a.
Angka Penjaringan Suspek
Angka kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi maksimal 5%.
Adalah jumlah suspek yang diperiksa
dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun.
Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan
memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu (triwulan/tahunan)
Rumus:
Jumlah suspek yg diperiksa
|
X 100.000
|
|
Jumlah penduduk
|
Jumlah suspek yang diperiksa bisa
didapatkan dari buku daftar suspek (TB .06)
UPK yang tidak mempunyai wilayah cakupan penduduk, misalnya rumah sakit, BP4
atau dokter praktek swasta, indikator ini tidak dapat dihitung.
b.
Proporsi
Pasien TB BTA Positif diantara Suspek
Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan
diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu
dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria
suspek.
Rumus:
Jumlah
pasien TB BTA positif yg ditemukan
|
X 100%
|
|
Jumlah seluruh suspek TB yg diperiksa
|
Angka ini
sekitar 5 - 15%. Bila angka ini terlalu kecil ( < 5 % ) kemungkinan
disebabkan :
·
Penjaringan
suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek, atau
·
Ada
masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( negatif palsu ).
Bila angka ini terlalu besar ( > 15 % ) kemungkinan
disebabkan :
·
Penjaringan
terlalu ketat atau
·
Ada
masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( positif palsu).
c.
Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara
Semua Pasien TB Paru Tercatat/diobati
Adalah
prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semua pasien
Tuberkulosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan
pasien Tuberkulosis yang menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang
diobati.
Rumus:
Jumlah
pasien TB BTA positif (baru + kambuh)
|
X 100%
|
|
Jumlah seluruh
pasien TB (semua tipe)
|
Angka
ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu
berarti mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan
pasien yang menular (pasien BTA Positif).
d.
Proporsi pasien TB Anak diantara seluruh
pasien TB
Adalah
prosentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat.
Rumus :
Jumlah
pasien TB Anak (<15 thn) yg ditemukan
|
X 100%
|
|
Jumlah seluruh pasien TB yg tercatat
|
Angka
ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam
mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu besar
dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
e.
Angka Penemuan
Kasus (Case Detection Rate = CDR)
Adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang
ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang
diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
Case Detection Rate
menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.
Rumus:
Jumlah
pasien baru TB BTA Positif yang dilaporkan dalam TB.07
|
X 100%
|
|
Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA Positif
|
Perkiraan
jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka
insidens kasus TB paru BTA positif dikali dengan jumlah penduduk.
Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal 70%.
f.
Angka
Notifikasi Kasus (Case Notification Rate
= CNR)
Adalah
angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara
100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka
ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah
tersebut.
Rumus :
Jumlah
pasien TB (semua tipe) yg dilaporkan dlm TB.07
|
X 100.000
|
|
Jumlah
penduduk
|
Angka ini berguna untuk menunjukkan
kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
g. Angka Konversi (Conversion Rate)
Angka
konversi adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami
perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif.
Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk
mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.
Contoh
perhitungan angka konversi untuk pasien baru TB paru BTA positif :
Jumlah pasien baru TB paru
BTA positif yg konversi
|
X 100%
|
|
Jumlah pasien baru TB paru BTA positif yg diobati
|
Di
UPK, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara
mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulai berobat dalam 3-6
bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan
dahak negatif, setelah pengobatan intensif (2 bulan).
Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini
dengan mudah dapat dihitung dari laporan TB.11.
Angka
minimal yang harus dicapai adalah 80%.
h. Angka Kesembuhan (Cure Rate)
Angka
kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA
positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB
paru BTA positif yang tercatat.
Angka
kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA positif pengobatan ulang dengan
tujuan:
·
Untuk mengetahui
seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadap obat terjadi di komunitas, hal
ini harus dipastikan dengan surveilans kekebalan obat.
·
Untuk
mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan obat baris kedua
(second-line drugs).
·
Menunjukan
prevalens HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulang terjadi pada pasien
dengan HIV.
Cara
menghitung angka kesembuhan untuk pasien baru BTA positif.
Jumlah
pasien baru TB BTA positif yg sembuh
|
X 100%
|
|
Jumlah pasien
baru TB BTA positif yg diobati
|
Di UPK,
indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara
mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulai berobat dalam 9 - 12
bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah
selesai pengobatan.
Di tingkat
kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dapat dihitung dari laporan TB.08.
Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk
mengetahui hasil pengobatan.
Walaupun
angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil pengobatan lainnya tetap perlu
diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal,
gagal, default, dan pindah.
·
Angka default tidak boleh lebih dari 10%,
karena akan menghasilkan
proporsi kasus retreatment yang tinggi dimasa yang akan datang yang disebabkan
karena ketidak-efektifan dari
pengendalian Tuberkulosis.
·
Menurunnya
angka default karena peningkatan kualitas penanggulangan TB akan menurunkan
proporsi kasus pengobatan ulang antara 10-20 % dalam beberapa tahun
Sedangkan
angka gagal untuk pasien baru BTA positif tidak boleh lebih dari 4% untuk
daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh lebih besar dari
10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat.
i. Angka Keberhasilan Pengobatan
Angka
kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA
positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Dengan demikian angka ini merupakan
penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Cara
perhitungan untuk pasien baru BTA positif dengan pengobatan kategori 1.
Jumlah pasien baru TB BTA positif (sembuh + pengobatan lengkap)
|
X 100%
|
|
Jumlah pasien
baru TB BTA positif yg diobati
|
j. Angka
Kesalahan Laboratorium
Pada saat ini Penanggulangan TB sedang
dalam uji coba untuk penerapan uji silang pemeriksaan dahak (cross check) dengan metode Lot
Sampling Quality Assessment (LQAS) di beberapa propinsi. Untuk masa
yang akan datang akan diterapkan metode LQAS di seluruh UPK.
Metode
LQAS
Perhitungan angka kesalahan laboratorium metode ini
digunakan oleh propinsi-propinsi uji coba.
Klasifikasi kesalahan
Hasil
dari lab. Peserta
|
Hasil lab uji silang
|
||||
Negatif
|
Scanty
|
1+
|
2+
|
3+
|
|
Negatif
|
Betul
|
NPR
|
NPT
|
NPT
|
NPT
|
Scanty
|
PPR
|
Betul
|
Betul
|
KH
|
KH
|
1+
|
PPT
|
Betul
|
Betul
|
Betul
|
KH
|
2+
|
PPT
|
KH
|
Betul
|
Betul
|
Betul
|
3+
|
PPT
|
KH
|
KH
|
Betul
|
Betul
|
Betul :
Tidak ada kesalahan
KH (Kesalahan Hitung) : Kesalahan kecil
NPR (Negatif Palsu Rendah) :
Kesalahan kecil
PPR (Positif Palsu Rendah) : Kesalahan kecil
NPT (Negatif Palsu Tinggi) : Kesalahan besar
PPT (Positif Palsu Tinggi) : Kesalahan besar
Selain
kesalahan besar dan kesalahan kecil, kesalahan juga dapat berupa tidak
memadainya kualitas sediaan, yaitu : terlalu tebal atau tipisnya sediaan,
pewarnaan, ukuran, kerataan, kebersihan dan kualitas spesimen.
Mengingat
sistem penilaian yang berlaku sekarang berbeda dengan yang terbaru, petugas
pemeriksa slide harus mengikuti cara pembacaan dan pelaporan sesuai buku
Panduan bagi petugas laboratorium mikroskopis TB
Interpretasi dari suatu laboratorium berdasarkan
hasil uji silang dinyatakan terdapat kesalahan bila :
1. Terdapat PPT atau NPT
2. Laboratorium tersebut
menunjukkan tren peningkatan kesalahan kecil dibanding periode sebelumnya atau
kesalahannya lebih tinggi dari rata-rata semua UPK di kabupaten/kota tersebut,
atau bila kesalahan kecil terjadi beberapa kali dalam jumlah yang
signifikan.
3. Bila terdapat 3 NPR
Penampilan setiap laboratorium
harus terus dimonitor sampai diketemukan penyebab kesalahan. Setiap UPK agar
dapat menilai dirinya sendiri dengan memantau tren hasil interpretasi setiap
triwulan.
Metode
100 % BTA Positif & 10 % BTA Negatif
Sebagian besar propinsi masih
menerapkan metode uji silang perhitungan sebagai berikut :
Error Rate
Error rate atau angka kesalahan baca adalah angka
kesalahan laboratorium yang menyatakan prosentase kesalahan pembacaan slide/
sediaan yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksa pertama setelah di uji
silang (cross check) oleh BLK atau
laboratorium rujukan lain.
Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide secara
mikroskopis langsung laboratorium pemeriksa pertama.
Rumus :
Angka kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi maksimal 5%.
Apabila error rate ≤ 5 %
dan positif palsu serta negatif palsu keduanya ≤ 5% berarti mutu pemeriksaan
baik.
Error rate ini menjadi
kurang berarti bila jumlah slide yang di uji silang (cross check) relatif sedikit. Pada dasarnya error rate dihitung
pada masing-masing laboratorium pemeriksa, di tingkat kabupaten/ kota.
Kabupaten / kota harus
menganalisa berapa persen laboratorium pemeriksa yang ada diwilayahnya
melaksanakan cross check, disamping menganalisa error rate per PRM/PPM/RS/BP4,
supaya dapat mengetahui kualitas pemeriksaan slide dahak secara mikroskopis
langsung.