1. Tujuan
Membebaskan
jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal.
2. Diagnosa
Cara melakukan diagnosis
terhadap adanya gangguan jalan nafas dapat diketahui dengan cara
L = Look
L = Listen yang dilakukan secara simultan, dengan satu
gerak.
F = Feel
L =
melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan adanya retraksi sela iga.
L =
mendengar aliran udara pernafasan.
F =
merasakan adanya aliran udara pernafasan.
3.
Tindakan :
a. Tanpa alat
1) Membuka jalan nafas
Dapat
dilakukan :
§ head-tilt (dorong kepala ke belakang).
§ chin-lift manouver (tindakan mengangkat dagu).
§ jaw-thrust manouver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah).
Cara
melakukan lihat lampiran – 1 halaman 86
Tetapi pada pasien dengan dugaan
cedera leher dan kepala, hanya dilakukan jaw-thrust dengan hati-hati dan
mencegah gerakan leher
§ Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
§ Kegagalan membuka jalan nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain
yaitu adanya sumbatan jalan nafas daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
§ Bila hal itu terjadi dan pasien menjadi tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak tampak mengembang, maka kemungkinan adanya
sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan Heimlich Manouver (perasat
Heimlich).
2) Membersihkan jalan nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan
bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan
hembusan nafas hilang.
Cara
melakukannya
§ Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian
buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu kebawah. Bila otot rahang lemas
(emaresi manouvre).
§ Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa untuk membersihkan mengorek/mengait semua benda
asing dalam rongga mulut.
3) Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat
digunakan tehnik manual thrust
·
Abdominal thrust.
·
Chest thrust.
·
Back blow.
b. Dengan menggunakan alat :
Cara
ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna.
1) Pemasangan pipa (tube)
§ Dipasang jalan nafas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Bila dengan
pemasangan jalan nafas tersebut pernafasan belum juga baik, dilakukan
pemasangan pipa endotrachea
§ Pemasangan pipa endotrachea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka,
menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan.
2) Pengisapan benda cair (suctioning)
Bila
terdapat sumbatan jalan nafas karena benda cair, maka dilakukan pengisapan
(suctioning).
- Pengisapan digunakan dengan alat bantu pengisap (pengisap manual portable,
pengisap dengan sumber listrik).
3) Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas
Bila
pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang
tak mungkin dilakukan dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantu berupa :
- laringoskop
- alat pengisap (suction)
- alat penjepit (forcep)
4) Mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka
Penggunaan pipa orofaring : yang digunakan untuk
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak
jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama untuk pasien-pasien
tidak sadar.
5) Membuka jalan nafas dengan krikotirotom
Dapat dilakukan 2 jenis krikotirotomi
- Krikotirotomi dengan jarum.
- Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan pisau).
Cara
ini dipilih bila pada kasus pemasangan pipa endotracheal tidak mungkin
dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis
yang terlatih dan terampil dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau.