Minggu, 21 Oktober 2012

INDIKATOR PROGRAM TB

a.        Angka Penjaringan Suspek
Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien  dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan)

Rumus:

Jumlah suspek yg diperiksa

X  100.000

Jumlah penduduk

Jumlah suspek yang diperiksa bisa didapatkan dari buku daftar suspek (TB .06)
UPK yang tidak mempunyai wilayah cakupan penduduk, misalnya rumah sakit, BP4 atau dokter praktek swasta, indikator ini tidak dapat dihitung.

b.            Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek
Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.
Rumus:

Jumlah pasien TB BTA positif yg ditemukan

X  100%

Jumlah seluruh suspek TB yg diperiksa

Angka ini sekitar 5 - 15%. Bila angka ini terlalu kecil ( < 5 % ) kemungkinan disebabkan :
·         Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek, atau
·         Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( negatif palsu ).
Bila angka ini terlalu besar ( > 15 % ) kemungkinan disebabkan :
·         Penjaringan terlalu ketat atau
·         Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( positif palsu).



c.        Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara Semua Pasien TB Paru Tercatat/diobati
Adalah prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semua pasien Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang diobati.
Rumus:

Jumlah pasien TB BTA positif (baru + kambuh)

X  100%

Jumlah seluruh pasien TB (semua tipe)

Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA Positif).

d.        Proporsi pasien TB Anak diantara seluruh pasien TB
Adalah prosentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat.
Rumus :

Jumlah pasien TB Anak (<15 thn) yg ditemukan

X  100%

Jumlah seluruh pasien TB yg tercatat

Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.

e.         Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR)
Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.
Rumus:

Jumlah  pasien baru TB BTA Positif yang dilaporkan dalam TB.07

X  100%

Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA Positif

Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif dikali dengan jumlah penduduk.
Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis  Nasional minimal 70%.

f.          Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR)
Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan  penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut.

Rumus :

Jumlah pasien TB (semua tipe) yg dilaporkan dlm TB.07

X  100.000

Jumlah penduduk

Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

g.       Angka Konversi (Conversion Rate)
Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.

Contoh perhitungan angka konversi untuk pasien baru TB paru BTA positif :

Jumlah pasien baru TB paru BTA positif yg konversi

X  100%

Jumlah pasien baru TB paru BTA positif yg diobati

Di UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulai berobat dalam 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan intensif (2 bulan).
Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dengan mudah dapat dihitung dari laporan TB.11.
Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%.

h.   Angka Kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif  yang tercatat.
Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA positif pengobatan ulang dengan tujuan:
·         Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadap obat terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan dengan surveilans kekebalan obat.
·         Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan obat baris kedua (second-line drugs).
·         Menunjukan prevalens HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulang terjadi pada pasien dengan HIV.

Cara menghitung angka kesembuhan untuk pasien baru BTA positif.

Jumlah pasien baru TB BTA positif yg sembuh

X  100%

Jumlah pasien baru TB BTA positif yg diobati

Di UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulai berobat dalam 9 - 12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan.

Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dapat dihitung dari laporan TB.08. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan.

Walaupun angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil pengobatan lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default, dan pindah.

·         Angka default tidak boleh lebih dari 10%, karena akan menghasilkan proporsi kasus retreatment yang tinggi dimasa yang akan datang yang disebabkan karena  ketidak-efektifan dari pengendalian Tuberkulosis.
·         Menurunnya angka default karena peningkatan kualitas penanggulangan TB akan menurunkan proporsi  kasus pengobatan ulang  antara 10-20 % dalam beberapa tahun

Sedangkan angka gagal untuk pasien baru BTA positif tidak boleh lebih dari 4% untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh lebih besar dari 10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat.

i.    Angka Keberhasilan Pengobatan
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif  yang tercatat.  
Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

Cara perhitungan untuk pasien baru BTA positif dengan pengobatan kategori 1.

Jumlah pasien baru TB BTA positif (sembuh +  pengobatan lengkap)

X  100%

Jumlah pasien baru TB BTA positif yg diobati

j.      Angka Kesalahan Laboratorium
     
Pada saat ini Penanggulangan TB sedang dalam uji coba untuk penerapan uji silang pemeriksaan dahak (cross check) dengan metode Lot  Sampling Quality Assessment (LQAS) di beberapa propinsi. Untuk masa yang akan datang akan diterapkan metode LQAS di seluruh UPK.

Metode LQAS
Perhitungan angka kesalahan laboratorium metode ini digunakan oleh propinsi-propinsi uji coba.



Klasifikasi kesalahan
Hasil dari lab. Peserta
Hasil  lab uji silang
Negatif
Scanty
1+
2+
3+
Negatif
Betul
NPR
NPT
NPT
NPT
Scanty
PPR
Betul
Betul
KH
KH
1+
PPT
Betul
Betul
Betul
KH
2+
PPT
KH
Betul
Betul
Betul
3+
PPT
KH
KH
Betul
Betul

Betul                                                : Tidak ada kesalahan
KH      (Kesalahan Hitung)          : Kesalahan kecil
NPR                                                (Negatif Palsu Rendah)                 : Kesalahan kecil
PPR    (Positif Palsu Rendah)    : Kesalahan kecil
NPT    (Negatif Palsu Tinggi)      : Kesalahan besar
PPT    (Positif Palsu Tinggi)        : Kesalahan besar

Selain kesalahan besar dan kesalahan kecil, kesalahan juga dapat berupa tidak memadainya kualitas sediaan, yaitu : terlalu tebal atau tipisnya sediaan, pewarnaan, ukuran, kerataan, kebersihan dan kualitas spesimen.
Mengingat sistem penilaian yang berlaku sekarang berbeda dengan yang terbaru, petugas pemeriksa slide harus mengikuti cara pembacaan dan pelaporan sesuai buku Panduan bagi petugas laboratorium mikroskopis TB

Interpretasi dari suatu laboratorium berdasarkan hasil uji silang dinyatakan terdapat kesalahan bila :
1.    Terdapat PPT atau NPT
2.    Laboratorium tersebut menunjukkan tren peningkatan kesalahan kecil dibanding periode sebelumnya atau kesalahannya lebih tinggi dari rata-rata semua UPK di kabupaten/kota tersebut, atau bila  kesalahan kecil  terjadi beberapa kali dalam jumlah yang signifikan.
3.    Bila terdapat 3 NPR

Penampilan setiap laboratorium harus terus dimonitor sampai diketemukan penyebab kesalahan. Setiap UPK agar dapat menilai dirinya sendiri dengan memantau tren hasil interpretasi setiap triwulan.

               Metode 100 % BTA Positif & 10 % BTA Negatif
Sebagian besar propinsi masih menerapkan metode uji silang perhitungan sebagai berikut :


Error Rate
Error rate atau angka kesalahan baca adalah angka kesalahan laboratorium yang menyatakan prosentase kesalahan pembacaan slide/ sediaan yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksa pertama setelah di uji silang (cross check) oleh BLK atau laboratorium rujukan lain.
Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide secara mikroskopis langsung  laboratorium  pemeriksa pertama.
Rumus :


Angka kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi maksimal 5%.

Apabila error rate ≤ 5 % dan positif palsu serta negatif palsu keduanya ≤ 5% berarti mutu pemeriksaan baik.
Error rate ini menjadi kurang berarti bila jumlah slide yang di uji silang (cross check) relatif sedikit. Pada dasarnya error rate dihitung pada masing-masing laboratorium pemeriksa, di tingkat kabupaten/ kota.
Kabupaten / kota harus menganalisa berapa persen laboratorium pemeriksa yang ada diwilayahnya melaksanakan cross check, disamping menganalisa error rate per PRM/PPM/RS/BP4, supaya dapat mengetahui kualitas pemeriksaan slide dahak secara mikroskopis langsung.