Selamat bertemu kembali sahabat setia www.sumbarsehat.com semoga hari2 sahabat dapat selalu menjadi hari2 yang berkwalitas dan dan bermanfaat. Setelah cukup lama vakum dalam pembahasan dunia KESMAS kali ini www.sumbarsehat.com mencoba kembali untuk exis dalam ruang opini seputar permasalahan kesehatan terutama hal2 yang berkaitan dengan program kesehatan masyarakat. kali ini kami tampil dengan wajah baru dengan informasi2 yang lebih update sebagai apresiasi terhadap respon positif yang telah diberikan pengunjung terutama dari teman2 bidan dan dokter puskesmas selama ini.
Sesuai dengan judul diatas maka kali ini penulis coba membahas perihal pemahaman indikator2 kesehatan ibu dan anak secara lebih komprehensif sesuai goal target MDGs butir 4 dan 5 sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu hamil dan balita.pembahasan ini juga beranjak dari hasil pertemuan yang diadakan direktorat kesehatan ibu awal november di hotel Park Lane Jakarta yang dihadiri teman2 dari pengelola KIA ( Kesehatan Ibu Anak ) dan pengelola P2 ( Pencegahan Penyakit ) dari 21 provinsi yang hadir. Setelah melihat paparan hasil pencapaian program KIA periode 2013 dan semester pertama 2014 ada beberapa hal menggelitik yang coba penulis diskusikan dengan teman2 pengelola KIA yang hadir dan teman2 dar direktorat kesehatn ibu Kementrian kesehatan yaitu :
- Penetapan Target indikator program dikaitkan dengan jumlah SDM dan Demografi
- Belum adanya analisis mendalam perihal Gap cakupan hasil kunjungan K1 dan K4
- Desinkronisasi data yang belum menggambarkan kwalitas layanan sesungguhnya
Penetapan Target Capaian Program dikaitkan dengan jumlah SDM dan Demografi
Target capaian program adalah suatu ouput kegiatan yang harus dicapai satu unit layanan kesehatan yang dalam kerangka kesehatan ibu anak adalah target yang harus dicapai oleh seorang bidan yang melakukan layanan kesehatan ibu anak dalam lingkup wilayah kerja tertentu.Sebagai contoh target untuk kunjungan pertama ibu hamil ke petugas kesehatan atau K1 adalah 95 % dan target K4 adalah 90 % , begitu juga target2 lain seperti Linakes telah ditetapkan angka2 tertentu yang harus dicapai. dari paparan beberapa provinsi tentang ketersediaan SDM terutama dokter umum dan bidan memang terlihat ketersediaan SDM sudah cukup banyak rata2 ketersediaan bidan di setiap provinsi sudah diatas angka 2000 orang walaupun masih jauh dari angka ideal ratio ketersediaan bidan yaitu 75 / 100000 penduduk dan ratio ketersediaan dokter umum yaitu 48 / 100000 penduduk. hal lain yang perlu dicatat adalah apakah angka2 yang ada tersebut sudah semuanya terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat. realitanya saat ini ada sebagian dokter dan bidan lebih memilih ke jalur akademis ataupun berprofesi sebagai tenaga praktek mandiri.hal lain yang perlu dicermati adalah distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata secara geografis. penumpukan tenaga kesehatan di kota2 berakibat masih kurangnya distribusi di daerah tertinggal dan daerah terpencil. dari pengalaman penulis saat melakukan penelitian di kepulauan halmahera tentang jejaring sistem informasi kesehatan terlihat masih banyak daerah yang sulit diakses oleh tenaga kesehatan. ini barulah salah satu gambaran kepulauan yang notabene belumlah begitu terpencil, masih banyak daerah2 seantero nusantara yang kondisinya lebih parah. melihat realita yang ada sudah seyogyanya para pengambil kebijakan ditingkat pusat mempertimbangkan penetapan target indikator program dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan sosioekonomi masyarakat yang berbeda. Beban kerja dan target capaian program tidak dipukul rata seperti yang terjadi saat ini tapi harus di breakdown sesuai kemampuan SDM dan sarana prasarana yang ada. bagaimana mungkin seorang bidan yang bertugas di daerah kepulauan yang hanya tersedia kapal sebulan sekali harus diberi target capaian K1 dan K4 sama dengan bidan yang bertugas di kota yang hanya butuh akses 5 nenit untuk berkontak dengan ibu hamil.Perihal penetapan indikator kinerja ini sepertinya sederhana tapi sesungguhnya merupakan hal yang prinsip dan krusial sebagai bahan monitor dan evaluasi yang realistis.
Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981). Indikator adalah statistik dan hal normatif yang menjadi perhatian kita yang dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif, dan berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting d suatu masyarakat dan Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau memberi petunjuk kepada kita tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur perubahan Indikator Kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan baik dalam tahap perencanaan (ex ante), pelaksanaan (on-going), maupun setelahnya, (ex-post) sebagai petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan. Pengembangan Indikator Kinerja Tidak cukup hanya dengan memfokuskan pada output tapi juga harus memperhatikan Masukan, Efisiensi , Efektivitas dan Kualitas . Indikator memerlukan definisi dan penafsiran yang hati-hati . Persyaratan Indikator Kinerja haruslah SMART
SPESIFIC-jelas, tidak mengundang multi interpretasi
MEASUREABLE dapat diukur (“What gets measured What gets managed”)
ATTAINABLE-dapat dicapai (reasonable cost using and appropriate collection method)
RELEVANT (information needs of the who will ( people use the data)
TIMELY-tepat waktu (collected and reported at the right time to influence many manage decision
Mengacu pada hal diatas penetapan indikator program haruslah ditetapkan secara matang, penetapan indikator yang terlalu dipaksakan berakibat output yang dilaporkan hanyalah angka2 diatas kertas dan tidak mencerminkan kwalitas layanan sesungguhnya. lebih lanjut akan dibahas pada point berikutnya tentang analisis terjadinya gap capaian K1 dan K4 serta desinkronisasi data yang belum mencerminkan kwalitas layanan ( bersambung ).........
Mengacu pada hal diatas penetapan indikator program haruslah ditetapkan secara matang, penetapan indikator yang terlalu dipaksakan berakibat output yang dilaporkan hanyalah angka2 diatas kertas dan tidak mencerminkan kwalitas layanan sesungguhnya. lebih lanjut akan dibahas pada point berikutnya tentang analisis terjadinya gap capaian K1 dan K4 serta desinkronisasi data yang belum mencerminkan kwalitas layanan ( bersambung ).........
Cara Membuat Rating Bintang Di Blog
4/
5
Oleh
Nurdi Anto