a. Pengertian
Tetanus neonatorum merupakan
penyebab kejang yang sering dijumpai pada bayi baru lahir yang bukan karena
trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa
neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau
perawatan yang tidak aseptik.
Tetanus neonatorum adalah penyakit
tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang
disebabkan oleh Clostridium Tetani,
yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.
Kebanyakan tetanus neonatorum
terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun peraji yang belum mengikuti
penataran dari Departemen Kesehatan. Dermatol yang dahulu dipakai sebagai obat
pusar sekarang tidak dibenarkan lagi untuk dipakai karena ternyata pada dermatol
dapat dihinggapi spora clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk ke dalam
tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yaitu tali pusat yang dapat terjadi
pada saat pemotongan tali pusat pada saat bayi lahir maupun pada saat
perawatannya (sebelum terlepasnya tali pusat). Misalnya pemotongan tali pusat
dengan gunting yang tidak steril atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu,
minyak, daun-daunan dan sebagainya. Masa
inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari, apabila masa inkubasi kurang dari
7 hari biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya tinggi.
Faktor resiko untuk terjadinya
tetanus neonatorum, yaitu :
1)
Pemberian
imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak
lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program
2)
Pertolongan
persalinan tidak memenuhi syarat-syarat 3 bersih
3)
Perawatan
tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Kekebalan terhadap tetanus hanya
dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh dari penyakit tidak berarti bayi
selanjutnya kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus dalam jumlah yang cukup
untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk merangsang tubuh
penderita dalam membentuk zat anti body terhadap tetanus. Itulah sebabnya bayi
penderita tetanus harus menerima imunisasi TT pada saat diagnosis dan/atau
setelah sembuh.
TT akan merangsang pembentukan
antibody spesifik yang mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap
tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk
antibody tetanus. Seperti difteri, antibody tetanus termasuk dalam golongan IgG
yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah
janin ke seluruh tubuh, yang akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil
diberikan 2 kali (2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua serta jarak
antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibody tetanus
dalam darah bayi. Interval imunisasi TT dosis pertama dengan dosis kedua
minimal 4 minggu. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua
serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar antibody tetanus dalam
darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi
respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibody tetanus
dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah anti gen yang sangat aman
dan juga aman untuk ibu hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak
didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang
tidak mendapatkan imunisasi.
b.
Penyebab
Penyebab tetanus neonatorum adalah
basil clostridium tetani. Basil ini mempunyai sifat an aerob, berbentuk spora
selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat
menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan menyebabkan tetanospasmin,
yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot.
c.
Gejala klinis
Masa tunas biasanya 3-10 hari,
kadang-kadang sampai beberapa minggu jika infeksinya ringan. Penyakit ini
biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama
pada rahang dan leher,dalam 24 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya
trismus.
Pada tetanus neonatorum perjalanan
penyakit lebih cepat dan berat, anamnesis lebih spesifik yaitu :
1.
Tubuh
bayi tiba-tiba panas
2.
Bayi
yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek (trismus) karena kejang otot
rahang dan tenggorok
3.
Mulut
bayi mencucu seperti mulut ikan (gejala yang khas)
4.
Kejang
terutama apabila terkena rangsangan cahaya, suara dan sentuhan
5.
Kadang-kadang
disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru
6.
Kaku
kuduk sampai opistotonus (kepala mendongak keatas)
7.
Dinding
abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang
8.
Suhu
tubuh bayi meningkat
9.
Dahi
berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka rhisus
sardonikus
10. Ekstermitas biasanya terulur dan kaku
11. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan
kadang-kadang menangis
Tetanus neonatorum harus memiliki
kriteria, yaitu bayi lahir hidup, dapat menangis dan menetek dengan normal
minimal 2 hari, pad bulan pertama kehidupan timbul gejala sulit menetek
disertai kekakuan an/atau kejang otot.
d.
Penanganan
1.
Mengatasi
kejang dengan memberikan suntikan anti kejang.
2.
Menjaga
jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas dan pakaian bayi
dikendorkan/dibuka. Pemasangan spatel lidah atau sendok yang dibungkus kain ke
dalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit dan untuk mencegah agar lidah tidak
jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan.
3.
Mencari
tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau telinga.
4.
Mengobati
penyebab tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotik.
5.
Perawatan
yang adekuat, kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit.
6.
Bayi
ditempatkan di kamar/ruangan yang tenang dengan sedikit sinar, mengingat bayi
sangat peka terhadap suara atau cahaya yang dapat merangsang kejang.
7.
Bila
tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit dengan menggunakan
sendok (kalau bayi tidak menyusu).
8.
Perawatan
tali pusat dengan teknik aseptik dan anti septik.
9.
Rujuk
ke rumah sakit.
e.
Penatalaksanaan
1.
Berikan
cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan Nacl fisiologis (4:1) selama
48-72 jam selanjutnya IVFD hanya untuk memasukkan obat. Jika pasien telah
dirawat lebih dari 24 jam atau pasien sering kejang atau apnea, diberikan
larutan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1.5% dalam perbandingan 4:1 (jika
fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah terlebih dahulu). Bila
setelah 72 jam bayi belum mungkin diberi minum peroral/sonde, mellui infus
diberikan tambahan protein dan kalium.
2.
Diazepam
awal dosis 2,5 mg IV perlahan-lahan selama 2-3 menit, kemudian diberikan dosis
rumat 8-10 mg/kg BB/hari melalui IVFD (diazepam dimasukkan ke dalam cairan
infus dan diganti setiap 6 jam). Bila kejang masih sering timbul, boleh
ditambah diazepam lagi 2,5 mg secara IV perlahan-lahan dan dalam 24 jam
berikutnya boleh diberikan tambahan diazepam 5 mg/kg BB/hari sehingga dosis diazepam
keseluruhannya menjadi 15 mg/kg BB/hari. Setelah keadaan klinis membaik,
diazepam diberikan peroral dan diturunkan secara bertahap. Pada pasien dengan
hiperbilirubinemia berat atau bila makin berat, diazepam diberikan per oral dan
setelah bilirubin turun boleh diberikan secara IV.
3.
ATS
10.000 U/hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM. Perinfus
diberikan 20.000 U sekaligus.
4.
Ampisilin
100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis
IV selama 10 hari. Bila pasien menjadi sepsis, pengobatan seperti pasien sepsis
linnya. Bila pungsi lumbal tidak dapat dilakukan pengobatan seperti yang
diberikan pada pasien meningitis bakterialis.
5.
Tali
pusat dibersihkan/dikompres dengan alkohol 70% atau betadin 10%.
6.
Perhatikan
jalan nafas dan tanda-tanda vital lainnya, bila perlu berikan oksigen.
f.
Pencegahan
1.
Berikan
imunisasi TT pada ibu hamil 3 kali sebelum trimester III secara berturut-turut.
2.
Lakukan
pemotongan dan perawatan tali pusat secara steril.
g.
Komplikasi
1.
Bronkhopneumonia
2.
Asfiksia
akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir/sekret
3.
Sianosis
akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir/sekret
4.
Sepsis
neonatorum
Bagan Penanganan
Tetanus Neonatorum
Penanganan
|
Penilaian
|
Kategori
|
|
|
Tetanus neonatorum sedang
|
Tetanus neonatorum berat
|
|
§ Bersihkan jalan nafas
§ Masukkan sendok/spatel kedalam mulut
§ Beri oksigen
§ Atasi kejang dengan diazepam 0,5 mg/kg IM, apabila
masih kejang ulangi tiap 30 menit, ditambah luminal 30 mg IM sampai kjang
berhenti
§ Infus glukosa 10% sebanyak 80 ml/kg/hari IM
§ Antibiotik 1 kali (penisilin prokain 50.000 U/kg/hari
IM)
§ Bersihkan tali pusat
§ Rujuk ke RS
|
·
Umur bayi
·
Frekuensi kejang
·
Bentuk kejang
·
Posisi badan
·
Kesadaran
·
Tanda-tanda
infeksi
|
ü >7 hari
ü Kadang-kadang
ü Mulut mencucu, kadang-kadang trismus, kejang
rangsang(+)
ü Kadang-kadang opistotonus
ü Masih sadar
ü Tali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotor
|
ü 0-7 hari
ü Sering
ü Mulut mencucu,trismus terus-menerus, kejang rangsang(+)
ü Selalu opistotonus
ü Masih sadar
ü Tali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotor
|
Kasus II :
Ny. R datang ke
rumah bidan N, mengeluhkan anaknya usia 3 hari, badan anaknya panas,
kadang-kadang disertai kejang, tiba-tiba anaknya tidak mau menyusui, mulut
anaknya mencucu, gelisah dan mudah sekali menangis, tali pusat anaknya merah
dan berbau.
S :
·
Ibu
mengatakan usia anaknya 3 hari
·
Ibu
mengatakan badan anaknya panas, kadang-kadang disertai kejang
·
Ibu
mengatakan tiba-tiba anaknya tidak mau menyusui dan mulutnya mencucu
·
Ibu
mengatakan tali pusatnya merah dan berbau
O :
·
Suhu
anak 38º C
·
Mulut
anak mencucu seperti mulut ikan
·
Anak
kelihatan gelisah dan menangis
·
Tali
pusat merah, berbau dan ada pus
A :
·
Anak
usia 3 hari dengan tetanus neonatorum
P :
·
Jaga
jalan nafas bayi
·
Jika
terjadi kejang berikan suntikan anti kejang
·
Kompres
bayi
·
Anjurkan
ibu tetap memberikan ASI sedikit demi sedikit dengan menggunakan sendok
·
Perawatan
tali pusat
·
Rujuk
ke rumah sakit