Minggu, 20 Juli 2014

TERTULAR HIV AIDS BUKANLAH VONIS KEMATIAN

Jumlah penderita HIVAIDS terus meningkat dari waktu ke waktu, usia terbanyak yaitu antara usia 26 hingga 30 tahun.  Gejala terinfeksi baru muncul setelah beberapa tahun tertular, membuat penyakit ini cepat menyebar. Seseorang yang sudah terinfeksi tidak menyadarinya sebelum gejala muncul, dan tidak ada tindakan pencegahan penularan pada periode atau masa ini.
Terindikasi mengidap HIV Aids selama ini dianggap seperti mendapat paspor kematian, sesungguhnya anggapan itu salah besar. dengan kemajuan tekhnologi saat ini dan telah tersedianya obat2an terbaru membuat harapan hidup penderita HIV Aids sesungguhnya tidak berbeda dengan angka harapan hidup kebanyakan orang sehungga penderita HIV Aids pada hakikatnya tidak berbeda denga penderita penyakit kronis lainnya seperti diabetes, hipertensi dan penyakit2 kongenital yang harus mendapatkan terapy seumur hidup.

 Menurut Direktur Unit HIV Penyakit Menular dan Immunologi Rumah Sakit St Vincent di Sydney, Profesor Andrew Carr Ada banyak penyakit yang memiliki tingkat prognosis yang lebih buruk dari HIV-AIDS. Pada awalnya, tingkat kebertahanan hidup seorang penderita HIV rata-rata hanya 10 tahun. Namun sekarang, bila Anda terkena HIV dan mendapatkan perawatan, tingkat harapan hidup hampir sama dengan orang normal, dan mungkin berbeda 5 atau 10 tahun. 
Banyak pemahaman yang keliru ditengah masyarakat bahwa HIV AIDS dengan mudah meluar lewat udara, pekaian atau peralatan yang digunakan bersama. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV hidup dalam cairan tubuh, yaitu:
  1. Darah
  2. Air mani
  3. Cairan vagina
  4. Air susu ibu (ASI)
Sekarang pertanyaanya Virus HIVAIDS bisa menular melalui apa saja?
HIV AID dapat menular melalui beberapa cara:

1. Hubungan seks.
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam vagina/anus) yang dilakukan tanpa menggunakan kondom Hubungan seks seperti ini memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina). Sedangkan hubungan sek melalui anus bisa memungkin tercampurnya cairan sperma dengan darah.
Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIVmasuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIVdi cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.
Orang yang punya penyakit infeksi jika memiliki luka atau ada cairan dari tubuh yang keluar maka bisa 10 kali menularkan potensi HIV kepada pasangannya lewat hubungan seks. Perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat berisiko. Untuk itu lakukan hubungan seks yang aman, sesuai dengan ajaran agama.
2. Menerima transfusi darah yang terinfeksi virus HIV
Penularan melalui transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan mengecek berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang ketat.  Beberapa penderita diduga tertular setelah menjalani transfuse darah. Seseorang yang harus menerima transfusi darah tubuhnya dalam keadaan sakit atau lemah, sehingga virus bisa dengan cepat menyebar dan berkembang dalam tubuhnya.
3. Penggunaan bersama jarum suntik yang sudah terkontaminasi.
Penularan lewat jarum suntik banyak terjadi pada pengguna narkoba. Melalui pemakaian jarun suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah. Sebaiknya gunakan jarum suntik sekali pakai.
4. Penularan dari Ibu Hamil (Positif) kepada Janinnya.
Penularan dari ibu hamis positif HIV dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, bisa juga ketika melahirkan atau bisa juga ditularkan ketika menyusui bayi tersebut
Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen
5. Terjadinya luka akibat pemakaian benda yang bersamaan.
Benda tersebut seperti silet, pisau cukur juga bisa menularkan HIV. Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV.
Sedangkan HIV AID tidak dapat menular melalui:
  1. Bersalaman, berpelukan
  2. Berciuman
  3. Batuk, bersin
  4. Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll.
  5. Gigitan nyamuk
  6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama
  7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll.
  8. HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclinatau Chlorox , atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.
  9. Cairan yang tidak menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Jadi penularan melalui ciuman tidak terjadi.
Jika pengobatan tidak dimulai pada waktu yang tepat, penyakit HIV AIDS dapat mengancam jiwa. Segera periksakan diri ke dokter anda jika memiliki resiko tertular virus ini.