
mandiri melakukan kegiatan PV di wilayahnya sesuai dengan kondisi spesifik
lokal daerah. Untuk itu selain melaksanakan juklak/juknis dan pedoman,
merupakan tugas kabupaten untuk merencanakan dan mengadakan alat, bahan
operasional PV, Monev kegiatan PV DBD, Bintek
kegiatan PV DBD di Puskesmas.
D. Puskesmas
Puskesmas
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bertugas menjaga kesinambungan
kegiatan PV oleh masyarakat di wilayahnya, menggerakkan peran serta masyarakat
melalui kader, tokoh masyarakat, serta melakukan kegiatan PV secara langsung di
masyarakat.
Operasional Pengendalian Vektor
a. Pengabutan (fogging/ULV)
Pelaksana :
Petugas dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas,
dan tenaga lain yang telah dilatih.
Lokasi : Meliputi
seluruh wilayah terjangkit
Sasaran : Rumah dan tempat-tempat
umum
Insektisida : Sesuai dengan dosis
Alat :
Mesin fog atau ULV
Cara : Pengasapan/ULV dilaksanakan 2
siklus dengan interval
satu minggu (petunjuk fogging terlampir)
b. Pemberantasan sarang jentik/nyamuk demam berdarah dengue
(PSN DBD)
Pelaksana :
Masyarakat di lingkungan masing-masing
Lokasi :
Meliputi seluruh wilayah terjangkit
dan wilayah
sekitarnya dan merupakan
satu kesatuan
epidemiologis
Sasaran :
Semua tempat potensial bagi perindukkan nyamuk:
tempat penampungan air,barang
bekas ( botol aqua,
pecahan gelas,ban bekas, dll)
lubang pohon/tiang
pagar/pelepah pisang, tempat minum burung,
alas
pot, dispenser, tempat penampungan air di
bawah
kulkas, dibelakang kulkas
dsb, di rumah/bangunan
dan tempat umum.
Cara : Melakukan kegiatan 3 M plus. (disesuaikan
dengan
lokal
spesifik daerah terjangkit).
Contoh: .
§ Untuk daerah sulit air PSNnya tidak
menguras,tetapi larvasidasi,
ikanisasi, dll).
§ Untuk daerah tandus tidak mengubur
namun diamankan agar tidak
menjadi
tempat penampungan air.
§ Untuk daerah mudah mendapatkan air
- menguras dengan sikat dan sabun .
§ PLUS: membakar obat
nyamuk,
- menggunakan repelen, kelambu,
- menanam pohon sereh, zodia, lavender,
- geranium, pasang, obat nyamuk semprot,
- pasang kasa dll.
c. Larvasidasi
Pelaksana :
Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas
puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota
Lokasi :
Meliputi seluruh wilayah terjangkit
Sasaran :
Tempat penampungan air (TPA) di rumah dan
tempat-tempat umum
Insektisida :
Sesuai dengan dosis ( Dan disesuaikan dengan
sirkulasi
pemakaian insektisida instruksi Dirjen PP &
PL,
terlampir surat intruksi)
Cara :
Larvasidasi dilaksanakan diseluruh wilayah KLB
( petunjuk larvasidasi terlampir).
POKOK BAHASAN 4
PENGENDALIAN VEKTOR PADA KLB DBD
Pada saat KLB, maka pengendalian vektor harus dilakukan secara cepat, tepat
dan sesuai sasaran untuk mencegah peningkatan kasus dan meluasnya
penularan. Langkah yang dilakukan harus
direncanakan berdasarkan data KLB, dengan tiga intervensi utama secara terpadu
yaitu pengabutan dengan fogging/ULV, PSN dengan 3 M plus, larvasidasi dan penyuluhan penggerakan masyarakat untuk
meningkatkan peran serta.
POKOK BAHASAN 5
PELAPORAN PENGENDALIAN VEKTOR
Manfaat pelaporan
untuk memantau kegiatan PV secara berjenjang dimulai dari Puskemas, Kabupaten, Provinsi.
Pelaporan
memuat tentang :
- Data kasus, data vektor dan PE (Penyelidikan Epidemiologi)
- Metode PV yang digunakan termasuk jenis insektisida, dosis insektisida, cara aplikasi, alat yang digunakan serta sasaran aplikasi.
- Pemetaan dan cakupan atau luas area intervensi
POKOK BAHASAN 6
EVALUASI PENGENDALIAN VEKTOR
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang tepat, maka perlu dilakukan survei
pendahuluan untuk membandingkan dengan kondisi pasca intervensi.
Evaluasi terdiri dari :
A.
Efektifitas untuk
menilai dampak keberhasilan kegiatan PV,
yang diukur dengan larva survey (survei jentik) menggunakan indikator Index Larva, yaitu: House Index (HI), Container
Index (CI) dan Breateu Index (BI)
serta Angka Bebas Jentik (ABJ). Survei Jentik ini lazimnya dikombinasi dengan
survei PSP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku).
B.
Operasional :
a. Bioassay, dengan menggunakan pengetesan dengan spesimen hidup pada saat
penyemprotan dilakukan.
b. Cakupan, dengan mengukur luas area dan atau jumlah rumah yang diintervensi.
c. Dosis, dengan mengukur luas area atau jumlah rumah dengan dosis atau jumlah
insektisida yang digunakan.
- Perencanaan Pengendalian Vektor
- Analisis data kasus
- Penentuan daerah sasaran intervensi
- Pemilihan metoda PV disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi setempat
- Perencanaan ketersediaan bahan, peralatan, SDM, dan biaya.
- Operasional Pengendalian Vektor
a. Koordinasi dengan daerah sasaran
b. Penyuluhan PV termasuk penggerakan Peran serta masyarakat
c. Pengorganisian intervensi, termasuk
pembagian tugas.
d. Implementasi Praktek kerja Lapangan
Upaya pemberantasan DBD hanya dapat berhasil apabila
seluruh masyarakat berperan secara aktif
dalam PSN DBD. Gerakan PSN DBD merupakan bagian yang paling penting dari keseluruhan upaya pemberantasan
DBD oleh keluarga/masyarakat.
Pengalaman beberapa negara menunjukkan bahwa
pemberantasan jentik melalui kegiatan PSN DBD dapat mengendalikan populasi
nyamuk Aedes aegypti, sehingga
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
Bentuk pelaksanaan kegiatan PSN DBD disesuaikan dengan
situasi dan kondisi masing-masing daerah (local
specific).
Pembinaan peran serta masyarakat dalam PSN DBD antara
lain dapat dikoordinasikan oleh POKJA
DBD Kelurahan/Desa dan POKJANAL DBD Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Propinsi.