Senin, 24 September 2012

PENGANTAR UNTUK BIDAN DESA


Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui  
      dinegaranya, telah lulus dengan baik dari pendidikan tersebut serta memenuhi persyaratan 
      untuk didaftar (register) dan/atau memiliki izin sah (lesensi) untuk melakukan praktik bidan.
Bidan dikenal sebagai tenaga professional dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat, yang diperlukan selama masa hamil, masa persalinan dan nifas, membantu dalam persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak bayi.  
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, peningkatan pada persalinan normal, pengenalan dari komplikasi pada ibu anak, pengkajian perlunya tindakan medis atau bantuan lain serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan.
      Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan penyuluhan kesehatan, tidak saja kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup penyuluhan pada anternatal, persiapan untuk menjadi orang tua dan dapat diperluas kepada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau reproduksi dan anak. Bidan dapat praktik diberbagai setting pelayanan kesehatan termasuk di rumah, komunitas, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan.

Cara – cara Persalinan lama
v  Wanita yang akan bersalin disuruh berjongkok seperti hendak buang air besar (BAB)
v  Wanita yang bersalin duduk ditengah lapangan kemudian ditakut-takuti (terkejut kemudian melahirkan)
v  Wanita yang bersalin disuruh berdiri (dengan dukun memegang dan memeras pinggang wanita kemudian anak lahir)
v  Wanita yang akan bersalin diasingkan dari masyarakat bersama dengan dukun.
v  Wanita yang akan bersalin ditarik, dengan tali ke atas pohon kemudian ditarik oleh beberapa penolong.
v  Persalinan dianggap aktivitas dari bayi (dinyanyikan lagu agar anak keluar untuk menyaksikannya )

Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Bidan Di Indonesia
      Perkembangan pendidikan dan pelayanan Kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyrakat serta kemajuan ilmu teknologi.

Perkembangan Pelayanan Kebidanan
      Pada zaman pmerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (Zaman Gubernur Jendral Hendrik William Deandels ) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatihan kebidanan.
      Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Belanda Sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka Pendidikan bidan bagi wnita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch) lulusan ini kemudian bekerja di Rumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
      Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara pormal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Khususnya untuk dukun masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberi kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dimasyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.
      Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang di namakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. puskesmas memberikan pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana baik di luar gedung maupun di dalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah pelayanan kesehatan dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan di posyandu mencakup empat kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
      Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya medidikan bidan untuk penempatan didesa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksanaan kesehatan KIA. Khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada posyandu di wilayah kerjanya serta mengemgangkan pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
      Hal tersebut diatas adalah yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat beda halnya dengan bidan yang bekerja dirumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi dengan individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kepandudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproductive (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1.      Safe Motherhood. Termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.
2.      Family Planning
3.      Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi.
4.      Kesehatan reproduksi remaja.
5.      Kesehatan reproduksi orang tua.
      Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari :
a.       Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi petugas lain.
b.      Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu Permenkes khusus. Dalam wewenag khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Hal ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak tanggung jawab dan bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukannya. Pelaksanaan dari Pemenkes ini, bidan dalam melaksanakan prakteknya perorangan dibawah pengawasan dokter.
c.       Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenagn tersebut mancakup :
a.       pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.
b.      Pelayanan keluarga berencana.
c.       Pelayanan kesehatan masyarakat.
      Dalam melaksanakan tugasnya , bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Selanjutnya diuraikan kewenangan bidan yang terkait denganibu dan anak, lebih terinci misalnya : kuretasi digital untuk sisa jaringan konsepsi, vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul, resusitasi pada bayi yang baru lahir dengan asfiksia dan hipotermi dan sebagainya. Pelayanan kebidanan dalam bidang keluarga berencana, bidan diberikan wewenang antara lain : memberiakan alat kontrasepsi melalui oral, suntikan, AKDR, AKDK (memasang maupun mencabut) kondom dan tablet serta tissue vagina.
      Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditunjukkan untuk menyelamatkan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu bidan diwajibkan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, memberikan informasi serta melakukan rekam medis dengan baik. Untuk memberikan pertunjukan pelaksanaan yang lebih rinci mengenai kewenangan bidan yang dituangkan dalam Lampiran Keputusan Dirjend Binkesmas No. 1506/Tahun 1997.
      Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Permenkes 527/1996 tidaklah mudah, karena wewenang yang diberikan oleh Depertemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga professional dan mandiri. Pencapaian kemampuan tersebut dapat diawali dari institusi pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti bidan dan melalui institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai denga  kebutuhan.
      Perkembangan pelayanan kebidanan memerlukan kualitas bidan yang memadai atau handal dan diperlukan monitoring / pemantauan pelayanan oleh karena itu adanya konsil kebidanan sangat diperlukan serta adanya pendidikan bidan yang berorientasi dan akademik serta memiliki kemampuan melakuakan penelitian adalah suatu trobosan dan syarat utama untuk percepatan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

C.    Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Indonesia
      Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia Belanda. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non formal.
·         Pendidikan bidan pertama kali dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch). pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta pendidik dan batasan bagi wanita untuk keluar rumah.
·         Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit Batavia dan oada tahun 1904 dibuka pendidikan bidan bagi wanita Indonesia di Makasar.
·         Pada tahun 1911 – 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara terancana di Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun ditambah pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada tahun 1914 khusus bagi peserta didik wanita.
·         Pada tahun 1935 – 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar. Jakarta di RSB Budi Kemulyaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan pendidikan dasar Mulyo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan kelas satu (vroedvrouw eerste klas) dan bidan lilisan dari perawat disebut bidan kelas dua (vroedvrouw tweede) mantri.
·         Pada tahun 1950-1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.
·         Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SPG).
·         Tahun 1970 di buka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan tutup dan dibuka SPK dengan tujuan ada tenaga multi purpose dilapangan yang dapat menolong persalinan. Tetapi hal ini tidak berhasil.
·         Pada tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun.
·         Pada tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 kesehatan ibu dan anak, latar belakang pendidikan SPK.  Tetapi hanya berlangsung 1 tahun.
·         Pada tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan A (PPB-A) yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana lama pendidikan 1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak.
·         Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Ternyata berdasarkan penelitian dari lulusan ini tidak menunjukan kompetensi dan berlangsung selama 2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
·         Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB-C) yang menerima lulusan dari SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi : Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusatenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
·         Pada tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan jarak jauh (distance leaming) di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan SK Menkes No. 1247/Menkes/ SK/XII/1994 dengan tujuan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.
·         Pada tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap 1 (1995-1996), DJJ tahap 2 (1996-1997) dan DJJ 3 (1997-1998) dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
·         Pada tahun 1994 dilaksanakan penelitian pelaksanan kegawat daruratan maternal dan neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi /kabupaten.
·         Pada tahun 1996 IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of  Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta mengadakan Training of Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara swadaya, juga guru/ dosen dari D3 kebidanan.
·         Pada tahun 1995-1998 diadakan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit, bidan puskesmas dan bidan di desa di propinsi Kalimantan Selatan dimana IBI berkerja sama langsung dengan Mother Care.
·         Tahun 1996 dibuka pendidikan D3 kebidanan di 6 propinsi yang menerima calon peserta didik dari SMA
·         Tahun 2000 dibuka DIV bidan pendidik di UGM kemudian bulan Febuari UNPAD,USU Medan, STIKES Ngudi Waluyo Semarang, STIKIM Jakarta dan tahun 2005 Poltekes Bandung. Pendidikan ini berlangsung lamanya 2 semester ( 1tahun)

·         Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Hearth (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN dibeberapa propinsi/kabupaten.
·         Bulan September 2005 dibuka DIV kebidanan Reguler di UNPAD Bandung, menerima dari SMU dg lama pendidikan 8 semester.
·         Selain itu bulan April 2006 dibuka S2 kebidanan di UNPAD, menerima dari DIV kebidanan dgn lama pendidikan min 4- 10 semester.

D.    Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan Internasional.
1.      Zaman Kuno ( Sebelum Masehi)
Catatan paling awal keberadaan manusia berisi tentang fakta adanya pembantu kelahiran. Pembantunya berasal dari keluarga atau di luar keluarga yang mempunyai pengalaman dalam kelahiran. Hal ini lah yang memungkinkan pertama kalinya mempelopori adanya bidan. Mereka tidak menetapkan bayaran tetapi mendapatkan hadiah. Menurut adat istiadatnya atau kebudayaan wanita yang boleh menolong persalinan adalah wanita yang sudah melahirkan, tidak boleh laki-laki hadir adanya acara ritual tertentu sebelum, selama, sesudah persalinan.
Pada zaman ini praktek-praktek kebidanan yang tradisional mungkin bisa menolong meskipun tidak sesuai dengan dasar-dasar ilmiasi.
·         Bangsa Mesir
Setelah kebidanan pertama kali dikenal didirikan di Mesir dimana kebidanan itu adalah suatu hal yang paling mulia, dan diberikan oleh dewa. Bidan- bidannya terlatih dengan baik dan memiliki pengetahuan anatomi fisiologi, memiliki aturan-aturan dalam memimpin persalinan dan merawat bayi lahir.
Mereka mempunyai undang-undang dalam mengontrol praktek mereka dan harus memanggil asisten dari tabib konsultan bila ada masalah selama persalinan. Biadan juga telah melakian sirkumsisi pada bayi.


·         Bangsa Yahudi
Pertolongan persalinan pada bangsa Yahudi banyak mencontoh pada bangsa Mesir, hal ini dibuktikan pada pengobatan dan pendidikan kebidanan yang didapatkan dari bangsa Mesir. Hygiene merupakan hal yang paling utama dalam menolong persalinan, termasuk di dalamnya merangsang persalinan dengan bantuan mantra-mantra. Perawatan neonatus bangsa Yahudi meliputi memotong tali pusat, memandikan bayi, menggosok badan bayi dengan garam dam membungkusnya dengan bedongan. Bidan – bidan di Yahudi telah mendapatkan bayaran atas jasanya.
·         Bangsa Yunani
Bangsa Yunani telah ada bidan yang dapat menolong persalinan, mereka harus telah mempunyai anak sendiri mereka diasanya dibayar atas pelayanan yang telah diberikan dan undang-undang yang keras mengontrol praktek mereka.
Hipocrates sebagai bapak pengobatan pada zaman telah merubah pandangan-pandangan selama dalam kebidanan, kasus pertama yang ditemukan olehnya adalah kematian akibat demam purperalis. Aristoteles mengajarkan pengeruh-pengaruh praktek kebidanan selama hampir 2000 tahun.
·         Bangsa Roma
Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal dari negeri Yunani melalui Mesir, ada 2 jenis bidan di Roma yaitu :
1.      Bidan yang ahli dibidangnya : mereka dihargai sebagai pemimpin tim dari ahli obstetric, yang biasanya mereka melakukan praktek sendiri.
2.      Bidan yang bersetatus rendah : bidan ini sederajat dengan pembantu persalinan tradisional.
2.      Zaman Pertengahan ( 1 – 1500 Masehi )
Pada zaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring dengan penyebaran agama Kristen, pengetahuan obstentrik membuat beberapa penemuan 2 kebutuhan akan bidan untuk dididik telah diakui. Kebidanan masih dipraktekkan secara utuh oleh wanita biasa.
·         Roma
Pada masa ini ada 2 orang bangsa Roma dalam kebidanan yaitu :
a. Soranus
Ia merupakan spesialis obgyin pertama kali dia menulis buku kebidanan untuk pertama kalinya dan dia juga yang menggambarkan kualitas atau syarat seorang bidan yang professional. Beliau yang pertama kali yang menguraikan tentang Versi Podalic.
b. Galen
Beliau juga menulis tentang beberapa obstetric Gynekologi. Galen menguraikan bagaimana bidan mengukur pembukaan servik dengan menggunakan jari mereka dan penggunaan kunci untuk melahirkan selama zaman ini seorang bidan bernama Cleopatra menulis karangan tentang kebidanan. Bidan lainya seperti Aspasia dikenal baik oleh karena dia memiliki banyak keterampilan dalam kelahiran bayi diantaranya adalah Versi Podalic, manageman distocia, dan kontrasepsi.
·         Salerno
Seorang dokter perempuan bernama Trotula yang berasal dari Sekolah Kedokteran terkenal di negeri ini, menulis sebuah karangan Gynekologi dan Kebidanan dimana ia menjelaskan penanganan emergensi bagi bidan dalam penatalaksanaan Retensio Plasenta, Perawatan Nifas, Pemeriksaan Bayi Baru Lahir.
Ia juga menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki kepercayaan dan pendekatan etis dalam pekerjaannya. Trotula juga orang yang pertama kali berusaha memperbaiki Laserasi Perineum derajat tiga.
·         Kerajaan Byzantine
Ini meliputi sebagian besar Negara-negara di Eropa Timur dengan ibu kotanya konstantinopel selama abad 12 rumah sakit kebidanan pertama kali ditemukan di sini Paulus of Aegina merupakan bidan yang pertama kali di zaman ini.


·         Arabia
Kedua dokter Arab, Rhazes dan Avicenna menjelaskan procedur kebidanan tentang penggunaan instrument untuk persalinan, nampaknya disinilah pertama kalinya digunakan instrument obstetric. Karena kepercayaan agama menyatakan kebidanan sebagian besar secara keseluruhan berada ditangan wanita.
3.      Zaman Kebangkitan (1500-1700 Masehi)
      Pada abad ke 12 sedikit kemajuan telah dibuat dalam hal kebidanan sampai abad ke 16. pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi telah maju dengan pesat melalui jasa beberapa orang seperti Leonarl de Vinci, Gabriello Fallopio of Italy dan Andreas Vesallius of Belgium.
·         Prancis
Ambroise Pare adalah seorang ahli bedah yang memeberikan konstribusi dalam bidang kebidanan dan Gynekologi, dia yang memperkenalkan kembali tentang Versi Podalic dan juga Perintis Sekolah Kebidanan pertama di Prancis. Francois Mauriceau, dialah orang yang pertama kali menguraikan kehamilan tuba, presentasi muka dan menjelaskan tentang induksi pembedahan.
Beliau memberikan deskripsi yang jelas tentang mekanisme persalinan dan beliau pun terkenal oleh karena persalinan wanita di temapat tidur sementara dengan berupa bangku yang tidak bersandar untuk melahirkan. Louyse Bourgeois, beliau yang pertama laki mempublikkasikan buku obstetric. Marie Louise Duge, beliau bidan yang pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi melalui penyimpangan catatan dan data statistic dari 40.000 wanita yang dia hadiri kelahirannya.
·         Inggris
William Harvey  : Yang menguraikan sirkulasi darah pada tahun 1616, dikenal sebagai bapak kebidanan di Inggris beliau mencatat perkembangan embrio dan fetus dari seluruh tahap.
William Chamberlen : penemu forceps obstetric.
William Smellie  : Beliau seorang dokter yang memperdalami ilmu pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran pinggul, perbedaan pinggul sempit dan pinggul biasa.
William Hunter, murid William smellie  yang melanjutkan usaha William Smellie.
Tahun 1864 sekolah wanita kebidanan dibuka di London, Florance Nightisale sebagai pelopor pelatih bidan. Tahun 1862 ia membentuk pelatihan kebidanan bekerja sama dengan king,s collage hospital.
Tahun 1869 para ahli kebidanan di London menemukan laporan yang menyebabkan kematian bayi, salah satu pemecahannya adalah dengan mengadakan panitia ujian, jadi para bidan di test dan digelari diploma. Panitia ujian bidan telah dibentuk dan pertama kali diadakan tahun 1872 dengan 6 calon pendaftaran ujian dan pelatihan ini secara sukarela dan diploma tidak diakui pemerintah.
Syarat ujian untuk London Obstetrical adalah :
ü  Surat kelakuan baik
ü  Usia antara 20 – 30 tahun
ü  Terbukti pernah mendapatkan minimal 25 kasus dibawah bimbingan pegawai dengan nilai memuaskan.
ü  Mempunyai bukti bimbingan dan dibenarkan dosen. Mengikuti ujian tulis dan lisan.
Tahun 1881 Midwine Unstitut didirikan dengan tujuan agar bidan dapat diakui pemerintah ini diajukan pada siding parlemen tahun 1890 namun tidak berhasi. Mr. Heyeood Johnstone mengenalkannya kembali pada tahun 1908, dan kemudian 31 juli 1902 kerajaan mengakuinya. 1949 diadakan perekrutan bidan dan membuat rekomendasi bidan serta guru bidan.
Dari sejarah terjadinya medikalisasi wanita di Inggris menuntut haknya dalam natural child birth, untuk itu bidan bangkit. Dalam praktek pelayanan kebidanan lebih berorientasi pada wanita, otonomi bidan mandiri. Dalam perkembangan kebidanan (natural child birth muncul istilah hydro Therapy, Water Bath, aroma therapy, usic therapy, refleksi, Acupuntur)
Pendidikan kebidanan :
Ø  Direct Entry, SMU + 3 Tahun pendidikan bidan
Ø  Nurse + 18 bulan pendidikan bidan
Mayoritas bidan lulusan diploma dan advance diploma. Setelah tahun 1995 Universitas Bachelor membuka pendidikan bidan dari SMU + 3 tahun sampai 4 tahun hingga ada pendidikan S2.
Untuk akreditasi 5 kali study perhari dalam 3 tahun dan mendapatkan sertifikat, critical analisis, Reflektion, Evluation, Find Evidence.
Laporan projek 2000 telah menyetukan bahwa pendidikan program bidan selama tiga bulan. Program dasar kebidanan baik diploma maupun yang seikat dengannya, banyak bidan yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya sampai mendapat gelar master dan PHD.
·         Jerman
Justine Slegemudin (1645) adalah bidan pertama di jerman. Dia adalah bidan di kota Ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan di kerajaan Prussia, dia bekerja sebagai ilmuan dan mempunyai dokumen lengkap. Tahun 1690 menerbitkan buku pegangan.
Kemandirian bidan masih rendah, persalinan banyak ditolong dan dilakukan di RS. Bidan bekerja sebagai perawat obstetric, ahli obstetry melakukan segalanya. Setelah melihat Negara Eropa pendidikan bidan direct entry mulai berkembang.
·         Swiss
Operasi SC pertama kali berhasil pada wanita hidup pada tahun 1500, ketika dokter hewan Swiss Jacob Nuter melakukan operasi untuk melahirkan anak mereka istrinya dapat bertahan hidup sampai usia 77 tahun.
·         Belanda
Hendrick Van Roonhuyze (1622) yang mempremosikan secsio secarea dan Hendrick Van Deventer (1651-1724) yang menggambarkan banyak kelainan panggul keduanya memberikan kontribusi yang sangat penting pada pelayanan kebidanan dan telah mempublikasikannya di Belanda. Mereka juga mendirikan organisasi profesi.
Persalianan di Netherland tahun 1988, 80 % ditolong bidan di rumah dan 20 % di RS. Di Netherland bidan praktek mandiri melakukan pelayanan kebidanan di komunitas sehingga kondisi kesehatan ibu baik. Dengan pendidikan bidan selama 3 tahun (direct Entry) dan 4 tahun.
·         Amerika Serikat
Dulu di AS persalinan ditolong oleh dukun, setelah mendengar perkembangan di Inggris serta mendengar pekerjaan William Smellie dan William Hunter beberapa orang di AS terpengaruh untuk memperdalami kebidanan.

4.      Sebelum Abad ke 20 (1700-1900)
Dua abad sebelum abad ke 20 telah menghasilkan banyak penemuan besar yang sangat berpengaruh terhadap praktek kebidanan yang membawa banyak orang-orang kedokteran ke dalam kebidanan.
a.       William Smelle of Scotland (1697 – 1763) adalah salah satu ahli obstetric yang berpengaruh pada abad 18 ditemukan forseps sesui dengan ukuran panggul.
b.      Ignaz Philip S, dari Hugaria menemukan penyebab sepsis puerperalis.
c.       Josep Lister dari Inggris 1827 – 1912, dia disebut bapak anti sepsis
d.      Louis Pastur 1822 – 1895, pelopor mikrobiologi pelopor
e.       William James Morton dari Amerika 1846 – 1920 anestesi
f.       James Young Simpson dari Seotlandia 1811 – 1870, mengenalkan anestesi umum dalam kebidanan.
g.      Dr. James Lioyld (1728 – 1810)
h.      Dr. William Shippen (1736 – 1808), beliau seorang tokoh di AS yang mengembangkan kebidanan, beliau mendirikan kursus kebidanan di Philadelphia gazette, sehingga masih banyak menaruh minat pria maupun wanita.
i.        Dr. Samuel Bard (1742-1821), beliau menulis buku kebidanan yang isinya moderen, yaitu ; cara mengukur congurata diagonalis, kelainan-kelainan panggul, dan melarang pemeriksaan dalam apabila tidak ada indikasi, menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya Invertio Uteri, mengajarkan letak muka dapat lahir spontan. Melarang pemakaian cunam yang berulang-ulang karena akan banyak menimbulkan kerugian.
j.        Dr. Walter Channing (1786-1876), beliau diangkat sebagai professor kebidanan di sekolah kedokteran Harvard.

Pelopor-pelopor yang Berjasa dalam Perkembangan Kebidanan
      Sejarah menunjukan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradapan umat manusia, ini terlihat banyaknya pelopor-pelopor yang berjasa dalam perkembangan kebidanan, antara lain :
a.      Hipocrates (460-370 Sebelum Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak pengonatan.
b.      Soreanus (98-138 Sesudah Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak kebidanan, ia juga menulis buku yang berjudul Katekimus bagi bidan-bidan Roma.
c.       Guru-guru besar dari Italia
Adalah Vesalius dan Febricus, Eustachius yang menemukan tuba Eustachius, Fallopius yang menemukan tuba fallopius, Arantius yang menemukan ductus Arentil, William Harvey (1578-1657) ia menyelidiki tentang fisiologi plasenta serta selaputnya.
d.      Perkembangan Di Prancis
Ambroise Pare (1510-1590) beliau telah membawa kemajuan kebidanan di Prancis ini terbukti dengan penemuannya tentang Versi Podali.
e.       Australia
Flocence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang mulai dengan tradisi dan latihan-latiahan pada abad 19 pendidikan bidan pertama kali.

f.       Moscow (Rusia)
Di Moscow sangat sulit dibedakan antara obstetric dengan bidan/midwife. Ini terlihat dari konsep bidan yang sangat independent yaitu tidak tergantung pada asuhan prenatal, internatal dan post natal. Sehingga pelayanan kebidanan dinegara ini tidak memuaskan.
g.      Bangladesh
Di India bidan dikategorikan dari pengalamanya ;
v  Penolong persalinan kelas atas (5-10 persalinan/tahun)
v  Penolong persalinan pendidikannya tidak tinggi tetapi banyak pengalamannya 10-20 persalinan/ bulan.
v  Penolang persalian professional
Pendidikan di Bangladesh dimulai 3 tahun perawat + 1 tahun bidan, dan 4 tahun bidan dari SMP.
Adapun tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang dianut di Bangladesh :
Tahap 1  : Fungsi manusia sehat dan social budaya.
Tahap 2  : Pencegahan penyakit dan kesehatan keluarga
Tahap 3  : Rehabilitasi
Tahap 4  : Ilmu Kebidanan
h.      Jordania
Pada tahun 1950 berdasarkan prinsip medical persalinan ditolong oleh dokter
v  78 % persalinan MOH center
v  50 % private Gp (jarang didampingi bidan )
Bidan Jordania sebanyak 460 bidan ;
v  183 kerja di MOH sebagai asisten dokter
v  109 private sector tidak menolong persalinan
v  166 Medical Institute Hospital
Pendidikan biadan Jordania selama 27 bulan dasarnya diploma yaitu 1 keperawatan dan tahun II kebidanan, kondisi masyarakat IGNORE terhadap kemampuan seluruhnya.

i.        Malaysia
Pendidikan bidan di Malaysia SMP + Juru rawat (1 tahun bidan). Program kebidanan di desa di Malaysia berorientasi pada skill dan mutu pelayanan, seningga dengan adanya bidan di Malaysia dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
j.        Jepang
Pendidikan bidan 3 tahun perawat usia saat masuk minimal 20 tahun + minimal 6 bulan – 1 tahun di Universitas 8 – 12 SKS: 15 jam teori, 30 jam lab dan 45 jam praktek bertujuan untuk perawatan ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan, sehubungan dengan peningkatan aborsi di remaja tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorentasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Pada tahun 1987 pendidikan bidan dibawah pengawas observasi kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi dan ilmu social. Akhirnya bidan diluluskan tidak ramah dan tidak menolonh persalinan . setelah melihat kondisi di Negara Inggris, Di Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai menambah dan merubah situasi.

Text Box: Kesimpulan
Sejarah Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Indonesia
      Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia Belanda. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non formal.
·         Pendidikan bidan pertama kali dibuka pada tahun 1851 oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch). pendidikan bidan ini hanya untuk wanita pribumi dan Batavia. Tapi tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta pendidik dan batasan bagi wanita untuk keluar rumah.
·         Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit Batavia dan oada tahun 1904 dibuka pendidikan bidan bagi wanita Indonesia di Makasar.
·         Pada tahun 1911 – 1912 di mulai pendidikan tenaga keperawatan secara terancana di Semarang dan Batavia. Calon peserta didik yang diterima SD 7 tahun ditambah pendidikan keperawatan 4 tahun (peserta didik pria) dan pada tahun 1914 khusus bagi peserta didik wanita.
·         Pada tahun 1935 – 1938 Belanda mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar. Jakarta di RSB Budi Kemulyaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. Adapun lulusan didasarkan atas latar belakang. Bidan dengan pendidikan dasar Mulyo ditambah pendidikan bidan selama 3 tahun disebut bidan kelas satu (vroedvrouw eerste klas) dan bidan lilisan dari perawat disebut bidan kelas dua (vroedvrouw tweede) mantri.
·         Pada tahun 1950-1953 di buka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta lamanya kursus antara 7 sampai 12 minggu dengan tujuan memperkenalkan pengembangan program KIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup.
·         Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan, guru perawat, perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada tahun 1972 pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SPG).
·         Tahun 1970 di buka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah 2 tahun pendidikan bidan. Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak maka pada tahun 1974 sekolah bidan tutup dan dibuka SPK dengan tujuan ada tenaga multi purpose dilapangan yang dapat menolong persalinan. Tetapi hal ini tidak berhasil.
·         Pada tahun 1975 sampai 1984 pendidikan bidan ditutup selama 10 tahun.
·         Pada tahun 1981 dibuka pendidikan diploma 1 kesehatan ibu dan anak, latar belakang pendidikan SPK.  Tetapi hanya berlangsung 1 tahun.
·         Pada tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan A (PPB-A) yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan ini dimana lama pendidikan 1 tahun. Para lulusan ini ditempatkan di desa-desa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak.
·         Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan B yang pesertanya lulusan dari AKPER, lama pendidikan 1 tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Ternyata berdasarkan penelitian dari lulusan ini tidak menunjukan kompetensi dan berlangsung selama 2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
·         Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB-C) yang menerima lulusan dari SMP yang dilaksanakan di 11 propinsi : Aceh, Bengkulu, Lampung, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusatenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya.
·         Pada tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan jarak jauh (distance leaming) di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan SK Menkes No. 1247/Menkes/ SK/XII/1994 dengan tujuan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan.
·         Pada tahun 1995 diadakan Diklat Jarak Jauh (DJJ). DJJ tahap 1 (1995-1996), DJJ tahap 2 (1996-1997) dan DJJ 3 (1997-1998) dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB.
·         Pada tahun 1994 dilaksanakan penelitian pelaksanan kegawat daruratan maternal dan neonatal, dan pelaksanaannya adalah rumah sakit propinsi /kabupaten.
·         Pada tahun 1996 IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan American College of  Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta mengadakan Training of Training kepada anggota IBI dan selanjutnya melatih bidan praktek swasta secara swadaya, juga guru/ dosen dari D3 kebidanan.
·         Pada tahun 1995-1998 diadakan pelatihan dan peer review bagi bidan rumah sakit, bidan puskesmas dan bidan di desa di propinsi Kalimantan Selatan dimana IBI berkerja sama langsung dengan Mother Care.
·         Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Hearth (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN dibeberapa propinsi/kabupaten.

Pelopor-pelopor yang Berjasa dalam Perkembangan Kebidanan
a.      Hipocrates (460-370 Sebelum Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak pengonatan.
b.      Soreanus (98-138 Sesudah Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak kebidanan, ia juga menulis buku yang berjudul Katekimus bagi bidan-bidan Roma.
c.       Guru-guru besar dari Itali
Adalah Vesalius dan Febricus, Eustachius yang menemukan tuba Eustachius, Fallopius yang menemukan tuba fallopius, Arantius yang menemukan ductus Arentil, William Harvey (1578-1657) ia menyelidiki tentang fisiologi plasenta serta selaputnya.
d.      Perkembangan Di Prancis
Ambroise Pare (1510-1590) beliau telah membawa kemajuan kebidanan di Prancis ini terbukti dengan penemuannya tentang Versi Podali.
e.       Australia
Flocence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang mulai dengan tradisi dan latihan-latiahan pada abad 19 pendidikan bidan pertama kali.
f.       Moscow (Rusia)
Di Moscow sangat sulit dibedakan antara obstetric dengan bidan/midwife. Ini terlihat dari konsep bidan yang sangat independent yaitu tidak tergantung pada asuhan prenatal, internatal dan post natal. Sehingga pelayanan kebidanan dinegara ini tidak memuaskan.
g.      Bangladesh
Di India bidan dikategorikan dari pengalamanya ;
v  Penolong persalinan kelas atas (5-10 persalinan/tahun)
v  Penolong persalinan pendidikannya tidak tinggi tetapi banyak pengalamannya 10-20 persalinan/ bulan.
v  Penolang persalian professional
Pendidikan di Bangladesh dimulai 3 tahun perawat + 1 tahun bidan, dan 4 tahun bidan dari SMP.
Adapun tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang dianut di Bangladesh :
Tahap 1  : Fungsi manusia sehat dan social budaya.
Tahap 2  : Pencegahan penyakit dan kesehatan keluarga
Tahap 3  : Rehabilitasi
Tahap 4  : Ilmu Kebidanan
h.      Jordania
Pada tahun 1950 berdasarkan prinsip medical persalinan ditolong oleh dokter
v  78 % persalinan MOH center
v  50 % private Gp (jarang didampingi bidan )
Bidan Jordania sebanyak 460 bidan ;
v  183 kerja di MOH sebagai asisten dokter
v  109 private sector tidak menolong persalinan
v  166 Medical Institute Hospital
Pendidikan biadan Jordania selama 27 bulan dasarnya diploma yaitu 1 keperawatan dan tahun II kebidanan, kondisi masyarakat IGNORE terhadap kemampuan seluruhnya.
i.        Malaysia
Pendidikan bidan di Malaysia SMP + Juru rawat (1 tahun bidan). Program kebidanan di desa di Malaysia berorientasi pada skill dan mutu pelayanan, seningga dengan adanya bidan di Malaysia dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
j.        Jepang
Pendidikan bidan 3 tahun perawat usia saat masuk minimal 20 tahun + minimal 6 bulan – 1 tahun di Universitas 8 – 12 SKS: 15 jam teori, 30 jam lab dan 45 jam praktek bertujuan untuk perawatan ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kebidanan, sehubungan dengan peningkatan aborsi di remaja tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorentasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Text Box: EvaluasiPada tahun 1987 pendidikan bidan dibawah pengawas observasi kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu biologi dan ilmu social. Akhirnya bidan diluluskan tidak ramah dan tidak menolonh persalinan . setelah melihat kondisi di Negara Inggris, Di Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan serta mulai menambah dan merubah situasi.

1.      seorang yang mengikuti program pendidikan bidan yang berlaku di negaranya dan telah menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan telah memperoleh atas pengakuan atas kualifikasinya dan terdaftar, disahkan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan, pernyatan ini adalah pengertian bidan menurut
a. WHO
b. ICM
c.  IBI
d. Depkes
e.  Menkes
2.  Siapakah tokoh yang dijuluki sebagai bapak pengobatan
a.   Hipocrates
b.   Soranus
c.    Samuel Bard
d.   William Shippen
e.    Louis Pastur
3.  Pada tahun berapakah pendidikan bidan ditutup
a.    1990-1992
b.   1992-1994
c.    1984-1995
d.   1975-1984
e.    1984-1994
4.  Pada tahun berapakah dibuka Program Pendidikan Bidan (PPB) dari SPR dan SPK?
a.   1981
b.   1982
c.   1983
d.  1984
e.   1985
5.  Josep Lister dalam ilmu kebidanan sangat berpengaruh dan terkenal dengan subutan bapak……….
a.   Sepsis
b.  Anti sepsis
c.   anestesi
d.  Kebidanan
e.   pengobatan