Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan
bidan yang diakui
dinegaranya, telah lulus dengan baik dari pendidikan tersebut
serta memenuhi persyaratan
untuk didaftar (register) dan/atau memiliki izin sah
(lesensi) untuk melakukan praktik bidan.
Bidan dikenal sebagai tenaga professional dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat,
yang diperlukan selama masa hamil, masa persalinan dan nifas, membantu dalam
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir dan anak bayi.
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, peningkatan pada
persalinan normal, pengenalan dari komplikasi pada ibu anak, pengkajian
perlunya tindakan medis atau bantuan lain serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan penyuluhan
kesehatan, tidak saja kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup penyuluhan pada anternatal, persiapan untuk
menjadi orang tua dan dapat diperluas kepada kesehatan perempuan, kesehatan
seksual atau reproduksi dan anak. Bidan dapat praktik diberbagai setting
pelayanan kesehatan termasuk di rumah, komunitas, rumah sakit, klinik atau unit
kesehatan.
Cara
– cara Persalinan lama
v Wanita yang akan bersalin disuruh
berjongkok seperti hendak buang air besar (BAB)
v Wanita yang bersalin duduk ditengah
lapangan kemudian ditakut-takuti (terkejut kemudian melahirkan)
v Wanita yang bersalin disuruh berdiri
(dengan dukun memegang dan memeras pinggang wanita kemudian anak lahir)
v Wanita yang akan bersalin diasingkan dari
masyarakat bersama dengan dukun.
v Wanita yang akan bersalin ditarik, dengan
tali ke atas pohon kemudian ditarik oleh beberapa penolong.
v Persalinan dianggap aktivitas dari bayi
(dinyanyikan lagu agar anak keluar untuk menyaksikannya )
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Bidan Di Indonesia
Perkembangan pendidikan dan pelayanan
Kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, era
kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga
kesehatan, kebutuhan masyrakat serta kemajuan ilmu teknologi.
Perkembangan
Pelayanan Kebidanan
Pada
zaman pmerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi.
Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (Zaman Gubernur
Jendral Hendrik William Deandels ) para dukun dilatih dalam pertolongan
persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatihan
kebidanan.
Pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang-orang
Belanda yang ada di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah
Sakit Belanda Sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan dibukanya
pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka Pendidikan bidan bagi wnita
pribumi di Batavia
oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch) lulusan ini kemudian bekerja
di Rumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan
bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan
bidan secara pormal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan.
Khususnya untuk dukun masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberi kursus
adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan
kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dimasyarakat dilakukan melalui kursus
tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun
1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di
nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan
Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada
masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal
dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan
diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi
melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi
suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang di namakan Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. puskesmas memberikan pelayanan di dalam
gedung dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar gedung maupun di dalam
gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan
dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan di posyandu
mencakup empat kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga
berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan
diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang
Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya medidikan bidan untuk penempatan didesa.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksanaan kesehatan KIA.
Khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta
pelayanan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam kaitan
tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan
keluarga berencana yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas pokoknya bidan di
desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya,
mengadakan pembinaan pada posyandu di wilayah kerjanya serta mengemgangkan
pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut diatas adalah yang diberikan oleh
bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat
beda halnya dengan bidan yang bekerja dirumah sakit, dimana pelayanan yang
diberikan berorientasi dengan individu. Bidan di rumah sakit memberikan
pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik
keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar
operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari
Konferensi Kepandudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada
reproductive (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan.
Area tersebut meliputi :
1.
Safe Motherhood. Termasuk bayi
baru lahir dan perawatan abortus.
2.
Family Planning
3.
Penyakit menular seksual
termasuk infeksi saluran alat reproduksi.
4.
Kesehatan reproduksi remaja.
5.
Kesehatan reproduksi orang tua.
Bidan
dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes
tersebut dimulai dari :
a. Permenkes No. 5380/IX/1963,
wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri,
didampingi petugas lain.
b. Permenkes No. 363/IX/1980, yang
kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua
yaitu Permenkes khusus. Dalam wewenag khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan
tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam
melaksanakan tugasnya tidak tanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan
yang dilakukannya. Pelaksanaan
dari Pemenkes ini, bidan dalam melaksanakan prakteknya perorangan dibawah
pengawasan dokter.
c.
Permenkes
No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan.
Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan
tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenagn tersebut mancakup :
a.
pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan ibu dan anak.
b.
Pelayanan keluarga berencana.
c.
Pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam
melaksanakan tugasnya , bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk
sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Selanjutnya
diuraikan kewenangan bidan yang terkait denganibu dan anak, lebih terinci
misalnya : kuretasi digital untuk sisa jaringan konsepsi, vakum ekstraksi
dengan kepala bayi di dasar panggul, resusitasi pada bayi yang baru lahir
dengan asfiksia dan hipotermi dan sebagainya. Pelayanan kebidanan dalam bidang
keluarga berencana, bidan diberikan wewenang antara lain : memberiakan alat
kontrasepsi melalui oral, suntikan, AKDR, AKDK (memasang maupun mencabut)
kondom dan tablet serta tissue vagina.
Dalam
keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditunjukkan
untuk menyelamatkan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan
dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan,
pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu bidan diwajibkan merujuk kasus yang
tidak dapat ditangani, memberikan informasi serta melakukan rekam medis dengan
baik. Untuk memberikan pertunjukan pelaksanaan yang lebih rinci mengenai
kewenangan bidan yang dituangkan dalam Lampiran Keputusan Dirjend Binkesmas No.
1506/Tahun 1997.
Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan
Permenkes 527/1996 tidaklah mudah, karena wewenang yang diberikan oleh
Depertemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai
tenaga professional dan mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut dapat diawali
dari institusi pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti bidan dan
melalui institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai
denga kebutuhan.
Perkembangan pelayanan kebidanan memerlukan
kualitas bidan yang memadai atau handal dan diperlukan monitoring / pemantauan
pelayanan oleh karena itu adanya konsil kebidanan sangat diperlukan serta
adanya pendidikan bidan yang berorientasi dan akademik serta memiliki kemampuan
melakuakan penelitian adalah suatu trobosan dan syarat utama untuk percepatan
peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
C. Perkembangan Pendidikan
Kebidanan di Indonesia
Pendidikan bidan
dimulai pada masa penjajahan hindia Belanda. Yang dimaksud dalam pendidikan ini
adalah pendidikan formal dan non formal.
·
Pendidikan bidan pertama kali
dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch).
pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena
kurangnya peserta pendidik dan batasan bagi wanita untuk keluar rumah.
·
Pada tahun 1902 pendidikan bidan
dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit Batavia dan oada tahun 1904
dibuka pendidikan bidan bagi wanita Indonesia di Makasar.
·
Pada tahun 1911 – 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara
terancana di Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun
ditambah pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada tahun
1914 khusus bagi peserta didik wanita.
·
Pada tahun 1935 – 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat
SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota
besar. Jakarta di RSB Budi Kemulyaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di
Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan
pendidikan dasar Mulyo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan
kelas satu (vroedvrouw eerste klas) dan bidan lilisan dari perawat disebut
bidan kelas dua (vroedvrouw tweede) mantri.
·
Pada tahun 1950-1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta
lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan
pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.
·
Tahun 1954 dibuka pendidikan
guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini
dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SPG).
·
Tahun 1970 di buka program
pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah 2 tahun
pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat
banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan tutup dan dibuka SPK dengan tujuan
ada tenaga multi purpose dilapangan yang dapat menolong persalinan. Tetapi hal
ini tidak berhasil.
·
Pada
tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun.
·
Pada
tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 kesehatan ibu dan anak, latar belakang
pendidikan SPK. Tetapi hanya berlangsung
1 tahun.
·
Pada
tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan A (PPB-A) yang memperbolehkan
lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana lama pendidikan
1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak.
·
Pada
tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari
AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan
tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Ternyata berdasarkan
penelitian dari lulusan ini tidak menunjukan kompetensi dan berlangsung selama
2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
·
Pada
tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB-C) yang menerima lulusan dari
SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi : Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Nusatenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
·
Pada
tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan jarak jauh
(distance leaming) di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
berdasarkan SK Menkes No. 1247/Menkes/ SK/XII/1994 dengan tujuan untuk
memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.
·
Pada
tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap 1 (1995-1996), DJJ tahap
2 (1996-1997) dan DJJ 3 (1997-1998) dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan
diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
·
Pada
tahun 1994 dilaksanakan penelitian pelaksanan kegawat daruratan maternal dan
neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi /kabupaten.
·
Pada
tahun 1996 IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College
of Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta
mengadakan Training of Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih
bidan praktek swasta secara swadaya, juga guru/ dosen dari D3 kebidanan.
·
Pada
tahun 1995-1998 diadakan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit,
bidan puskesmas dan bidan di desa di propinsi Kalimantan Selatan dimana IBI
berkerja sama langsung dengan Mother Care.
·
Tahun 1996 dibuka pendidikan D3
kebidanan di 6 propinsi yang menerima calon peserta didik dari SMA
·
Tahun 2000 dibuka DIV bidan
pendidik di UGM kemudian bulan Febuari UNPAD,USU Medan, STIKES Ngudi Waluyo
Semarang, STIKIM Jakarta dan tahun 2005 Poltekes Bandung. Pendidikan ini
berlangsung lamanya 2 semester ( 1tahun)
·
Pada
tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Hearth (MNH) yang sampai saat ini telah
melatih APN dibeberapa propinsi/kabupaten.
·
Bulan
September 2005 dibuka DIV kebidanan Reguler di UNPAD Bandung, menerima dari SMU
dg lama pendidikan 8 semester.
·
Selain
itu bulan April 2006 dibuka S2 kebidanan di UNPAD, menerima dari DIV kebidanan
dgn lama pendidikan min 4- 10 semester.
D. Perkembangan Pelayanan dan
Pendidikan Kebidanan Internasional.
1.
Zaman Kuno ( Sebelum Masehi)
Catatan paling awal keberadaan manusia
berisi tentang fakta adanya pembantu kelahiran. Pembantunya berasal dari
keluarga atau di luar keluarga yang mempunyai pengalaman dalam kelahiran. Hal
ini lah yang memungkinkan pertama kalinya mempelopori adanya bidan. Mereka
tidak menetapkan bayaran tetapi mendapatkan hadiah. Menurut adat istiadatnya
atau kebudayaan wanita yang boleh menolong persalinan adalah wanita yang sudah
melahirkan, tidak boleh laki-laki hadir adanya acara ritual tertentu sebelum,
selama, sesudah persalinan.
Pada zaman ini praktek-praktek
kebidanan yang tradisional mungkin bisa menolong meskipun tidak sesuai dengan
dasar-dasar ilmiasi.
·
Bangsa Mesir
Setelah kebidanan pertama kali dikenal
didirikan di Mesir dimana kebidanan itu adalah suatu hal yang paling mulia, dan
diberikan oleh dewa. Bidan- bidannya terlatih dengan baik dan memiliki
pengetahuan anatomi fisiologi, memiliki aturan-aturan dalam memimpin persalinan
dan merawat bayi lahir.
Mereka
mempunyai undang-undang dalam mengontrol praktek mereka dan harus memanggil
asisten dari tabib konsultan bila ada masalah selama persalinan. Biadan juga telah melakian sirkumsisi pada bayi.
·
Bangsa Yahudi
Pertolongan persalinan pada bangsa
Yahudi banyak mencontoh pada bangsa Mesir, hal ini dibuktikan pada pengobatan
dan pendidikan kebidanan yang didapatkan dari bangsa Mesir. Hygiene merupakan hal yang paling utama
dalam menolong persalinan, termasuk di dalamnya merangsang persalinan dengan
bantuan mantra-mantra. Perawatan neonatus bangsa Yahudi meliputi memotong tali
pusat, memandikan bayi, menggosok badan bayi dengan garam dam membungkusnya
dengan bedongan. Bidan – bidan di Yahudi telah
mendapatkan bayaran atas jasanya.
·
Bangsa Yunani
Bangsa Yunani telah ada bidan yang
dapat menolong persalinan, mereka harus telah mempunyai anak sendiri mereka
diasanya dibayar atas pelayanan yang telah diberikan dan undang-undang yang
keras mengontrol praktek mereka.
Hipocrates sebagai bapak pengobatan
pada zaman telah merubah pandangan-pandangan selama dalam kebidanan, kasus
pertama yang ditemukan olehnya adalah kematian akibat demam purperalis. Aristoteles
mengajarkan pengeruh-pengaruh praktek kebidanan selama hampir 2000 tahun.
·
Bangsa Roma
Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal
dari negeri Yunani melalui Mesir, ada 2 jenis bidan di Roma yaitu :
1.
Bidan yang ahli dibidangnya :
mereka dihargai sebagai pemimpin tim dari ahli obstetric, yang biasanya mereka
melakukan praktek sendiri.
2.
Bidan yang bersetatus rendah :
bidan ini sederajat dengan pembantu persalinan tradisional.
2.
Zaman Pertengahan ( 1 – 1500 Masehi )
Pada zaman ini kemajuan perkembangan
kebidanan seiring dengan penyebaran agama Kristen, pengetahuan obstentrik
membuat beberapa penemuan 2 kebutuhan akan bidan untuk dididik telah diakui.
Kebidanan masih dipraktekkan secara utuh oleh wanita biasa.
·
Roma
Pada masa ini ada 2 orang bangsa Roma
dalam kebidanan yaitu :
a.
Soranus
Ia merupakan spesialis obgyin pertama
kali dia menulis buku kebidanan untuk pertama kalinya dan dia juga yang
menggambarkan kualitas atau syarat seorang bidan yang professional. Beliau yang
pertama kali yang menguraikan tentang Versi Podalic.
b.
Galen
Beliau juga menulis tentang beberapa
obstetric Gynekologi. Galen menguraikan bagaimana bidan mengukur pembukaan
servik dengan menggunakan jari mereka dan penggunaan kunci untuk melahirkan
selama zaman ini seorang bidan bernama Cleopatra menulis karangan tentang
kebidanan. Bidan lainya seperti Aspasia dikenal baik oleh karena dia memiliki
banyak keterampilan dalam kelahiran bayi diantaranya adalah Versi Podalic,
manageman distocia, dan kontrasepsi.
·
Salerno
Seorang dokter perempuan bernama Trotula yang berasal dari Sekolah
Kedokteran terkenal di negeri ini, menulis sebuah karangan Gynekologi dan
Kebidanan dimana ia menjelaskan penanganan emergensi bagi bidan dalam
penatalaksanaan Retensio Plasenta, Perawatan Nifas, Pemeriksaan Bayi Baru
Lahir.
Ia juga
menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki kepercayaan dan pendekatan etis
dalam pekerjaannya. Trotula juga
orang yang pertama kali berusaha memperbaiki Laserasi Perineum derajat tiga.
·
Kerajaan Byzantine
Ini meliputi sebagian besar
Negara-negara di Eropa Timur dengan ibu kotanya konstantinopel selama abad 12 rumah sakit kebidanan pertama kali
ditemukan di sini Paulus of Aegina
merupakan bidan yang pertama kali di zaman ini.
·
Arabia
Kedua dokter Arab, Rhazes dan
Avicenna menjelaskan procedur kebidanan tentang penggunaan instrument untuk
persalinan, nampaknya disinilah pertama kalinya digunakan instrument obstetric.
Karena kepercayaan agama menyatakan kebidanan sebagian besar secara keseluruhan
berada ditangan wanita.
3.
Zaman Kebangkitan (1500-1700 Masehi)
Pada
abad ke 12 sedikit kemajuan telah dibuat dalam hal kebidanan sampai abad ke 16.
pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi telah maju dengan pesat melalui jasa
beberapa orang seperti Leonarl de Vinci,
Gabriello Fallopio of Italy
dan Andreas Vesallius of Belgium.
·
Prancis
Ambroise Pare adalah seorang
ahli bedah yang memeberikan konstribusi dalam bidang kebidanan dan Gynekologi,
dia yang memperkenalkan kembali tentang Versi Podalic dan juga Perintis Sekolah
Kebidanan pertama di Prancis. Francois Mauriceau, dialah orang yang pertama
kali menguraikan kehamilan tuba, presentasi muka dan menjelaskan tentang
induksi pembedahan.
Beliau memberikan deskripsi
yang jelas tentang mekanisme persalinan dan beliau pun terkenal oleh karena
persalinan wanita di temapat tidur sementara dengan berupa bangku yang tidak
bersandar untuk melahirkan. Louyse Bourgeois, beliau yang pertama laki
mempublikkasikan buku obstetric. Marie Louise Duge, beliau bidan yang pertama
kali meneliti tentang kelahiran bayi melalui penyimpangan catatan dan data
statistic dari 40.000 wanita yang dia hadiri kelahirannya.
·
Inggris
William Harvey : Yang menguraikan sirkulasi darah pada tahun
1616, dikenal sebagai bapak kebidanan di Inggris beliau mencatat perkembangan
embrio dan fetus dari seluruh tahap.
William Chamberlen : penemu
forceps obstetric.
William Smellie : Beliau seorang dokter yang memperdalami ilmu
pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran pinggul,
perbedaan pinggul sempit dan pinggul biasa.
William Hunter, murid William
smellie yang melanjutkan usaha William
Smellie.
Tahun 1864 sekolah wanita
kebidanan dibuka di London,
Florance Nightisale sebagai pelopor pelatih bidan. Tahun 1862 ia membentuk
pelatihan kebidanan bekerja sama dengan king,s collage hospital.
Tahun 1869 para ahli kebidanan
di London
menemukan laporan yang menyebabkan kematian bayi, salah satu pemecahannya
adalah dengan mengadakan panitia ujian, jadi para bidan di test dan digelari
diploma. Panitia ujian bidan telah dibentuk dan pertama kali diadakan tahun
1872 dengan 6 calon pendaftaran ujian dan pelatihan ini secara sukarela dan
diploma tidak diakui pemerintah.
Syarat ujian untuk London
Obstetrical adalah :
ü Surat kelakuan baik
ü Usia antara 20 – 30 tahun
ü Terbukti pernah mendapatkan minimal 25 kasus dibawah bimbingan
pegawai dengan nilai memuaskan.
ü Mempunyai bukti bimbingan dan dibenarkan
dosen. Mengikuti ujian tulis
dan lisan.
Tahun
1881 Midwine Unstitut didirikan dengan tujuan agar bidan dapat diakui
pemerintah ini diajukan pada siding parlemen tahun 1890 namun tidak berhasi.
Mr. Heyeood Johnstone mengenalkannya kembali pada tahun 1908, dan kemudian 31
juli 1902 kerajaan mengakuinya. 1949 diadakan perekrutan bidan dan membuat rekomendasi bidan serta guru
bidan.
Dari
sejarah terjadinya medikalisasi wanita di Inggris menuntut haknya dalam natural
child birth, untuk itu bidan bangkit. Dalam praktek pelayanan kebidanan lebih
berorientasi pada wanita, otonomi bidan mandiri. Dalam perkembangan kebidanan
(natural child birth muncul istilah hydro Therapy, Water Bath, aroma therapy,
usic therapy, refleksi, Acupuntur)
Pendidikan kebidanan :
Ø Direct Entry, SMU + 3 Tahun pendidikan bidan
Ø Nurse + 18 bulan pendidikan bidan
Mayoritas
bidan lulusan diploma dan advance diploma. Setelah tahun 1995 Universitas
Bachelor membuka pendidikan bidan dari SMU + 3 tahun sampai 4 tahun hingga ada
pendidikan S2.
Untuk
akreditasi 5 kali study perhari dalam 3 tahun dan mendapatkan sertifikat,
critical analisis, Reflektion, Evluation, Find Evidence.
Laporan
projek 2000 telah menyetukan bahwa pendidikan program bidan selama tiga bulan.
Program dasar kebidanan baik diploma maupun yang seikat dengannya, banyak bidan
yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya sampai mendapat gelar master dan
PHD.
·
Jerman
Justine Slegemudin (1645) adalah
bidan pertama di jerman. Dia adalah bidan di kota
Ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan di kerajaan Prussia, dia bekerja sebagai ilmuan
dan mempunyai dokumen lengkap. Tahun 1690 menerbitkan buku pegangan.
Kemandirian bidan masih rendah,
persalinan banyak ditolong dan dilakukan di RS. Bidan bekerja sebagai perawat
obstetric, ahli obstetry melakukan segalanya. Setelah melihat Negara Eropa
pendidikan bidan direct entry mulai berkembang.
·
Swiss
Operasi SC pertama kali berhasil pada wanita hidup pada tahun 1500, ketika
dokter hewan Swiss Jacob Nuter melakukan operasi untuk melahirkan anak mereka
istrinya dapat bertahan hidup sampai usia 77 tahun.
·
Belanda
Hendrick Van Roonhuyze (1622)
yang mempremosikan secsio secarea dan Hendrick Van Deventer (1651-1724) yang
menggambarkan banyak kelainan panggul keduanya memberikan kontribusi yang
sangat penting pada pelayanan kebidanan dan telah mempublikasikannya di
Belanda. Mereka juga mendirikan organisasi profesi.
Persalianan di Netherland tahun
1988, 80 % ditolong bidan di rumah dan 20 % di RS. Di Netherland bidan praktek
mandiri melakukan pelayanan kebidanan di komunitas sehingga kondisi kesehatan
ibu baik. Dengan pendidikan bidan selama 3 tahun (direct Entry) dan 4 tahun.
·
Amerika Serikat
Dulu di AS persalinan ditolong
oleh dukun, setelah mendengar perkembangan di Inggris serta mendengar pekerjaan
William Smellie dan William Hunter beberapa orang di AS terpengaruh untuk
memperdalami kebidanan.
4.
Sebelum Abad ke 20 (1700-1900)
Dua abad sebelum abad ke 20
telah menghasilkan banyak penemuan besar yang sangat berpengaruh terhadap
praktek kebidanan yang membawa banyak orang-orang kedokteran ke dalam
kebidanan.
a.
William Smelle of Scotland (1697
– 1763) adalah salah satu ahli obstetric yang berpengaruh pada abad 18
ditemukan forseps sesui dengan ukuran panggul.
b. Ignaz Philip S, dari Hugaria
menemukan penyebab sepsis puerperalis.
c.
Josep Lister dari Inggris 1827
– 1912, dia disebut bapak anti sepsis
d.
Louis Pastur 1822 – 1895,
pelopor mikrobiologi pelopor
e.
William James Morton dari Amerika
1846 – 1920 anestesi
f.
James Young Simpson dari
Seotlandia 1811 – 1870, mengenalkan anestesi umum dalam kebidanan.
g.
Dr. James Lioyld (1728 – 1810)
h.
Dr. William Shippen (1736 –
1808), beliau seorang tokoh di AS yang mengembangkan kebidanan, beliau
mendirikan kursus kebidanan di Philadelphia
gazette, sehingga masih banyak menaruh minat pria maupun wanita.
i.
Dr. Samuel Bard (1742-1821),
beliau menulis buku kebidanan yang isinya moderen, yaitu ; cara mengukur
congurata diagonalis, kelainan-kelainan panggul, dan melarang pemeriksaan dalam
apabila tidak ada indikasi, menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk
mencegah terjadinya Invertio Uteri, mengajarkan letak muka dapat lahir spontan.
Melarang pemakaian cunam yang
berulang-ulang karena akan banyak menimbulkan kerugian.
j.
Dr.
Walter Channing (1786-1876), beliau diangkat sebagai professor kebidanan di
sekolah kedokteran Harvard.
Pelopor-pelopor yang Berjasa dalam
Perkembangan Kebidanan
Sejarah menunjukan bahwa kebidanan
merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradapan umat
manusia, ini terlihat banyaknya pelopor-pelopor yang berjasa dalam perkembangan
kebidanan, antara lain :
a.
Hipocrates (460-370 Sebelum Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak
pengonatan.
b.
Soreanus (98-138 Sesudah Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak
kebidanan, ia juga menulis buku yang berjudul Katekimus bagi bidan-bidan Roma.
c.
Guru-guru besar dari Italia
Adalah Vesalius dan Febricus,
Eustachius yang menemukan tuba Eustachius, Fallopius yang menemukan tuba
fallopius, Arantius yang menemukan ductus Arentil, William Harvey (1578-1657)
ia menyelidiki tentang fisiologi plasenta serta selaputnya.
d.
Perkembangan Di Prancis
Ambroise Pare (1510-1590)
beliau telah membawa kemajuan kebidanan di Prancis ini terbukti dengan
penemuannya tentang Versi Podali.
e.
Australia
Flocence Nightingale adalah
pelopor kebidanan dan keperawatan yang mulai dengan tradisi dan
latihan-latiahan pada abad 19 pendidikan bidan pertama kali.
f.
Moscow (Rusia)
Di Moscow sangat sulit
dibedakan antara obstetric dengan bidan/midwife. Ini terlihat dari konsep bidan
yang sangat independent yaitu tidak tergantung pada asuhan prenatal, internatal
dan post natal. Sehingga pelayanan kebidanan dinegara ini tidak memuaskan.
g.
Bangladesh
Di
India bidan dikategorikan dari pengalamanya ;
v Penolong persalinan kelas atas (5-10 persalinan/tahun)
v Penolong persalinan pendidikannya tidak
tinggi tetapi banyak pengalamannya 10-20 persalinan/ bulan.
v Penolang persalian professional
Pendidikan di Bangladesh
dimulai 3 tahun perawat + 1 tahun bidan, dan 4 tahun bidan dari SMP.
Adapun
tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang dianut di Bangladesh :
Tahap
1 : Fungsi manusia sehat dan social
budaya.
Tahap
2 : Pencegahan penyakit dan kesehatan
keluarga
Tahap 3 : Rehabilitasi
Tahap 4 : Ilmu Kebidanan
h.
Jordania
Pada tahun 1950 berdasarkan
prinsip medical persalinan ditolong oleh dokter
v 78 % persalinan MOH center
v 50 % private Gp (jarang didampingi bidan )
Bidan Jordania sebanyak 460
bidan ;
v 183 kerja di MOH sebagai asisten dokter
v 109 private sector tidak menolong persalinan
v 166 Medical Institute Hospital
Pendidikan biadan Jordania
selama 27 bulan dasarnya diploma yaitu 1 keperawatan dan tahun II kebidanan,
kondisi masyarakat IGNORE terhadap
kemampuan seluruhnya.
i.
Malaysia
Pendidikan
bidan di Malaysia SMP + Juru rawat (1 tahun bidan). Program kebidanan di desa
di Malaysia berorientasi pada skill dan mutu pelayanan, seningga dengan adanya
bidan di Malaysia dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
j.
Jepang
Pendidikan bidan 3 tahun perawat
usia saat masuk minimal 20 tahun + minimal 6 bulan – 1 tahun di Universitas 8 –
12 SKS: 15 jam teori, 30 jam lab dan 45 jam praktek bertujuan untuk perawatan
ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan, sehubungan dengan
peningkatan aborsi di remaja tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989
berorentasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai
klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Pada tahun 1987 pendidikan bidan
dibawah pengawas observasi kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi,
ilmu biologi dan ilmu social. Akhirnya bidan diluluskan tidak ramah dan tidak
menolonh persalinan . setelah melihat kondisi di Negara Inggris, Di Jepang
melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai menambah dan
merubah situasi.
Sejarah
Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Indonesia
Pendidikan
bidan dimulai pada masa penjajahan hindia Belanda. Yang dimaksud dalam
pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non formal.
·
Pendidikan bidan pertama kali
dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch).
pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena
kurangnya peserta pendidik dan batasan bagi wanita untuk keluar rumah.
·
Pada tahun 1902 pendidikan
bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit Batavia dan oada tahun
1904 dibuka pendidikan bidan bagi wanita Indonesia di Makasar.
·
Pada tahun 1911 – 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara
terancana di Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun
ditambah pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada tahun
1914 khusus bagi peserta didik wanita.
·
Pada tahun 1935 – 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat
SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota
besar. Jakarta di RSB Budi Kemulyaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di
Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan
pendidikan dasar Mulyo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan
kelas satu (vroedvrouw eerste klas) dan bidan lilisan dari perawat disebut
bidan kelas dua (vroedvrouw tweede) mantri.
·
Pada tahun 1950-1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta
lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan
pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.
·
Tahun 1954 dibuka pendidikan
guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini
dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SPG).
·
Tahun 1970 di buka program
pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah 2 tahun
pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat
banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan tutup dan dibuka SPK dengan tujuan
ada tenaga multi purpose dilapangan yang dapat menolong persalinan. Tetapi hal
ini tidak berhasil.
·
Pada
tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun.
·
Pada
tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 kesehatan ibu dan anak, latar belakang
pendidikan SPK. Tetapi hanya berlangsung
1 tahun.
·
Pada
tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan A (PPB-A) yang memperbolehkan
lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana lama pendidikan
1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak.
·
Pada
tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari
AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan
tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Ternyata berdasarkan
penelitian dari lulusan ini tidak menunjukan kompetensi dan berlangsung selama
2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
·
Pada
tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB-C) yang menerima lulusan dari
SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi : Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Nusatenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
·
Pada
tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan jarak jauh
(distance leaming) di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
berdasarkan SK Menkes No. 1247/Menkes/ SK/XII/1994 dengan tujuan untuk
memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.
·
Pada
tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap 1 (1995-1996), DJJ tahap
2 (1996-1997) dan DJJ 3 (1997-1998) dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan
diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
·
Pada
tahun 1994 dilaksanakan penelitian pelaksanan kegawat daruratan maternal dan
neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi /kabupaten.
·
Pada
tahun 1996 IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College
of Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta
mengadakan Training of Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih
bidan praktek swasta secara swadaya, juga guru/ dosen dari D3 kebidanan.
·
Pada
tahun 1995-1998 diadakan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit,
bidan puskesmas dan bidan di desa di propinsi Kalimantan Selatan dimana IBI
berkerja sama langsung dengan Mother Care.
·
Pada
tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Hearth (MNH) yang sampai saat ini telah
melatih APN dibeberapa propinsi/kabupaten.
Pelopor-pelopor
yang Berjasa dalam Perkembangan Kebidanan
a.
Hipocrates (460-370 Sebelum Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak
pengonatan.
b.
Soreanus (98-138 Sesudah Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak
kebidanan, ia juga menulis buku yang berjudul Katekimus bagi bidan-bidan Roma.
c.
Guru-guru besar dari Itali
Adalah Vesalius dan Febricus,
Eustachius yang menemukan tuba Eustachius, Fallopius yang menemukan tuba
fallopius, Arantius yang menemukan ductus Arentil, William Harvey (1578-1657)
ia menyelidiki tentang fisiologi plasenta serta selaputnya.
d.
Perkembangan Di Prancis
Ambroise Pare (1510-1590)
beliau telah membawa kemajuan kebidanan di Prancis ini terbukti dengan
penemuannya tentang Versi Podali.
e.
Australia
Flocence Nightingale adalah
pelopor kebidanan dan keperawatan yang mulai dengan tradisi dan
latihan-latiahan pada abad 19 pendidikan bidan pertama kali.
f.
Moscow (Rusia)
Di Moscow sangat sulit
dibedakan antara obstetric dengan bidan/midwife. Ini terlihat dari konsep bidan
yang sangat independent yaitu tidak tergantung pada asuhan prenatal, internatal
dan post natal. Sehingga pelayanan kebidanan dinegara ini tidak memuaskan.
g.
Bangladesh
Di
India bidan dikategorikan dari pengalamanya ;
v Penolong persalinan kelas atas (5-10 persalinan/tahun)
v Penolong persalinan pendidikannya tidak
tinggi tetapi banyak pengalamannya 10-20 persalinan/ bulan.
v Penolang persalian professional
Pendidikan di Bangladesh
dimulai 3 tahun perawat + 1 tahun bidan, dan 4 tahun bidan dari SMP.
Adapun
tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang dianut di Bangladesh :
Tahap
1 : Fungsi manusia sehat dan social
budaya.
Tahap
2 : Pencegahan penyakit dan kesehatan
keluarga
Tahap 3 : Rehabilitasi
Tahap 4 : Ilmu Kebidanan
h.
Jordania
Pada tahun 1950 berdasarkan
prinsip medical persalinan ditolong oleh dokter
v 78 % persalinan MOH center
v 50 % private Gp (jarang didampingi bidan )
Bidan Jordania sebanyak 460
bidan ;
v 183 kerja di MOH sebagai asisten dokter
v 109 private sector tidak menolong persalinan
v 166 Medical Institute Hospital
Pendidikan biadan Jordania
selama 27 bulan dasarnya diploma yaitu 1 keperawatan dan tahun II kebidanan,
kondisi masyarakat IGNORE terhadap
kemampuan seluruhnya.
i.
Malaysia
Pendidikan
bidan di Malaysia SMP + Juru rawat (1 tahun bidan). Program kebidanan di desa
di Malaysia berorientasi pada skill dan mutu pelayanan, seningga dengan adanya
bidan di Malaysia dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
j.
Jepang
Pendidikan bidan 3 tahun perawat
usia saat masuk minimal 20 tahun + minimal 6 bulan – 1 tahun di Universitas 8 –
12 SKS: 15 jam teori, 30 jam lab dan 45 jam praktek bertujuan untuk perawatan
ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan, sehubungan dengan
peningkatan aborsi di remaja tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989
berorentasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai
klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Pada tahun 1987 pendidikan bidan dibawah pengawas observasi
kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi dan ilmu social.
Akhirnya bidan diluluskan tidak ramah dan tidak menolonh persalinan . setelah
melihat kondisi di Negara Inggris, Di Jepang melakukan peningkatan pelayanan
dan pendidikan bidan serta mulai menambah dan merubah situasi.
1.
seorang yang mengikuti program
pendidikan bidan yang berlaku di negaranya dan telah menyelesaikan
pendidikannya dengan baik dan telah memperoleh atas pengakuan atas
kualifikasinya dan terdaftar, disahkan dan memperoleh izin melaksanakan praktek
kebidanan, pernyatan ini adalah pengertian bidan menurut
a. WHO
b.
ICM
c.
IBI
d.
Depkes
e.
Menkes
2.
Siapakah tokoh yang dijuluki
sebagai bapak pengobatan
a. Hipocrates
b.
Soranus
c.
Samuel Bard
d.
William Shippen
e.
Louis Pastur
3. Pada tahun berapakah pendidikan bidan
ditutup
a.
1990-1992
b.
1992-1994
c.
1984-1995
d. 1975-1984
e.
1984-1994
4. Pada tahun berapakah dibuka Program
Pendidikan Bidan (PPB) dari SPR dan SPK?
a.
1981
b.
1982
c.
1983
d.
1984
e. 1985
5. Josep Lister dalam ilmu kebidanan sangat
berpengaruh dan terkenal dengan subutan bapak……….
a.
Sepsis
b. Anti sepsis
c.
anestesi
d.
Kebidanan
e.
pengobatan