Masalah
yang timbul pada penerbangan jarak jauh adalah gangguan psikofisiologik yang
dikenal JET LAG, yang merupakan pertanda bahwa irama sirkadian memerlukan
sinkronisasi siklus malam dan siang di tempat yang baru. Gejala yang paling
menonjol adalah kelelahan fisik dan mental, dehidrasi, penurunan energi, performance dan motivasi serta gangguan
pola tidur. Beberapa faktor yang dapat memperberat Jet Lag diantaranya adalah
kondisi kesehatan (sedang sakit), stress mental dan fisik, jumlah zona waktu
yang dilewati atau lama penerbangan, keadaan kabin penumpang (pengap, tekanan
yang berubah-ubah, udara yang terlalu kering, minuman yang mengandung alkohol,
terlalu lama duduk selama penerbangan).
Upaya yang dapat meringankan Jet Lag antara lain:
Diet anti Jet Lag
Rumusan jadwal makan 4 hari menjelang
keberangkatan:
1. Hari
I: Makan
pagi dan siang tinggi protein (telur, steak, buncis)
Makan
malam tinggi karbohidrat (kentang, spageti, dll)
2. Hari
II: Puasa
dalam arti makan ringan (salad, sop ringan, juice)
3. Hari
III: Menu
makanan seperti hari I
4. Hari
keberangkatan dengan susunan makanan seperti hari ke II
Sesampai
ditempat tujuan makan pagi, siang dan malam seperti biasa dengan jadwal waktu
makan sesuai dengan waktu setempat pengaturan tugas terbang, ditetapkan
rumusan status awak pesawat dengan jumlah jam terbang dan waktu istirahat.
Waktu istirahat,
sebagai berikut:
1. istirahat
12 jam, jika penerbangan lebih dari 11 jam
2. istirahat
14 jam, jika penerbangan lebih dari 12 jam
3. istirahat
14 jam, jika melintasi 4 zona waktu atau lebih
4. istirahat
32 - 96 jam setelah melintasi 4 zona waktu atau lebih dan kembali ke tempat
asal
Beberapa
kiat untuk mengurangi kemungkinan terkena Jet Lag:
1.
Sebelum melakukan perialanan
Pastikan
berangkat dalam keadaan rileks, bebas dari beban fisik, dan psikis dan tidak
dalam keadaan sakit. Persiapkan segala keperluan jauh-jauh hari. Usahakan
meminimalkan transit, tidur lebih awal, agar tetap ketika berangkat.
2.
Selama dalam Derialanan
Begitu
naik pesawat, ubah waktu jam tangan anda sesuai dengan
waktu negara tujuan, perbanyak minum air putih dan sari buah, tidur selama
perjalanan dilakukan hanya waktu di tempat tujuan menyatakan demikian (malam),
lakukan gerakan peregangan dan relaksasi otot-otot tubuh baik di tempat duduk
maupun pada saat transit, lakukan sesekali jalan-jalan didalam kabin, hindari
minum kopi, alkohol & orange.
3.
Ditempat tuiuan
Yang
paling penting pertama kali anda lakukan adalah melakukan aktifitas seperti
yang biasa. dilakukan di rumah dengan menyesuaikan jam di tempat yang baru, termasuk
waktu makan dan tidur.
DEEF VEIN TROMBOSIS
Trombosis
Vena yang terjadi pada posisi duduk yang lama makin meningkat dan dikenal
sebagai Economy Class Syndrome.
Gejala
Timbul
dalam 24 jam pertama setelah take off,
biasanya nyeri/sakit, nyeri tekan ataupun pembengkakan didaerah betis. Dapat
pula asimptomtik, sehingga yang dirasakan nyeri dada, sesak nafas dan gejala
atrial fibrilasi yang merupakan akibat dari emboli paru, ini dapat timbul
beberapa hari/minggu sampai terjadi tromboemboli di paru.
Diagnosis
pasti
Trombosis dl tungkai dengan Color Duplex
Doppler Scan, Venografi Ascending Diagnosis Emboli, Paru ditegakkan dengan
kombinasi gejala klinis dan Scanning paru, angiografi paru ataupun CT
Angiografi paru.
Faktor
Resiko
untuk
terjadinya trombosis dalam penerbangan dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Faktor yang berhubungan dengan
kabin pesawat:
a.
Immobilisasi
b. Coach Position
c.
Tekanan udara yang rendah
d.
Hipoksia relative
e.
Kelembaban udara yang rendah
f. Dehidrasi
2.
Faktor yang berhubungan dengan
pasien:
a.
Kelebihan berat badan
b.
Penyakit Jantung Kronik
c.
Pengobatan dengan Hormon
d.
Penyakit-penyakit Kronik
e.
Keganasan
f.
DVT sebelumnya
g.
Pasca operasi/luka
h.
Lesi di dinding vena poplitea
i.
Merokok
Pencegahan
Petugas
menyarankan untuk menggerakan-gerakan jari, kaki, tungkai bawah secara
bergantian, bilamana dalam posisi duduk yang lama atau sesekali berdiri dan
jalan-jalan bila mungkin, untuk itu disarankan:
1.
Orang-orang yang mempunyai faktor
risiko serius dan berumur lebih dari 40 tahun agar berkonsultasi dengan dokter sebelum
bepergian.
2.
Penumpang dengan tendensi oedem
di tungkai atau mempunyai faktor risiko serius, sebaiknya memakai kompresi
stocking.
3.
Melaksanakan gerakan-gerakan kaki
ditempat, bila memungkinkan sekali-sekali berdiri dan berjalan-jalan, terutama
ada penerbangan jarak jauh.
4.
Cukup minum dan makan snack serta
hindari minuman alcohol dalam usaha untuk menghindari dehidrasi.
Pengobatan
Dengan
anti koagulasi, Vena cavalfilter, fibriolitik dan tromboektomi dan dapat ditambah antiplatelet.
EVAKUASI MEDIS UDARA
Karena
perbedaan lingkungan udara dengan darat maka perlu diperhatikan lingkungan
fisik dan fisiologis yang berpengaruh kepada pasien sehingga pada pelaksanaan
evakuasi pasien dapat selamat dan aman sampai rumah sakit tujuan. Perbedaan
yang terjadi meliputi: penurunan tekanan barometer sekitar pasien dengan segala
akibatnya, pengaruh percepatan dan pengaruh terhadap keseimbangan tubuh yang
mempermudah terjadinya motion sickness.
Tahap Persiapan
Sebelum
melaksanakan evakuasi pasien melalui udara perlu diperhatikan:
a.
Pasien dapat duduk atau harus
berbaring.
b.
Jika berbaring lebih baik posisi
kepala kearah ekor pesawat, dengan kepala dan dada agak ditinggikan.
c.
Apakah dengan adanya penurunan
tekanan barometer memperparah kondisi pasien atau terjadi efek “disbarism".
d.
Apakah pasien memerlukan 02
selama perjalanan.
e.
Apakah pasien memerlukan infus,
bila perlu harus menggunakan infus pump karena gaya gravitasi di kabin pesawat
kurang mampu meneteskan cairan infus.
f.
Pencatatan medis dari rumah sakit
asal harus dibawa dan pengobatan dari rumah sakit asal perlu dilanjutkan
g.
Perhatikan alat kesehatan yang
akan dibawa, sudahkah voltase disesuaikan dengan listrik dipesawat. Jika pasien
menggunakan alat kesehatan yang mengandung gas seperti pneumatik splain dan
sebagainya ini berbahaya bila ada perubahan tekanan barometer.
h.
Sebelum dilakukan evakuasi medis
udara pasien harus stabilisasi dahulu sehingga kondisi pasien stabil selama di
pesawat
i.
Jika mungkin letakkan pasien pada
central gravity pesawat sehingga
tidak terlalu terpengaruh oleh gerakan pesawat.
Perubahan
Tekanan Barometer
a.
Melakukan maneuver valsava untuk
mencegah telinga tidak nyeri.
b.
Pasien jangan tidur waktu descent
karena saat tidur tidak merasakan perubahan tekanan sehingga tidak melakukan gerakan menelan atau menggerakkan
rahang agar telinga pasien tidak sakit.
c.
Bagi pasien ISPA perlu
vasokontriktor lokal dan terapi antihistamin atau dekongestan. Pemberian nasal drops atau spray 15--30 menit sebelum de!icent.
d.
Pengembangan udara diperut akibat
disbarism dapat ditolerir oleh tubuh manusia, dianjurkan jika ingin flatus
jangan ditahan, selain itu sebelum terbang gunakan diet yang tidak mengandung
gas. Pada wanita hamil trimester akhir pengembangan gas diperut menyebabkan
rasa tidak enak diperut.
e.
Pada pasien trauma setelah
operasi atau tindakan invasif diagnostik hati-hati karena mungkin ada sisa gas
terperangkap dan ini dapat menjadi bencana atau kematian.
f.
Bayi sebaiknya disusui sehingga
tuba eustachii menjadi terbuka karena gerakan menelan.
Hipoksia
Pada
pasien yang pertama kali merasakan terbang dengan pesawat akan mengalami
kecemasan sehingga pasien mengalami hipoksia ringan, tidak nyaman, dan tidak
menyenangkan.
Pertimbangan
Evakuasi Medis Udara
a. Resiko
penerbangan
b. Apakah
sudah stabil untuk dilakukan evakuasi medis udara
c. Untungkah
dilihat dari segi biaya, fiskal, medis dan transportasi
d. Apakah
memang atas indikasi medis atau hanya dorongan keluarga