Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi ada dua yaitu penyebab langsung, dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi. Timbulnya KEP tidak hanya disebabkan karena kurangnya konsumsi makanan tetapi juga disebabkan oleh penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup tetapi sering terserang diare atau demam dapat menderita KEP. Sebaliknya anak yang tidak cukup makanan, daya tahan tubuh akan melemah, mudah terserang infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya KEP.
(Soekirman, 1999/2000). Kekurangan Energi Protein walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh anak terhadap infeksi, dan infeksi derajat apapun dapat memperburuk
keadaan gizi anak (Depkes RI, 1999, Syamsianah, 2004)
. Penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi yaitu ketahanan pangan dalam keluarga, pola pengasuhan pada anak serta pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga (household food security) adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun gizinya. Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan meliputi sanitasi lingkungan, tersedianya air bersih dan tersedianya pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga (Soekirman, 1999/2000)
Gizi sangat berperan dalam status gizi anak-anak. Anak-anak yang kekurangan makanan akan menjadi kurus (wasting) dan cebol (stunting), sedang anak yang kurus dan cebol dapat menjadi baik kembali setelah diberikan makanan yang cukup (Satoto, 1990). Hal tersebut diperjelas oleh Jahari (2002 ), pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis, termasuk untuk tumbuh. Kesimpulan yang bisa ditarik bahwa gizi sangat berperan dalam status gizi anak. Karbohidrat merupakan sumber energi bagi manusia dan hewan
yang harganya relatif murah. Keseimbangan energi bisa dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi kurang dari energi yang dikeluarkan tubuh akibatnya akan menghambat pertumbuhan bayi dan anak-anak. Akibat berat dari kekurangan energi adalah marasmus. Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak di antara kelompok masyarakat ekonomi rendah dengan pertumbuhan terhambat, lemak bawah kulit
berkurang, serta otot-otot berkurang dan melemah. Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan tubuh sehingga berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier, 2003). Protein dibutuhkan untuk pembentukan hormon yang berfungsi mengontrol berbagai fungsi tubuh seperti pertumbuhan, perkembangan seks, dan proses metabolisme. Selain berfungsi sebagai sumber zat pembangun, protein juga merupakan sumber energi. Protein sebagai sumber energi tidak digunakan selama
karbohidrat dan lemak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi (Anwar 1992). Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah. Kekurangan perotein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak balita (Almatsier. 2003).
(Soekirman, 1999/2000). Kekurangan Energi Protein walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh anak terhadap infeksi, dan infeksi derajat apapun dapat memperburuk
keadaan gizi anak (Depkes RI, 1999, Syamsianah, 2004)
. Penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi yaitu ketahanan pangan dalam keluarga, pola pengasuhan pada anak serta pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga (household food security) adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun gizinya. Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan meliputi sanitasi lingkungan, tersedianya air bersih dan tersedianya pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga (Soekirman, 1999/2000)
Gizi sangat berperan dalam status gizi anak-anak. Anak-anak yang kekurangan makanan akan menjadi kurus (wasting) dan cebol (stunting), sedang anak yang kurus dan cebol dapat menjadi baik kembali setelah diberikan makanan yang cukup (Satoto, 1990). Hal tersebut diperjelas oleh Jahari (2002 ), pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis, termasuk untuk tumbuh. Kesimpulan yang bisa ditarik bahwa gizi sangat berperan dalam status gizi anak. Karbohidrat merupakan sumber energi bagi manusia dan hewan
yang harganya relatif murah. Keseimbangan energi bisa dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi kurang dari energi yang dikeluarkan tubuh akibatnya akan menghambat pertumbuhan bayi dan anak-anak. Akibat berat dari kekurangan energi adalah marasmus. Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak di antara kelompok masyarakat ekonomi rendah dengan pertumbuhan terhambat, lemak bawah kulit
berkurang, serta otot-otot berkurang dan melemah. Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan tubuh sehingga berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier, 2003). Protein dibutuhkan untuk pembentukan hormon yang berfungsi mengontrol berbagai fungsi tubuh seperti pertumbuhan, perkembangan seks, dan proses metabolisme. Selain berfungsi sebagai sumber zat pembangun, protein juga merupakan sumber energi. Protein sebagai sumber energi tidak digunakan selama
karbohidrat dan lemak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi (Anwar 1992). Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah. Kekurangan perotein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak balita (Almatsier. 2003).